Friday, 22 December 2017

MAKALAH Masyarakat Post-Industri

A.    Masyarakat Post-Industri
Post-Modernisme menggunakan ide yang baru, masyarakat Post-Modernisme telah hadir dan menggantikan masyarakat modern. Daniel Bell (1973-1976) menciptakan ide yang selaras bahwa kita sedang berada dalam proses pembentukan dari sebuah masyarakat industrial menuju Post-Industrial. Dari orientasi modernnya yang ada, Bell tidak memiliki keraguan dalam mempersembahkan ini sebagai sebuah narasi besar pembangunan, khususnya di Amerika Serikat, Jepang, Eropa Barat, dan bahkan (dulunya) Uni Soviet. Juga bercermin pada perspektif modernisnya, tidak dapat di[pungkiri bahwa Bell memiliki beberapa hal yang sangat kritis untuk mengupas berbagai hal mengenai Post-Modernisme.
Bell membagi masyarakat ke dalam tiga bidang yaitu stukur sosial (atau ekonomi-teknik), pemerintahan, dan kebudayaan. Awalnya masyrakat post-industri menimbulkan, yang utama, perubahan-perubahan di dalam struktur sosial, khususnya ekonomi, dunia kerja, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun hal diatas tidak mneyebabkan perubahan-perubahan dalam bagian-bagian lain dari masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan, berbagai perubahan dalam struktur sosial terang saja memiliki implikasi yang besar bagi masyarakat. Bagaimanapun pusat perhatian utama Bell, paling tidak secara awal, adalah dalam perubahan karakter dari struktur sosial.
Bel menawarkan ringkasan yang sangat sedikit dari elemen-elemen perubahan yang ia bayangkan :
 Pertama, dalam ekonomi kita menyaksikan peralihan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan. Sementara ada berbagai jenis pelayanan (misalnya, bisnis eceran, perbankan). Kesehatan, pendidikan, penelitian, dan pelayanan pemerintah merupakan hal yang paling menentukan dalam masyarakat post industri. Kedua, pekerjaan profesional dan teknis hadir menguasai lapangan kerja. Sangat penting disini adalah munculnya para ilmuwan dan para teknisi.
Ketiga, pengetahuan teoritis esensi bagi masyarakat post-industri. Penegtahuan semacam itu dilihat sebagai sumber utama inovasi dan formulasi kebijakan. Termasuk disini adalah penekanan pada pengetahuan teoritis daripada pengetahuan empiris dan kodifikasi penegtahuan. Pertumbuhan jenis pengetahuan, dalam segala variasinya, merupakan pokok dari munculnya masyarakat post-industri.
Keempat, masyarakat post-industri berorientasi pada penaksiran dan kontrol atas teknologi dan dampak-dampaknya. Bell melihat harapan besar disini “Pengembangan ramalan baru dan teknik-teknik pemetaan membuat fase baru dalam sejarah ekonomi menjadi mungkin, kemajuan yang terencana dan sadar dari perubahan teknologi, dan dengan demikian mereduksi ketidakmenentuan masa depan ekonomi”.
Kelima,  pengambilan kebijakan ikut menciptakan sebuah “teknologi intelektual” baru. Untuk menangani skala besar kompleksitas dalam masyarakat post industri, kita menyaksikan kemunculan dan peningkatan teknologi-teknologi intelektual baru seperti “teori informasi, sibernetika, teori keputusan, teori permainan, teori daya guna, proses-proses yang melibatkan variabel yang bervariasi.
Bell memperjelas ide-idenya dalam konteks narasi besar, “skema umum mengenai perubahan sosial” dari preindustrial (Asia, Afrika, Amerika Utara), Industrial ( Eropa Barat, dulunya Uni soviet dan Jepang) , dan Post-Industri (dengan Amerika Serikat sebagai wakil tunggalnya, paling tidak pada saat ia menulis). Ada sejumlah pemisahan dalam tiga jenis masyarakat ini, sebagai contohnya, dalam hubungannya dengan pekerjaan, masyarakat praindustrial didominasi oleh para petani, penambang, nelayan, dan para pekerja tanpa keahlian. Masyarakat industrial oleh para pekerja dan ahli mesin berkeahlian minim, dan masyarakat Post-Industri oleh para ilmuwan teknis dan profesional.
Dalam desainnya, masyarakat-masyarakat Praindustrial menggunakan sebuah “permainan melawan alam”, Artinya orang-orang menyerap segala sesuatu dari alam dalam bidang pertambangan, perikanan, kehutanan, dan pertanian. Masyarakat Industrial memusatkan perhatiannya pada “permainan melawan alam yang di olah di pabrik”, yaitu masyarakat yang di dominasi oleh mesin dan kebutuhan yang da digunakan untuk koordinasi, jadwal, memprogram dan mengatur segala sesuatu hingga ke tingkat yang tinggi. Karena ia di dominasi oleh pelayanan-pelayanan, maka masyarakat Post-Industri adalah sebuah “permainan antara person-person”, sebuah permainan yang sangat memanfaatkan perbedaan-perbedaan dalam pengetahuan. Sebagaimana Bell meletakkannya “Apa yang dihargai bykanlah kekuatan otot semata, atau tenaga, namun informasi”.
Masih terpusat pada dasar pengetahuan baru, ekonomi Post-Industrimerupakan pengembangan teknologi-teknologi baru dan penegembangan hubungan baru anatara ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ilmiah diinstitusionalisasikan, dan industri-industri baru berdasarkan ilmu penegtahuan telah hadir. Secara keseluruhan , “peleburan sains dengan inovasi,dan kemungkinan pertumbuhan teknologi yang sistematik dan terorganisasi, adalah salah satu dari peyangga masyarakat Post-Industri, ini menimbulkan suatu kebutuhan akan lebih banyaknya siswa-siswa universitas terlatih  dan universitas-universitas yang lebih banyak dan lebih baik. Menurut Bell, Universitas semakin menjadi institusi primer dari masyarakat Post-Industri’. Universitas semakin dibebani nuntuk menghasilkan para ahli yang sangat terlatih yang dibutuhkan untuk membimbing masyarakat dalam periode perubahan dramatis ini.
Dalam masyarakat Pra-Industrial, pemilik tanah dan militer memegang kekuasaan, dan mereka melakukannya melalui penggunaan kekuatan secara langsung. Dalam masyarakat industrial, para pebisnis memiliki kekuasaan yang cukup besar, meskipun mereka melakukannya secara tidak langsung dengan cara mempengaruhi para politikus. Para ilmuwan dan para peneliti maju ke depan sebagai figur dominan dalam masyarakat Post-Industri, dan mereka berusaha menyeimbangkan kekuatan teknis ataupun politis.   


No comments:

Post a Comment

Entri Populer