Thursday 21 December 2017

MAKALAH “EKONOMI MONETER ” (Teori-Teori Dalam Ekonomi Moneter)


PEMBAHASAN
Para ahli ekonomi menyepakati penting dan sentralnya uang dalam perekonomian. Sehingga kini terjadi perkembangan analisis dalam bidang tersebut, yang mana analisis ini lebih banyak ditekankan pada perkembangan teori-teori peermintaan uang.
Teori-teori yang berkembang dewasa ini berakar dari pemikiran ekonomi klasik yang menyatakan bahwa fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Sementara itu perekonomian berproduksi pada tingkat di mana seluruh faktor produksi yang ada telah digunakan sepenuhnya (full employment).
Karena perekonomian berada pada posisi full employment, sedangkan uang hanya sebagai alat tukar, maka perubahan jumlah uang beredar tidak akan mempengaruhi tingkat  output perekonomian. Perubahan jumlah uang yang beredar hanya akan mempengaruhi tingkat harga umum. Jika jumlah uang beredar ditambah, tingkat harga umum akan naik, atau terjadi inflasi. Begitu juga seballiknya. Tidak ada keterkaitan antara sektor riil dengan sektor moneter. Inilah yang disebut dengan netralitas uang.
Adapun krisis ekonomi yang melanda perekonomian barat yang menjalar ke penjuru dunia mendorong adanya tinjauan kritis terhadap kebenaran netralitas uang. Alasannya  adalah depresi tersebut dimulai dengan terguncangnya sektor moneter perekonomian mereka. Fakta tersebut menunjukkan pandangan tentang netralitas uang tidak dapat lagi dipertahankan sehingga terjadi penyempurnaan terhadap teori klasik tersebut.
Sumbangan Keynes terhadap perkembangan teori moneter modern adalah pandangannya tentang uang sebagai alat penyimpan nilai. Pandangan tersebut menyebabkan perlunya analisis tentang pasar uang. Yang pada akhirnya nanti akan berdampak pada adanya hubungan antara sektor rill dan sektor moneter dalam perekonomian suatu negara.
Pengertian teori moneter
Teori moneter adalah berbagai pemikiran dan konsep tentang berbagai variabel moneter, seperti uang, tingkat bungan, jumlah uang beredar, dan sejenisnya. Disamping itu, pembicaraan dalam teori moneter juga tidak dapat dilepaskan dari variabel ekonomi
         lainnya seperti inflasi, pendapatan nasional maupun nilai tukar Pada dasarnya nilai uang dapat diukur berdasarkan harga barang yang ada di sebuah negara. Dengan pemahaman ini, nilai uang dapat dibedakan menjadi :· Internal Value of Money, menunjukkan jumlah komoditi yang dapat dibeli/diperoleh dengan sejumlah uang tertentu à menunjukkan daya beli uang (Purchasing Power)· External Value of Money, menunjukkan nilai suatu mata uang bila diukur dengan mata uang dari negara lain à Exchange Rate, misalnya Rp 9.200,- = US $ 1
A. Teori moneter klasik
     Teori-moneter klasik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teori kuantitas uang dan teori Cambridge.
1.   Teori kuantitas uang
            Teori kuantitas uang dikembangkan oleh irving Fisher pada awal abad ke-20. Teori ini berpandangan bahwa uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment). Sebagai alat tukar, maka uang akan berputar atau  berpindah-pindah tangan dari satu pihak ke pihak yang lain selama periode tertentu. Berapa kali uang berputar dalam satu tahun disebut sebagai velocitas uang beredar (money velocity). Jika velositas uang sama dengan 12, maka uang akan berputar sebanyak 12 kali dalam setahun.
            Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat kita simpulkan bahwa jumlah uang beredar  dikalikan dengan velositasnya  akan sama dengan jumlah produksi  dikalikan dengan harga jualnya. Secara matematis dapat dinyatakan dalam rumus:
 MV = PT
 dimana:  M = jumlah uang yang beredar.
        V = velositas uang yang diasumsikan konstan pada jangka pendek.
  P = harga barang dan jasa
  T = jumlah output yang dtransaksikan.
            Karena output yang dihasilkan (T) adalah output  pada kesempatan kerja penuh dan velositas uang diasumsikan tidak berubah, maka dalam jangka pendek jika M pada ruas kiri berubah, maka P pada ruas kanan juga berubah. Konsekuensinya adalah perubahan P karena perubahan M mempunyai hubungan searah dab proporsional.  Hubungan yang proporsional antara jumlah uang  dengan harga dapat dicontohkan sebagai berikut: apabila V dan T  masing-masing tetap pada nilai 4 dan 100, maka dengan jumlah uang beredar (M)=25, harga (P) = 1,
 MV = PT
25x4 = 1x100
Jika M naik dua kali, maka P juga naik dua kali sehingga persamaannya akan menjadi
MV = PT
50x4 = 2x100.
            Inilah yang menyebabkan para ekonom klasik mengatakan bahwa gejala inflasi semata-mata merupakan gejala moneter. Artinya perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah uang yang beredar. Dan jika ingin mengendalikan inflasi, maka yang harus dikendalikan adalah jumlan uang beredar.
Adapun karena velositas uang dianggap konstan, maka permintaan uang riil dalam jangka pendek ditentukan oleh volume transaksi atau tingkat produksi perekonomian. Hubungan permintaan uang riil dengan tingkat produksi adalah proporsional. Jika permintaan uang riil akan berubah jika transaksi berubah. Yang mana transaksi pada era modern ini dapat ditafsirkan sebagai PDB riil. Sehingga dengan demikian pertumbuhan ekonomi dengan permintaan uang riil memiliki hubungan searah. karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pertambahan uang riil.  
Kelemahan-kelemahan dari Teori Kuantitas ini adalah
a.       Dalam kenyataannya, perubahan jumlah uang yang beredar, tidak selalu langsung berakibat pada perubahan penggunaan uang tersebut
b.      Teori ini telah mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perubahan permintaan uang. Teori ini mengangap bahwa permintaan lebih disebabkan karena pendapatan, karena motivasinya adalah untuk transaksi, jadi tidak ada hubungannya dengan tngkat bunga.
c.       Dalam masyarakat modern, velocity uang tidaklah stabil, karena ada banyak alternatif yang bisa masyarakat pilih dari kelebihan uang yang dia miliki. Alternatif- alternatif tersebut daintaranya adalah :
§  Untuk menambah kas
§  Untuk menambah tabungannya
§  Untuk menambah pembelian barang dan jasa
§  Untuk menambah pembelian surat-surat berharga
Penjelasan dari teori kuantitas dapat disimpulkan:
a.       Tambahan Jumlah Uang yang Beredar akan dibelanjakan seluruhnya tanpa terpikir untuk ditabung sebagian
b.      Velocity dan Jumlah komoditi dianggap tetap dan perubahannya hanya dipengaruhi oleh faktor di luar moneter
c.       Jumlah Uang yang Beredar tidak akan mempengaruhi sektor riil, sektor ini hanya dipengaruhui oleh teknologi dan sumber daya Manusia
d.      Tingkat harga akan selalu berubah secara proporsional mengikuti perubahan Jumlah Uang yang beredar

2.   Model Cambridge
Model Cambridge adalah model permintaan uang yang dikembangkan oleh para ekonom Cambridge, khususnya Marshall dan Pigou. Mereka mengakui fungsi uang sebagai alat tukar, tetapi juga mengakui uang berfungsi sebagai alat penyimpan kekayaan. Karena itu manusia memiliki dua pilihan dalam menyimpan asetnya, yaitu uang tunai dan surat-surat berharga atau barang.
Para teoritisi model Cambridge berpandangan bahwa permintaan uang selain dipengaruhi oleh tingkat volume transaksi (PDB riil), juga dipengaruhi oleh tingkat kekayaan seseorang atau masyarakat, tingkat bunga, dan ekspektasi masyarakat tentang masa depan. Karena mereka berpendapat nilai aset dihitung dalam nilai nominal, maka mereka percaya bahwa permintaan terhadap uang  karena faktor kekayaan berhubungan proporsional dengan pendapatan nominal. Sehingga mereka juga percaya bahwa permintaan uang memiliki hubungan proporsional dengan pendapatan nominal:
M =  kPY        di mana M = permintaan uang, P = harga, dan Y = tingkat output riil (PDB riil). Dan k dalam jangka pendek dianggap konstan.
Kedua persamaan tersebut sepintas terlihat mirip. Hal ini bermakna bahwa para ekonom Cambridge sependapat dengan Fisher tentang fungsi uang sebagai alat tukar. Letak perbedaannya adalah Fisher sama sekali mengabaikan fungsi uang sebagai  penyimpan kekayaan, sehingga tidaka ada alternatif selain menyimpan uang dalam bentuk kas. Sebaliknya Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat mengaloksikan kekayaannya dalam bentuk surat-surat berharga. Pendapat bahwa k dalam jangka pendek adalah konstan dihasilkan dari penyusunan  asumsi  bahwa dalam jangka pendek jumlah kekayaan, volume transaksi, dan produksi riil mempunyai hubungan proposional.

3.    Efektivitas kebijakan moneter
Dari sudut pandang para ekonom klasik, gejala inflasi semata-mata merupakan gejala moneter.

B.  Teori moneter Keynesian
      Sebagai seorang ekonom yang besar dalam lingkungan para Cambridge, Keynes terpengaruh dengan pandangan ilmu ekonomi masa itu. Keynes sependapat dengan  fungsi uang sebagai alat tukar dan penyimpan kekayaan yang dipengaruhi terutama oleh tingkat bunga dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Tetapi Keynes melangkah lebih jauh dengan menekankan sangat pentingnya peranan tingkat bunga dalam mempengaruhi perilaku masyarakat memilih memegang uang tunai atau surat-surat berharga. Penekanan faktor tingkat bunga terhadap keinginan memegang uang inilah yang memungkinkan anallisis permintaan uang sebagai alat untuk memperoleh keuntungan yang disebut liquidity preference atau spekulasi.
1.      Permintaan uang sebagai alat transaksi
           Keynes membedakan permintaan uang untuk transaksi menjadi dua yaitu transaksi rutin (transaction motive demand for money) dan transaksi yang tak dapat diduga sebelumnya (precontionary motive). Akan tetapi tidak ada perbedaan yang prinsipil mengenai keduanya sehingga dapat dikatakan bahwa motif transaksi klasik sama dengan transaksi Keynes.
2.      Permintaan uang untuk spekulasi
Dalam hal ini kita harus memahami beberapa konsep yaitu
1)   Nilai waktu dari uang (time value of money)
     Sebagai sumberdaya langka, alokasi uang harus diusahakan seefisien mungkin. Dasar pertimbangannya adalah biaya ekonomi dibandingkan dengan manfaatnya. Bila seseorang menabung di bank, maka biaya ekonominya adalah produktifitas uang yang dikorbankan bila uang itu digunakan sendiri. Contoh produktifitas A =10%/tahun, maka setiap unit uang yang ada di tangannya akan bertambah 10% pertahun.
     Sehingga keputusan seseorang untuk menabung di bank sangat di pengaruhi oleh produktifitas yang dikorbankan.
2)   Nilai sekarang dari uang (present value)
     Yang dimaksud dengan present value adalah berapa nilai uang sekarang dari uang yang akan diterima di masa mendatang. Sebagai makhluk rasional, kita tidak menginginkan nilai riil uang yang dialokasikan mengalami penurunan. Sehingga dalam hal ini kita juga perlu memperhitungkan produktifitas kita. Contohnya si A yang memiliki tingkat produktifitas uang 30%/tahun, maka uang yang nilainya 39 juta tahun mendatang akan memiliki nilai yang sama dengan 30 juta yang diterima sekarang. Sehingga apabila bank menawarkan bunga 15%/tahun, maka ia akan lebih memilih untuk memegang uang tunai dari pada menyimpannya di bank.
3)   Penentu harga obligasi konsol (konsol band)
     Umumnya obligasi memberikan penghasilan berupa aliran penghasilan bunga (coupon) yang dibayar dalam satu periode tertentu. Contohnya  Budi memiliki obligasi konsol dengan nilai per lembarRp 10.000,00 dan tingkat bunga obligasi adalah 10%, maka setiap tahun sampai waktu tak terbatas  Budi akan memperoleh penghasilan sebesar Rp 1.000,00 dari setiap lembar obligasi yang dimilikinya.
4)   Permintaan uang untuk spekulasi
     Permintaan uang untuk spekulasi berhubungan erat dengan tingkat suku bunga di masa mendatang. Perkiraan suku bunga mendatang sangat ditentukan oleh persepsi seseorang tentang tingkat suku bunga normal. Misalkan Budi berpandangan tingkat suku bunga normal adalah 6%/tahun. Jika tingkat bunga8%, maka menurutnya di masa mendatang tingkat suku bunga akan turun dan harga jual obligasi akan turun.sehingga Budi akan lebih memilin untuk menyimpan uangnya dalam bentuk obligasi. Tetapi bila tingkat bunga saat ini 3% maka ia kan lebih memilih untuk memegang uangnya dalam bentuk uang tunai, karena ia memperkirakan di masa mendatang bunga akan naik dan harga obligasi akan turun.

3.      Permintaan uang total
           Permintaan uang total adalah permintaan uang untuk transaksi ditambah dengan permintaan uang untuk spekulasi.
MD= MT + MSP
      = MT  (Y) + MSP (i)
           Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa permintaan uang dalam perekonomian ditentukan oleh pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i). tingkat pendapatan nasional akan menentukan permintaan untuk transaksi, sedangkan tingkat bunga menentukan permintaan uang untuk spekulasi.

4.      Efektifitas kebijakan moneter Keynes
           Keynes memandang adanya hubungan berlawanan arah antara tingkat bunga dengan tingkat investasi. Jika tingkat bunga semakin meningkat, maka tingkat investasi menurun. Sebaliknya jika tingkat bunga menurun, maka tingkat investasi meningkat. Dasar pemikiran ini yang memungkinkan kebijakan moneter akan mempengaruhi tingkat output. Jika tingkat bunga dapat diturunkan, maka jumlah investasi akan lebih besar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan bila ingin menurunkan tingkat suku bunga maka hal yang akan dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar, karena penambahan ini akan meningkatkan investasi, dan akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

C. Gabungan Teori moneter klasik Dan Keynesian: model IS-LM
Sintesis Klasik-Keynesian atau disebut juga sintesis Neo Klasik-Keynesian memadukan pemikiran Keynes dan Klasik menjadi satu sintesisi baru. Pandangan kaum Klasik bahwa uang berfungsi  sebagai alat tukar dan pasar senantiasa berada dalam keadaan keseimbangan, digabungkan dengan pandangan Keynes tentang uang sebagai alat tukar dan alat penyimpan nilai. Penggabungan ini memungkinkan dibuatnya hubungan antara sektor riil dengan sektor moneter. 
Diagram tersebut bermakna bahwa ada hubungan antara keseimbangan di sektor riil (pasar barang dan jasa) dengan keseimbangan di sektor moneter (pasar uang dan modal).  Perubahan keseimbangan pasar uang dan modal akan berpengaruh terhadap keseimbangan pasar barang dan jasa.  Kaitan antara keseimbangan sektor riil dengan sektor moneter terjadi pada permintaan investasi dan permintaan uang. Di mana permintaan investasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, sehingga pergerakan tingkat suku bunga di sektor moneter akan mempengaruhi pasar barang dan jasa. Perubahan di sektor rill, yaitu pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan permintaan uang untuk transaksi. Jika pendapatan nasional meningkat maka permintaan uang untuk transaksi juga meningkat. Selanjutnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga dan keseimbangan sektor moneter.
Perekonomian dikatakan berada dalam keseimbangan jika pasar barang/jasa dan pasar uang/modal  berada dalam keseimbangan secara simultan. Pada saat itu tingkat bunga keseimbangan memungkinkan permintaan uang sama dengan penawaran uang,  sehingga pasar uang/modal berada dalam keseimbangan. Di sektor barang dan jasa pada tingkat  bunga tersebut, produksi telah sama dengan pengeluaran agregat, sehingga pasar barang/jasa berada dalam keseimbangan.
1.   Keseimbangan pasar barang dan jasa.
Keseimbangan pasar barang dan jasa tercapai bila pengeluaran agregat sama dengan total produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
AE = Y
Di mana : Y  =  total produksi
                     AE = pengeluaran agregat.
Kita misalkan di perekonomiantertutup yangh terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan perusahaan. Sehingga pengeluaran agregatnya terdiri dari konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan.  Atau secara matematis akan terlihat seperti berikut ini:
AE = C + I, sementara itu, jumlah output yang diproduksi sebagian besar dikonsumsi dan sebagian lagi ditabung, sehingga dapat dinyatakan:
Y = C + S
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, maka:
AE                     =  Y
C+I        =  C+S
I             =  S,   
Ini berarti bahwa pasar barang dan jasa berada dalam keseimbangan apabila investasi sama dengan tabungan.

2.   Keseimbangan pasar uang (kurva LM)
Pasar uang dikatakan berada dalam keseimbangan apabila jumlah permintaan uang sama dengan jumlah penawaran uang. Karena permintaan uang untuk transaksi ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional, sementara harga uang merupakan gambaran kelangkaan uang yang merupakan hasil interaksi permintaan dan penawaran uang.

3.   Keseimbangan perekonomian
Perekonomian dikatakan berada dalam keseimbangan bila pasar barang/jasa maupun pasar uang telah berada dalam keseimbangan.
Perbedaan Teori Moneter Klasik dan Teori Moneter Keynes



KLASIK
  1. Menganggap nilai uang adalah stabil
  2. Menolak anggapan bahwa fenomena- fenomena moneter sebagai variabel yang sanggup mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan
  3. Adanya tambahan jumlah uang beredar tak akan mempengaruhi sektor riil (Classical Dichotomy).
  4. Permintaan dan penawaran uang menentukan tingkat harga umum.
  5. V dan T dianggap tetap dan hanya dipengaruhi faktor-faktor non moneter.



KEYNES
  1. Menganggap nilai uang adalah tidak stabil.
  2. Fenomena-fenomena moneter merupakan variable-variabelyang dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
  3. Tambahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi sektor riel.
  4. Permintaan dan penawaran uang akan menentukan tingkat bunga.
  5. V dan T dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan perekonomian yang terjadi.





DAFRAR PUSTAKA

Nopirin,Ph.D,Ekonomi Moneter buku 1 edisi ke -4,Yogyakarta;BPFE-Yogyakarta,1996
Nopirin,Ph.D,Ekonomi Moneter buku 11 edisi ke -1,Yogyakarta;BPFE-Yogyakarta,2000









No comments:

Post a Comment

Entri Populer