Thursday, 16 November 2017

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL “Teori Modern Perdagangan Internasional”


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.  Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade). Teori yang menjelaskan tentang perdagangan internasional  pada dasarnya dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu: teori praklasik merkantilis, Teori Klasik, dan  teori modern.
Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional  antara lain disebabkan dua alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya),  setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksinya. 
Dari penjelasan tersebut maka kami akan mengkaji lebih dalam perkembangan teori perdagangan internasional yang difokuskan pada teori modern dari perdagangan internasional itu sendiri yang dalam hal ini penulis buat dalam format makalah.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni sebagagai berikut:
1)      Bagaimanakah teori modern perdagangan internasional H-O (Hecksher-Ohlin)?
2)      Bagaimanakan teori dari Opportunity Cost dalam teori modern perdagangan Internasional?
3)      Bagaimanakah teori dari Offer Curve dalam teori modern perdagangan Internasional?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Hecksher-Ohlin
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (Salvatore, 2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Sedangkan menurut dalil ( teorema) ini bahwa suatu negara mempunyai keuntungan komperatif atas barang, dengan demikian seharusnya mengekspor barang tersebut, yang diproduksi dengan menggunakan secara intensif faktor produksi yang dimiliki secara relatif lebih kaya ( the abundant factor ).
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang melukiskan total biaya produksi sama serta kurva isoquant yang melukiskan total kuantitas produk yang sama. Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva isocost maka akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya tertentu suatu negara akan memperoleh produk maksimal atau sebaliknya dengan biaya yang minimal suatu negara dapat memproduksi sejumlah produk tertentu.
Uraian teori faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui bagaimana suatu barang dihasilkan.  Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan kurva isoquant.  Peta Isoquant masing-masing negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

Isoquant Indonesia terletak dekat sumbu vertikal (TK) menunjukkan bahwa barang yang dihasilkan Indonesia bersifat padat tenaga kerja (labor intensive) sedangkan bagi Jepang lebih mendekati sumbu horizontal menunjukkan barang yang dihasilkan  bersifat padat modal (capital intensive).
Sesuai dengan konsep  titik singgung antara isocost dan isoquant ini, masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi  faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur  atau proporsi faktor produksi yang dimiliki.
Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2sebagai barikut:
1)      Perdagangan  internasional  terjadi  antara  dua negara (misal-nya Indonesia dan Jepang).
2)      Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (pakaian dan radio).
3)      Masing-masing   negara menggunakan dua macam faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital.
Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) berdasarkan teori H-O disusun Tabel berikut:

Teori Proporsi Faktor dengan data hipotetis
2   Negara
Indonesia
Jepang
2   barang
Pakaian
Radio
Pakaian
Radio
2   F. produksi
TK
K
TK
K
Proses Produksi
Labor intensive
Capital intensive
Labor intensive
Capital intensive
Proporsi F. produksi
60 unit
(banyak)
15 unit
(sedikit)
30 unit
(sedikit)
60 unit
(banyak)
Isoquant
100 unit
20 unit
100 unit
20 unit
Isocost
$ 400
$ 600
$ 600
$ 400
Unit cost
$ 4
(murah)
$ 30
(mahal)
$ 6
(mahal)
$ 20
(murah)
Berdasarkan tabel diatas dan konsep titik singgung antara isocost dan  isoquant  sebagai suatu titik  optimal  untuk memproduksi sejumlah barang dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini.
 
Dari gambar diatas dapat dekemukakan hal-hal sbb:
1.      Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat TK
a)      Di Indonesia
Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost  $400  pada titik A dengan kombinasi 34 TK dan 3 K. Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Indonesia akan  lebih murah, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi yang dimiliki oleh Indonesia relatif banyak dan murah, sehingga unit costnya hanya $4.
b)      Di Jepang
100 unit pakaian akan menyinggung isocost $600 pada titik B dengan kombinasi 20 unit TK dan 7 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di jepang relatif mahal karena faktor produksi TK relatif sedikit dan mahal, sehingga  unit cost adalah $6.
2.      Isoquant 20 unit radio dilakukakan padat modal
a)      Di Indonesia
Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost  $600 pada titik C dengan kombinasi 20 TK dan 10 K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat modal di Indonesia akan  lebih mahal, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi relatif sedikit dan mahal sehingga unit costnya adalah $30.
b)      Di Jepang
20 unit radio akan menyinggung isocost $400 pada titik D dengan kombinasi 10 unit TK dan 18 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat karya di jepang relatif murah, sehingga unit cost adalah $20.
Kesimpulan dari teori H-O adalah sebagai berikut:
    1)      Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara.
    2)      Comparative  advantage  atau  keunggulan  komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki oleh masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki.
    3)      Masing-masing negara akan  cenderung  berspesialisasi  produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
  4)   Sebaliknya,  masing-masing  negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal memproduksinya.

B.     Teori Opportunity Cost
Analisis perdagangan internasional dengan menggunakan teori opurtinity cost adalah dengan menggunakan pendekatan kurva kemungkinan produksi (production possibility curve, PPC) dan kurva indiferen (indifference curve, IC).  Pendekatan ini dikemukakan oleh G. Harberlel.   Kurva kemungkinan produksi (PPC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang digunakan sepenuhnya (full employment).  Bentuk kurva kemungkinan produksi tergantung pada anggapan (asumption) yang digunakan, apakah dengan biaya konstan (PPC constant cost) atau biaya meningkat (increasing cost).  Sedangkan kurva indiferen (IC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang menghasilkan kepuasan sama.
           1)      Kurva indiferen dan PPC constant cost
Analisis manfaat perdagangan dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar dibawah ini.
Dari gambar diatas, suatu negara dianggap memiliki PPC constant cost yaitu NT, menghasilkan dua jenis barang yaitu X dan Y.   Dari gambar diatas keuntungan perdagangan (gain from trade) dapat dijelaskan sebagai berikut :
o   Sebelum perdagangan
Kurva  PPC NT bersinggungan dengan kurva indiferen IC.  Ke-seimbangan terjadi dititik A dimana jumlah produksi yang dihasilkan adalah sama dengan konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Kurva PPC bersinggungan dengan kurva IC.
o   Setelah perdagangan
Apabila dianggap Dasar tukar perdagangan  luar  negeri  ada-lah garis putus-putus yang ditunjukkan oleh NT’, maka ini berarti melakukan perdagangan dengan negara lain akan menguntungkan, hal ini tercermin dari pergeseran kurva indiferen kekanan atas yaitu IC’.  Keseimbangan akan terjadi dititik B
Jadi dengan melakukaan perdagangan internasional maka kesejahteraan masyarakatnya akan meningkat, hal ini dapat dicerminkan dari pergeseran kurva indiferen ke kanan.  Seperti kita ketahui, semakin jauh kurva indiferen dari titik O (origin) mengindikasikan bahwa kesejahteraan meningkat.
          2)      Kurva indiferen dengan PPC increasing cost (biaya menaik)
Analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) dengan IC dan PPC increasing cost  dapat dilakukan dengan tiga kemungkinan, yaitu; (a) PPC increasing cost  yang sama dan IC berbeda; (b) PPC  increasing cost  dengan IC yang sama; dan (3) PPC Increasing cost dan IC yang berbeda.
Prinsip ketiga kemungkinan ini adalah sama, sehingga  dalam kesempatan yang ini akan dijelaskan adalah salah satu diantaranya, sedangkan dua kemungkinan lain merupakan tugas Anda menganalisisnya. Yang akan dibahas adalah PPC increasing cost  yang sama dan IC yang berbeda. Persamaan PPC menunjukkan kesamaan faktor-faktor produksi serta teknik produksi yang sama antar negara. Perbedaan pada kurva Indiferen disebabkan oleh perbedaan dalam pendapatan, rasa atau preferensi konsumen di masing-masing negara.   Analisis ini dapat diilustrasikan dengan memperhatikan gambar berikut ini :

Keterangan:
X            : barang X
Y            : barang Y
PP          : kurva kemungkinan Produksi
ICa          : kurva indiferen negara A
ICb            : kurva indiferen negara B
DTI        : Dasar Tukar Internasional
Analisis perdagangan adalah sebagai berikut :
3.      Sebelum perdagangan
Negara A
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, negara A akan menghasilkan barang X sebesar X1 dan menghasilkan barang Y sebesar Y1.  Keseimbangan produksi dan konsumsi negara A sebelum perdagangan akan terjadi di titik C, yaitu pada persinggungan PP dan ICa.
Negara B
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, negara B akan menghasilkan barang X sebesar sebesar X3 dan Y sebesar Y3. Keseimbangan produksi dan konsumsi tercapai di titik E, yaitu persinggungan antara PP dan ICb.
4.      Setelah perdagangan
Setelah  kedua negara (negara A dan Negara B) melakukan perdagangan, dan dasar tukar Internasional yang terjadi adalah DTI maka : kedua negara akan berpoduksi pada titik yang sama, yaitu dititik A, yaitu menghasilkan barang X sebesar X5 dan barang Y sebesar  dan barang Y sebesar Y5.  Manfaat perdagangan (gain from trade) internasional dapat dilihat dari peningkatan kesehteraan yang dicerminkan oleh pergeseran kurva indiferen masing-masing negara (kurva IC negara A bergeser dari ICa menjadi ICa’ dan kurva IC negara B bergeser dari ICb menjadi ICb’ ).
Negara A akan mengkonsumsi dititik B, yaitu mengkonsumsi X sebesar X2 dan Y sebesar Y2 pada kurva Ica’ , kekurangan barang Y  akan dipenuhi dengan melakukan impor (sebesar Y2Y4), sedangkan kelebihan produksi X akan diekspor (sebesar X2X5)   Sedangkan negara B akan mengkonsumsi di titik D, yaitu mengkonsumsi X sebesar X4 dan Y sebesar Y4.  Kelebihan produksi barang Y akan diekspor (sebesar Y5Y4), dan  Kekurangan barang X akan dipenuhi dengan mengimpor (sebesar X5X4).
Dengan demikian perdagangan internasional akan dapat meningkatkan kesejahteraan dimasing-masing negara. Dari gambar diatas kita hanya ada menganggap dua negara yang berdagang, yaitu negara A dan negara B.  Ekspor bagi negara A merupakan impor bagi negara B, demikian sebaliknya.   Prinsip ini juga dapat diterapkan pada banyak negara. Penggunaan grafik hanya terbatas pada dua negara saja, sedangkan untuk banyak barang dan banyak negara dapat dillakukan analisis secara matematis, seperti penggunaan persamaan simultan dan sebagainya.
C.     Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional.Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”.
Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang melukiskan total biaya produksi sama serta kurva isoquant yang melukiskan total kuantitas produk yang sama.
Selanjutnya, analisis perdagangan internasional dengan menggunakan teori opurtinity cost adalah  dengan menggunakan pendekatan kurva kemungkinan produksi (production possibility curve, PPC) dan kurva indiferen (indifference curve, IC).  Pendekatan ini dikemukakan oleh G. Harberlel.   Kurva kemungkinan produksi (PPC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang digunakan sepenuhnya (full employment). 
Teori yang terakhir yakni teori Offer Curve. Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga. Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.



DAFTAR PUSTAKA

Haris Munandar, Faisal Basri.2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif.  Jakarta: Kencana
Krugman, Paul R. dan Obstfeld. 2003. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijkan Edisi kedua. Jakarta: RajaGrafindo Persada.


2 comments:

  1. kok gambar kurvanya gak ada ya kak, kurang lengkap nih tanpa kurvanya

    ReplyDelete
  2. setuju, butuh kurva nya juga kak :(

    ReplyDelete

Entri Populer