BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha
yang dilakukan guru agar siswa belajar dengan baik, sementara belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman
tersebut dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung.
Pengalaman langsung adalah yang diperoleh melalui aktifitas sendiri pada
situasi sebenarnya. Melalui pengalaman langsung ini tentu saja dihasilkan
proses belajar yang bermanfaat, karena dengan mengalami secara langsung akan
dihindari kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi. Akan tetapi dikarenakan
adanya keterbatasan, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat
disajikan secara langsung. Oleh sebab itu pemanfaatan media dan sumber belajar
sangat berperan penting dalam mengatasi keterbatasan tersebut.
Untuk
memahami peranan media dan sumber belajar dalam proses pemerolehan pengalaman,
Edgar Dale menggambarkannya dalam sebuah kerucut yang dikenal dengan sebutan
“Kerucut pengalaman” (cone of experience), dan dikombinasikan dengan ide
dari bruner, sehingga tampak seperti gambar berikut[1]
Kerucut
pengalaman tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang
dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pelajaran,
maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Jika kita mencermati kerucut
pengalaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh
melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Semakin langsung objek yang
dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan yang diperoleh, sebaliknya jika
semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak
pengetahuan siswa.
Berdasarkan
uraian di atas maka kedudukan komponen media dan sumber belajar dalam proses
belajar mengajar memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, sebab tidak
semua pengalaman belajar dapat diraih secara langsung. Dalam hal ini media dan
sumber belajar dapat digunakan agar dapat memberikan pengetahuan yang konkret,
tepat, dan mudah dipahami.
Media
secara sederhana dapat diartikan sebagai saluran informasi. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran, informasi yang dimaksud adalah materi pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses interaksi yang mengandung komunikasi sehigga Media memegang
peranan penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan media yang tepat dalam
melaksanakan suatu strategi pembelajaran tentulah memiliki prinsip-prinsip
tertentu. Untuk memahami hal tersebut berikut rumusan masalah yang menjadi
kerangka pembahasan dalam tulisan ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
konsep pembelajaran sebagai proses komunikasi?
2. Bagaimanakah
kedudukan media dalam sistem pembelajaran?
3. Bagaimanakah
batasan konsep dari media pembelajaran?
4. Apa
saja fungsi dari media pembelajaran?
5. Apa
saja jenis dari media pembelajaran secara umum?
6. Bagaimana
kriteria pemilihan media pembelajaran yang tepat?
C.
Tujuan
1. menjelaskan konsep pembelajaran sebagai proses
komunikasi.
2. menjelaskan
kedudukan media dalam sistem pembelajaran.
3. menjelaskan
batasan konsep dari media pembelajaran.
4. menjelaskan
fungsi dari media pembelajaran.
5. menjelaskan
jenis dari media pembelajaran secara umum.
6. menjelaskan
kriteria pemilihan media pembelajaran yang tepat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran
Sebagai Proses komunikasi
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning proses) sebab sesuatu
dikatakan hasil belajar jika memenuhi ciri berikut
1.
Belajar sifatya
disadari. Dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar.
2.
Hasil belajar
diperoleh dengan adanya proses.
3. Belajar membutuhkan interaksi khususnya
interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki
pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini
terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya
bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Artinya di dalamnya terjadi proses
penyampaian pesan dari seorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok
orang (penerima pesan). Menggambarkan
proses komunikasi sebagai berikut.[2]
pesan
yang dikirim biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber)
pesan). Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang
seperti kata-kata , bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (chanel)
seperti radio, televisi, dan film. Pesan diterima oleh si penerima pesan
melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah sehingga pesan yang disampaikan
oleh penyampai dapat diterima dan dipahami oleh si penerima pesan. Perhatikan
gambar dibawah ini.
Berdasarkan
gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang
didalamnnya terdapat beberapa komponen yang terlibat diantaranya komunikator,
komunikan, chanel, message, feed back dan noise/barier. Pesan yang disampaikan
oleh komunkator diteruskan oleh saluran atau chanel sampai ke komunikan. Feed
back posetif bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback negatif
menunjukan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu
penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media pembelajaran. Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dapat
dipahami dengan baik dikarenakan adanya noise dan barier atau hambatan dan
gangguan. Noise ini dapat dialami oleh komunikator , pesan, chanel maupun
komunikan. Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru karena
kondisi perut yang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan. Siswa tidak
menerima materi dengan jelas karena saat itu ada sedang ada pembangunan
sehingga suasana berisik mengganggu pendengaran, dalam hal ini salurannya
terganggu. Guru tidak entusian , tidak bergairah dalam mengajar sehingga siswa
kurang mengerti apa yang diterangkan gurunya, hal ini berarti ada gangguan pada
komunikator.
Berdasarkan uraian diatas , jelas tergambar
bahwa media merupakan bagian dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah
komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut.
Saluran/chanel yang dimaksud adalah media. Karena pada dasarnya pembelajaran
merupakan proses komunikasi maka media yang dimaksud adalah media pembelajaran.
Bagian
diatas menunjukan bahwa proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus
dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik
pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan guru kepada siswa melalui suatu
media dengan menggunakan prosedur-prosedur pembelajaran tertentu yang disebut
metode atau strategi pembelajaran.
Dalam
sistem pembelajaran moderen seperti saat ini , siswa tidak hanya sebagai
berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak
sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu maka
terjadi apa yang disebut sebagai dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan
komunikasi banyak arah (Multi way traffic
communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat
dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya proses
pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan
dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut berlo (1960)
komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of
experience” atau daerah pengalaman yang sama anatara antara penyalur pesan
dengan penerima pesan.
B.
Kedudukan Media
Dalam Sistem pembelajaran
Sebelum membahas tentang sistem pembelajaran, kita pahami
terlebih dahulu kata sistem. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari
sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena didalamnya
mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Komponen-komonen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode,
media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan erat merupakan satu
kesatuan.
gambar
Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan
perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengermbangan dari tujuan
instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk
pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar
kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh
penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen
penggunanya. Setelah itu guru menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil
dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah
dilaksanakan. Apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita
mengidentifikasi, bagian-bagian yang mengakibatkannya. Khususnya dalam
penggunaan media, maka perlu melihat efektifitas apakah yang menjadi faktor
penyebabnya.
C. Pengertian
Dan Ciri-Ciri Media Pembelajaran
1.
Pengertian
Media
berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium”
yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yakni perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan[3]. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat
yang bisa merangsang siswa untuk supaya terjadi proses belajar. Sanjaya (2008)
menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat
mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Namun demikian,
media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tapi juga hal-hal lain yang
memungkinkan siswa memeroleh pengetahuan. Media bukan hanya berupa TV, radio,
computer, tapi juga meliputi manusia sebagai sumber belajar, atau kegiatan
seperti diskusi, seminar simulasi, dan sebagainya. Dengan demikian media
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat memotivasi pikiran,
perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar
pada diri siswa.[4]
2. Ciri-Ciri
Gerlach
dan Ely (1971) dalam (Azhar 2011:12-14) mengungkapkan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.[5]
a. Ciri
Fiksafit (fixafite property)
Ciri
ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan , melestarikan dan
merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat
diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vidio tape, audio
tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya
(direkam) dengan kamera atau vidio kamera dengan mudah dapat direproduksi
dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksafit ini , media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
Ciri
ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah
direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
Peristiwa yang kejadiannya hanya sekalai (dalam satu dekade atau abad) dapat
diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur
laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi
berapa kalipun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam
untuk kemudian dianalisis dan dikritik siswa sejawat baik secara perorangan
maupun secara kelompok.
b. Ciri
manipulatif (manipulative property)
Transformasi
suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan ke pada siswa dalam
waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya , bagaimana proses larva menjadi kepompong, kemudian
menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.
Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat
menayangkan kembali hasil suatu rekaman vidio. Misalnya proses loncat gajah
atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif media.
Demikian pula suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto.
Pada rekaman gambar hidup (vidio, motion film) kejadiannya dapat diputar
mundur. Media rekaman vidio atau audio dapat diedit sehingga guru hanya
menampilkan bagian/bagian penting dari ceramah, pidato, atau urutan suatu
kejadian dengan memotong-motong bagian yang tidak diperlukan. Kemampuan media
dengan ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila
terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan
bagian bagian yang salah, maka akan terjadi kesalahan penafsiran yang tentu
saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap
mereka ke arah yang tidak diinginkan.
Manipulasi
kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
Proses proses penanaman dan pemanenan gandum , pengolahan gandum menjadi tepung
, dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam
suatu urutan rekaman vidio atau film yang mampu menyajikan informasi yang cukup
bagi siswa untuk mengetahui asal usul dari proses dan penanaman bahan baku
tepung hingga menjadi roti.
c.
Ciri Distributif
(distributive property)
Ciri
distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan
melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah
besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dewasa ini , distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau
beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam satu wilayah tertentu, tetapi juga
media itu misalnya rekaman vidio, audio, disket komputer dapat disebar
keseluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Sekali
informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa
kalipun dan siap digunakan secara bersama-sama diberbagai tempat atau digunakan
secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam
atau terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
D. Fungsi
Media Pembelajaran
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengetahuan akan semakin abstrak jika
hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal tersebut akan memungkikan
terjadinya verbalisme, yakni siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa
mengetahui dan mengerti makna yang dimiliki kata tersebut. Selain itu,
penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal, akan menurunkan gairah siswa dalam menangkap pesan pada saat
proses pembelajaran. Padahal untuk memahami sesuatu idealnya memerlukan
pengalaman langsung yang melibatkan fisik maupun psikis siswa. Pada
kenyataannya, memberikan pengalaman langsung pada siswa bukanlah sesuatu yang
mudah, karena tidak semua pengalaman dapat langsung dipelajari oleh siswa.
Misalnya jika ingin menerangkan kondisi di permukaan bulan, maka tidak mungkin
pengalaman tersebut didapat langsung oleh siswa. Oleh karenanya di sini media
pembelajaran berperan sangat penting dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Guru dapat menggunakan TV, film, atau gambar dalam memberikan informasi pada
siswa. Dengan media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih
konkret. Secara umum media memiliki beberapa fungsi, diantaranya.
1. Dapat
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman
tiap siswa berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan berwisata, dan
sebagainya. Hal tersebut bisa diatasi dengan media pembelajaran. Jika siswa
tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke siswa.
2. Dapat
melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh para siswa tentang suatu obyek, yang disebabkan,
karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang
bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang
terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung
berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua
obyek itu dapat disajikan kepada siswa.
3. Memungkinkan
adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.
4. Menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Menanamkan
konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Membangkitkan
motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Memberikan
pengalaman yang menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
E. Jenis-Jenis
Media Pembelajaran
Terdapat beragam
pembagian jenis media pembelajaran yang dikemukakan para ahli, namun pada
dasarnya pembagian jenis media tersebut memiliki persamaan. Secara garis besar media pembelajaran terbagi atas.
1.
Media audio, yakni media yang hanya dapat
didengar saja atau yang memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2.
Media visual,
yakni media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak mengandung unsur suara,
seperti gambar, lukisan, foto, dan sebagainya.
3.
Media
audiovisual, yakni media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur
gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film dan sebagainya.
F.
Kriteria pemilihan Media pembelajaran
Kriteria
yang paling utama dalam pemilihan media adalah bahwa media adalah harus dengan tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya
bila tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata
tentunya media audio yang tepat
untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka
media cetak yang lebih tepat digunakan.
Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka
media film dan video bisa
digunakan. Selain pertimbangan tersebut Sanjaya (2008) mengungkapkan sejumlah pertimbangan lain yang dapat kita gunakan
dalam memilih media pembelajaran yang
tepat, yakni dengan menggunakan kata ACTION (Access, Cost, Technology,
Interactivity, Organization, Novelty).[6]
1. Access, artinya bahwa kemudahan
akses menjadi pertimbangan pertama dalam Pemilihan media. Apakah media yang diperlukan itu
tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan?. Akses juga menyangkut aspek kebijakan,
apakah media tersebut diijinkan untuk digunakan?
2. Cost, hal
ini menyangkut pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
suatu media harus seimbang dengan manfaatnya.
3. Technology, dalam
pemilihan media perlu juga dipertimbangkan ketersediaan teknologiya dan
kemudahan dalam penggunaannnya.
4. Interactivity, media yang baik
adalah media yang mampu menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktifitas.
5. Organization, menyangkut
pertimbangan dukungan organisasi atau lembaga dan bagaimana
pengorganisasiannya.
6. Novelty, menyangkut
pertimbangan aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang lebih baru
biasanya lebih menarik dan lebih baik.
BAB
III
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Pembelajaran
merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan anak didik. didalam
komunikasi tersebut tentu memerlukan chanel atau media yang tepat. Media
memiliki fungsi utama sebagai alat untuk menghadirkan sumber belajar yang tidak
dapat dihadirkan di dalam kelas. Dalam memilih media seorang pendidik dapat
memilih media baik berbentuk audio, visual dan audio visual tergantung pada
karakteristik materi, metode/strategi serta anak didik.
B. Saran
Pendidik
diharapkan mampu mengembangkan media secara kreatif, inovatif dan efektif dalam
pelaksanaan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, azhar.2011.Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo persada
Berlo, David
K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and
Practice (terjemahan). Holt, Rinehart and Winston, New York
Kemp, W. 1975. Organic Spectroscopy (terjemahan).
New York: The Macmillan Press Ltd.
Sanjaya, Wina.
2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
[4] Wina Sanjaya,
2008,
Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
[5]Gerlach dan
Ely dalam Azhar Arsyad, 2011,
Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja
Grafindo persada, hlm 12-14
[6] Wina Sanjaya,
2008,
Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.hlm 21-24
No comments:
Post a Comment