Saturday, 17 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN MEDIA SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
      Pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar dengan baik, sementara belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah yang diperoleh melalui aktifitas sendiri pada situasi sebenarnya. Melalui pengalaman langsung ini tentu saja dihasilkan proses belajar yang bermanfaat, karena dengan mengalami secara langsung akan dihindari kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi. Akan tetapi dikarenakan adanya keterbatasan, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Oleh sebab itu pemanfaatan media dan sumber belajar sangat berperan penting dalam mengatasi keterbatasan tersebut.
Untuk memahami peranan media dan sumber belajar dalam proses pemerolehan pengalaman, Edgar Dale menggambarkannya dalam sebuah kerucut yang dikenal dengan sebutan “Kerucut pengalaman” (cone of experience), dan dikombinasikan dengan ide dari bruner, sehingga  tampak seperti  gambar berikut[1]
Kerucut pengalaman tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Jika kita mencermati kerucut pengalaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan yang diperoleh, sebaliknya jika semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka kedudukan komponen media dan sumber belajar dalam proses belajar mengajar memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diraih secara langsung. Dalam hal ini media dan sumber belajar dapat digunakan agar dapat memberikan pengetahuan yang konkret, tepat, dan mudah dipahami.
Media secara sederhana dapat diartikan sebagai saluran informasi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, informasi yang dimaksud adalah materi pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang mengandung komunikasi sehigga Media memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan media yang tepat dalam melaksanakan suatu strategi pembelajaran tentulah memiliki prinsip-prinsip tertentu. Untuk memahami hal tersebut berikut rumusan masalah yang menjadi kerangka pembahasan dalam tulisan ini.
   B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep pembelajaran sebagai proses komunikasi?
2.      Bagaimanakah kedudukan media dalam sistem pembelajaran?
3.      Bagaimanakah batasan konsep dari media pembelajaran?
4.      Apa saja fungsi dari media pembelajaran?
5.      Apa saja jenis dari media pembelajaran secara umum?
6.      Bagaimana kriteria pemilihan media pembelajaran yang tepat?

   C.     Tujuan
1.      menjelaskan  konsep pembelajaran sebagai proses komunikasi.
2.      menjelaskan kedudukan media dalam sistem pembelajaran.
3.      menjelaskan batasan konsep dari media pembelajaran.
4.      menjelaskan fungsi dari media pembelajaran.
5.      menjelaskan jenis dari media pembelajaran secara umum.
6.      menjelaskan kriteria pemilihan media pembelajaran yang tepat.




BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Pembelajaran Sebagai Proses komunikasi
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning proses) sebab sesuatu dikatakan hasil belajar jika memenuhi ciri berikut
1.      Belajar sifatya disadari. Dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar.
2.      Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses.
3.   Belajar membutuhkan interaksi khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Artinya di dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok orang (penerima pesan).  Menggambarkan proses komunikasi sebagai berikut.[2]
pesan yang dikirim biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber) pesan). Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata , bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (chanel) seperti radio, televisi, dan film. Pesan diterima oleh si penerima pesan melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah sehingga pesan yang disampaikan oleh penyampai dapat diterima dan dipahami oleh si penerima pesan. Perhatikan gambar dibawah ini.



Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang didalamnnya terdapat beberapa komponen yang terlibat diantaranya komunikator, komunikan, chanel, message, feed back dan noise/barier. Pesan yang disampaikan oleh komunkator diteruskan oleh saluran atau chanel sampai ke komunikan. Feed back posetif bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback negatif menunjukan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media pembelajaran. Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dapat dipahami dengan baik dikarenakan adanya noise dan barier atau hambatan dan gangguan. Noise ini dapat dialami oleh komunikator , pesan, chanel maupun komunikan. Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru karena kondisi perut yang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan. Siswa tidak menerima materi dengan jelas karena saat itu ada sedang ada pembangunan sehingga suasana berisik mengganggu pendengaran, dalam hal ini salurannya terganggu. Guru tidak entusian , tidak bergairah dalam mengajar sehingga siswa kurang mengerti apa yang diterangkan gurunya, hal ini berarti ada gangguan pada komunikator.
 Berdasarkan uraian diatas , jelas tergambar bahwa media merupakan bagian dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran/chanel yang dimaksud adalah media. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi maka media yang dimaksud adalah media pembelajaran.

Bagian diatas menunjukan bahwa proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan guru kepada siswa melalui suatu media dengan menggunakan prosedur-prosedur pembelajaran tertentu yang disebut metode atau strategi pembelajaran.
Dalam sistem pembelajaran moderen seperti saat ini , siswa tidak hanya sebagai berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu maka terjadi apa yang disebut sebagai dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (Multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan  pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut berlo (1960) komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama anatara antara penyalur pesan dengan penerima pesan.
   B.     Kedudukan Media Dalam Sistem pembelajaran
       Sebelum membahas tentang sistem pembelajaran, kita pahami terlebih dahulu kata sistem. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komonen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan.

gambar

       Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengermbangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunanya. Setelah itu guru menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan. Apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi, bagian-bagian yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat efektifitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.
   C.     Pengertian Dan Ciri-Ciri Media Pembelajaran
1.      Pengertian
Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yakni perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan[3].  Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk supaya terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memeroleh pengetahuan. Media bukan hanya berupa TV, radio, computer, tapi juga meliputi manusia sebagai sumber belajar, atau kegiatan seperti diskusi, seminar simulasi, dan sebagainya. Dengan demikian media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat  menyalurkan pesan, dapat memotivasi pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa.[4]
2.      Ciri-Ciri
Gerlach dan Ely (1971) dalam (Azhar 2011:12-14) mengungkapkan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.[5]
a.       Ciri Fiksafit (fixafite property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan , melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vidio tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau vidio kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksafit ini , media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekalai (dalam satu dekade atau abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa kalipun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.
b.    Ciri manipulatif (manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan ke pada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar  time-lapse recording. Misalnya , bagaimana proses larva menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman vidio. Misalnya proses loncat gajah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif media. Demikian pula suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pada rekaman gambar hidup (vidio, motion film) kejadiannya dapat diputar mundur. Media rekaman vidio atau audio dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian/bagian penting dari ceramah, pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong-motong bagian yang tidak diperlukan. Kemampuan media dengan ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian bagian yang salah, maka akan terjadi kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.
Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Proses proses penanaman dan pemanenan gandum , pengolahan gandum menjadi tepung , dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam suatu urutan rekaman vidio atau film yang mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal usul dari proses dan penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.
c.       Ciri Distributif (distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini , distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam satu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman vidio, audio, disket komputer dapat disebar keseluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersama-sama diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam atau terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
   D.    Fungsi Media Pembelajaran
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengetahuan akan semakin abstrak jika hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal tersebut akan memungkikan terjadinya verbalisme, yakni siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa mengetahui dan mengerti makna yang dimiliki kata tersebut. Selain itu, penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal, akan menurunkan  gairah siswa dalam menangkap pesan pada saat proses pembelajaran. Padahal untuk memahami sesuatu idealnya memerlukan pengalaman langsung yang melibatkan fisik maupun psikis siswa. Pada kenyataannya, memberikan pengalaman langsung pada siswa bukanlah sesuatu yang mudah, karena tidak semua pengalaman dapat langsung dipelajari oleh siswa. Misalnya jika ingin menerangkan kondisi di permukaan bulan, maka tidak mungkin pengalaman tersebut didapat langsung oleh siswa. Oleh karenanya di sini media pembelajaran berperan sangat penting dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan TV, film, atau gambar dalam memberikan informasi pada siswa. Dengan media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret. Secara umum media memiliki beberapa fungsi, diantaranya.
1.      Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap siswa berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan berwisata, dan sebagainya. Hal tersebut bisa diatasi dengan media pembelajaran. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke siswa.
2.      Dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada siswa.
3.      Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.
4.       Menghasilkan keseragaman pengamatan
5.      Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.       Membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.      Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.      Memberikan pengalaman yang menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
   E.     Jenis-Jenis  Media Pembelajaran
Terdapat beragam pembagian jenis media pembelajaran yang dikemukakan para ahli, namun pada dasarnya pembagian jenis media tersebut memiliki persamaan. Secara garis besar  media pembelajaran terbagi atas.
1.       Media audio, yakni media yang hanya dapat didengar saja atau yang memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2.      Media visual, yakni media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto, dan sebagainya.
3.      Media audiovisual, yakni media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film dan sebagainya.
   F.      Kriteria pemilihan Media pembelajaran 
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media adalah bahwa media adalah harus dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya bila tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Selain pertimbangan tersebut Sanjaya (2008) mengungkapkan sejumlah pertimbangan lain yang dapat kita gunakan dalam  memilih media pembelajaran yang tepat, yakni dengan menggunakan kata ACTION (Access, Cost, Technology, Interactivity, Organization, Novelty).[6]
1.      Access, artinya bahwa kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam  Pemilihan  media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan?. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, apakah media tersebut diijinkan untuk digunakan?
2.       Cost, hal ini menyangkut pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan manfaatnya.
3.       Technology, dalam pemilihan media perlu juga dipertimbangkan ketersediaan teknologiya dan kemudahan dalam penggunaannnya.
4.      Interactivity, media yang baik adalah media yang mampu menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktifitas.
5.      Organization, menyangkut pertimbangan dukungan organisasi atau lembaga dan bagaimana pengorganisasiannya.
6.       Novelty, menyangkut pertimbangan aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang lebih baru biasanya lebih menarik dan lebih baik.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan anak didik. didalam komunikasi tersebut tentu memerlukan chanel atau media yang tepat. Media memiliki fungsi utama sebagai alat untuk menghadirkan sumber belajar yang tidak dapat dihadirkan di dalam kelas. Dalam memilih media seorang pendidik dapat memilih media baik berbentuk audio, visual dan audio visual tergantung pada karakteristik materi, metode/strategi serta anak didik.
B.     Saran
Pendidik diharapkan mampu mengembangkan media secara kreatif, inovatif dan efektif dalam pelaksanaan pembelajaran.



                                                         DAFTAR PUSTAKA           

Arsyad, azhar.2011.Media Pembelajaran.  Jakarta: PT Raja Grafindo persada
 Berlo, David K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice (terjemahan). Holt, Rinehart and Winston, New York
Kemp, W. 1975. Organic Spectroscopy (terjemahan). New York: The Macmillan Press Ltd.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.




[1] Azhar Arsyad, 2011,.Media Pembelajaran,  Jakarta, PT Raja Grafindo persada, hlm 11

[2] W Kemp, 1975, Organic Spectroscopy (terjemahan), New York, The Macmillan Press Ltd, hlm 15

[3] Azhar Arsyad, 2011, Media Pembelajaran,  Jakarta, PT : Raja Grafindo persada, hlm 3

[4] Wina Sanjaya, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[5]Gerlach dan Ely dalam Azhar  Arsyad, 2011, Media Pembelajaran,  Jakarta: PT Raja Grafindo persada, hlm 12-14

[6] Wina Sanjaya, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.hlm 21-24

No comments:

Post a Comment

Entri Populer