Monday, 23 April 2018

MAKALAH KETERAMPILAN MENDENGARKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sebagian besar orang-orang dalam melakukan komunikasi dengan yang lainnya, mereka melakukannya dengan bertatap muka langsung dengan bahasa lisan. Dalam kegiatan tersebut, mereka saling bergantian. Ada saat dimana seseorang menjadi pembicara dan pada saat yang lain seseorang tersebut menjadi pendengar atau penyimak. Dalam kegiatan tersebut, khusus seperti seminar atau sejenisnya, kesempatan untuk menjadi pembicara lebih sedikit bila dibandingkan dengan kesempatan untuk mendengarkan.
Hal tersebut menunjukkan kepada kita betapa pentingnya keterampilan mendengarkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terlepas dari kenyataan bahwa kita setiap hari tidak terlepas dari kegiatan mendengarkan. Namun kegiatan mendengarkan yang efektif, yaitu menjadi pendengar yang baik perlu diperhatikan.
Terdapat masalah yang mendasar tentang bagaimana kita menjadi pendengar yang baik. Pendengar dalam kegiatan mendengarkan kritis biasanya berusaha dengan teliti, cermat, objektif, apresiatif, mencari dan menemukan butir-butir kesalahan atau kekeliruan juga butir-butir yang benar dari apa yang telah disampaikan oleh pembicara. Untuk itu jalan yang terbaik adalah dengan berlatih secara teratur, terarah, dan berlatih menghormati orang lain yang sedang berbicara.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalanya adalah :
1.      Bagaimana hakikat dari keterampilan mendengarkan?
2.      Apa saja jenis-jenis mendengarkan?
3.      Bagaimana proses pembelajaran keterampilan mendengarkan?
4.      Apakah mendengarkan itu penting?
5.      Bagaimana menjadi pendengar yang terampil?
C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah kita diharapkan mampu :
1.      Memahami hakikat dari keterampilan mendengarkan.
2.      Mengetahui jenis-jenis mendengarkan.
3.      Memahami bagaimana proses pembelajaran keterampilan mendengarkan..
4.      Memahami pentingnya mendengarkan.
5.      Memahami bagaimana menjadi pendengar yang terampil.



BAB II
KETERAMPILAN MENDENGARKAN
A.    Hakikat Mendengarkan
Mendengarkan (ai-inshat) adalah mengesampingkan mengesampingkan  semua hal di dekitar kita yang bisa menganggu konsentarsi kita untuk memerhatikan secara serius apa yang dikatakan lawan bbicara. Dalam mukhtar as-Shahhab, al-Razi menyatakan bahwa mendengarkan adalah diam dan mendengar.[1]
Perbedaannya dengan mendengar bahwa mendengar (al-istima’) adalah bentuk umum, sementara mendengarkan (al-inshat) adalah bentuk khusus.
Ada istilah lain yang juga maknanya hampir sama dengan mendengarkan yaitu menyimak. Mengenai pengertian menyimak ada beberapa pendapat para ahli diantaranya :
Menurut Rusl dan Ander Son, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menurut Akhadiah (1988) yang dikutip oleh Kundharu Suddhono dkk, Istilah kata “Menyimak” dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan mendengar dan mendengarkan. Oleh sebab itu, ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga digunakan secara bergantian.
Ketiga istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun, tetap berbeda dalam penerapan atau penggunaannya.[2] Mendengar diartikan sebagai menangkap bumyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu bunyi (suara) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Adapun dalam proses menyimak yang juga terdapat kketerampilan mendengarkan. Menurut M . Logan (1972), yang dikutip oleh Kundharu Saddhono dkk, membagi proses menyimak ke dalam tahapan pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian, sedangkan Henry Guntur Tarigan (1983) menjelaskan tahapan menyimak sebagai berikut :
a.       Tahap mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan pembicara.
b.      Tahap memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
c.       Tahap menginterpretasi dengan cermat dan teliti isi ujaran pembicara. Penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam simakan.
d.      Tahap mengevaluasi isi simakan. Pada tahap ini penyimak menilai pendapat serta gagasan pembicara, keunggulan dan kelemahan, kebaikan dan kekurangannya.
e.       Tahap menanggapi maksud bahan simakan. Setelah penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara, penyimak akhirnya memberikan tanggapan atas pembicaraan si pembicara.
Di dalam setiap tahapan menyimak diperlukan kemampuan tetentu agar proses menyimak berlangsung dengan baik. Misalnya kemampuan menangkap bunyi, kemampuan menangkap dan mengingat bunyi yang harus didasari dengan kemampuan memusatkan perhatian. Dan semua itu juga termasuk ke dalam tahapan mendengarkan.

B.     Jenis-jenis Mendengarkan
Stephen R. Covey, dalam the 7 Habits of Highly Effective People, membagi empat macam kategori mendengarkan.
1.      Mendengarkan yang negatif, yaitu mengabaikan semua yang dikatakan lawan bicara tanpa kecuali.
2.      Mendengarkan yang dibuat-buat, yaitu berpura-pura mendengarkan atau mengikuti pembicaraan.
3.      Mendengarkan yang selektif, yaitu mendengarkan apa yang ingin didengar saja.
4.      Mendengarkan yang efektif (jujur), yaitu mendengarkan dengan niat yang tulus dan jujur untuk mendapatkan pemahaman tanpa bermaksud untuk membantah perkataan yang didengarkan. Artinya, mendengarkan dengan tujuan memahami tpik pembicaraan dari sudut pandang pengucap atau pembicara, bukan sudut pandang pendengar. Jadi mendengarkan yang efektif adalah upaya menyelami apa yang ada dalam benak dan hati pembicara.
Ada banyak jenis menyimak yang dikemukakan para ahli. Salah satunya jenis menyimak menurut Logan et al. (1992) yang dikutip oleh Kundharu Saddhono dkk membedakan jenis menyimak yang juga tidak jauh berbeda dengan jenis mendengarkan, karena meskipun menyimak dan mendengarkan memiliki perbedaan akan tetapi mendengarkan tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan melainkan diantara keduanya juga memiliki kesamaan. Jenis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.      Menyimak untuk belajar. Penyimak mempelajari berbagai hal yang diperlukan. Seperti pelajaran sesuatu lewat televise, radio, video, dan sebagaainya.
2.      Menyimak untuk mendapatkan hiburan dari kepenatannya. Misalnya menyimak lawakan, cerita, drama, dan sebagainya.
3.      Menyimak untuk menilai. Penyimak memperhatikan dan memahami isi simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.
4.      Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi simakan, misalnya puisi, cerita, sandiwara, dan sebagainya.
5.      Menyimak untuk mengomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan, pembicara sehingga terjadi sambung rasa pembicara-penyimak.
6.      Menyimak deskriminatif. Penyimak ingin membedakan bunyi suara, misalnya dalam belajar bahasa asing.
7.      Menyimak pemecahan masalah. Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah yang disampaikan pembicara. Dari sini penyimak mendapat sesuatu yang bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Berbagai macam bentuk wacana seperti berita, petunjuk, dan iklan dan disajikan secara lisan atau tertulis. Berita, petunjuk, dan iklan secara lisan dapat kita temui dalam radio, tv, film dan media lainnya. Sedangkan berita, petunjuk, dan iklan tertulis dapat kita temukan dalam surat kabar, majalah, plakat-plakat yang ditempelkan di baliho atau di dinding-dinding bangunan atau pajangan di pinggir jalan besar.
Berita, petunjuk, dan iklan tersebut hanya merupakan beberapa contoh dari bahan simak yang berupa wacana, sehingga dimungkinkan kita bisa memersiapkan bahan simak yang lain, misalnya dialog pidato, atau pengumuman secara lisan. Bahan simak yang tersedia bisa diucapkan oleh orang lain atau kita sendiri.
C.     Tahap-tahap Menyimak (Mendengarkan)
Menurut Ruth. Strickland menyimpulkan adanya 9 tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yang juga dapat dijadikan rujukan dalam tahap mendengakan, 9 tahap itu, dapat dilukiskan senbagai berikut :
1.      Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2.      Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan.
3.      Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
4.      Menyimak terapan karena sang anak keasikan menyerap atau megarbsopsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5.      Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara seksama berganti dengan keasikan lain.
6.      Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar- benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.
7.      Menyimak dengan reaksi-reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.
8.      Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9.      Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.

D.    Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Dalam pembelajaran keterampilan menyimak, tidak jauh berbeda dengan keterampilan mendengarkan, kedua istilah tersebut sama-sama mempelajari tentang bagaiman seorang penyimak atau pendengar dapat menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara.
Pembelajaran keterampilan ini perlu dilakukan karena dapat dikatakan mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia termasuk siswa itu berhubungan dengan menyimak. Segala informasi baik berupa ilmu maupun ide yang diterima pembaca pada umumnya melalui proses menyimak ini. Seperti yang dikatakan Wilt ( dalam Trigan, 1990 yang dikutip oleh Kundharu Saddhono dkk) bahwa 42 % waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.
Menyimak sebagai proses kegiatan mendengar lambing-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang diampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Berdasarkan hal tersebut, menyimak berarti adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar.
Oleh sebab itu, dalam menyimak dibutuhkan suatu kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.
Pembelajaran kontekstual (Contectual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru dan dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya pada kehidupan mereka. Adapun kata kunci CTL ini adalah real word learning, mengutamakan pengalaman nyata, siswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan berpusat pada siswa.
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan mendengarkan dapat dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan menghendaki proses pramenyimak, rekonstruksi, analisis, dan koreksi dengan tidak mengabaikan tahapan proses menyimak yaitu tahap mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi.


E.     Pentingnya mendengarkan
Mendengarkan adalah kemampuan berbahasa paling penting dan utama. Berbicara, membaca dan menulis berada pada tingan selanjutnya. Kemampuan mendengarkan menjadi suatu yang sangat penting karena menjadi tumpuan utama bagi kemampuan berbicara, membaca, dan menulis.[3]
Ada tujuh alasan utama yang membuat kita ingin mendengarkan secara serius, yaitu :
1.      Ingin mengetahui informasi terbaru.
2.      Ingin memastikan pengetahuan tertentu.
3.      Adanya minat dan perhatian.
4.      Membangun hubungan antarsesama.
5.      Keutamaan manusia.
6.      Takut terkena akibat buruk.
7.      Saat menjadi lawan bicara.
Semakin penting alasan seseorang mendengarkan, semakin serius dan sungguh-sungguh pula ia akan mendenagrkan
F.      Menjadi Pendengar yang Terampil
Mendengarkan secara terampil adalah perilaku keseharian dan bukan salah satu bab dalam buku.

Segi enam Pengembangan Keterampilan Mendengarkan




                  Keterangan                        :
1.      Menyiapkan sanggahan.
2.      Kemampuan menguasai kata dan kalimat.
3.      Menganalisis poin-poin penting pembicaraan.
4.      Menyimpulkan.
5.      Mengaitkan materi lawan bicara dengan pengetahuan lain..
6.      Memaksimalkan semua indra.
Adapun cara Mudah Menjadi Pendengar yang Terampil
1.      Menangkap Intii Pembicaraan
      Pendengar yang terampil adalah pendengar yang dapat  menangkap inti pembicaraan. Memperhatikan kata-kata awal atau kalimat pembuka yang disampaikan lawan bicara merupakan kunci utama untuk mengetahui inti pembicaraan. Contohnya, ketika lawan bicara mengatakan beberapa kalimat berikut ini.
a)      “Pada pertemuan ini, saya hanya ingin menyampaikan satu hal, yaitu….”
b)      “Hari ini, kita akan membicarakan tema berikut ini….”
c)      “Inti pembicaraan kita kali ini adalah….”
d)     “Terakhir, saya ingin mengatakan kembali kepada kalian beberapa poin utama pembicaraan kita, yakni….”
e)      “Ada tiga pon utama yang ingin saya sampaikan dalam pertemuan ini :….”
2.      Mencatat Poin-poin Penting Saat Mendengarkan (Note taking)
      Mencatat poin-poin penting pembicaraan adalah cara ideal yang dapat membantu pendengar menangkap pembicara atau teman dialog.
      Kita mencatat poin-poin penting ketika kita tidak mencatat, tidak bisa mengingat poin-poin penting pembicara tanpa mencatat, dan tidak bisa menyimpulkan sesuatu dengan cepat.
      Kita juga perlu membuat catatan. Adak beberapa cara membuat catatan, yaitu :
a)      Mind Maping
      Caranya dengan menulis pikiran utama dalam sebuah lingkaran, lalu menulis poin-poin cabang dari pikiran uatama tersebut di luar lingkaran yang ditunjukkan dengan anak panah
      Kelebihan mind maping : cepat ke poin yang dituju, mudah dilihat dan dirujuk kembali, cocok untuk pembicaraan yang tak runtut dan panjang.
      Kekurangan mind maping : boros kertas, terkadang sulit mengingat poin-poin sekunder, tidak cocok untuk obrolan singkat.
b)      Outline
      Dengan cara menulis poin-poin utama dan cabang dengan model hierarki bernomor.
1)      Manfaat kafein
Meningkatkan daya ingat.
Menambah kesuburan laki-laki.
2)      Bahaya kafein
Menimbulkan ketergantungan..
Menambah rasa gugup.
     Kelebihan outline : jelas dan sistematis, mudah dilihat dan dirujuk kembali, cocok untuk pembicaraan singkat.
     Kekurangan outline : tidak cocok untuk pembicaraan yang tidak sistematis, kadang sulit mengingat poin-poinnya dengan cepat, memiliki banyak penjabaran dan perincian.
c)      Meringkas (Resume)
      Resume adalah mendengarkan ide tertentu yang disampaikan pembicara selama beberapa saat, lalu menulis catatan pendek sebanyak satu atau dua kalimat tentangnya dengan mengutip kata-kata kunci untuk memudahkan pendengar jika sewaktu-waktu ingin melihatnya kembali.
      Kelebihan resume : poin-poin pembicaraan menjadi lebih ringkas, tersusun rapi, mudah melihatnya kembali di kemudian hari.
Kekurangan resume : butuh kecepatan menulis dan meringkas, terkadan sulit menambahkan poin-poin baru, butuh penjelasan dan perincian.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Berdasarkan apa yang telah dijelaskan atau dipaparkan dalam makalah tersebut, dapat kita simpulkan bahwa keterampilan mendengarkan merupakan suatu keterampilan yang paling utama dari beberapa keterampilan dalam bahasa Indonesia, seperti keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Karena mendengarkan merupakan salah satu keterampilan atau aktivitas yang paling sering dilakukan oleh manusia dibandingkan dengan ketiga keterampilan tersebut, hampir setiap waktu manusia melakukan aktivitas mendengarkan. Jadi hakikat dari mendengarkan adalah bagaima seorang pendengar dapat menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara secara efektif. Sehingga perlunya dilakukan pembelajaran keterampilan mendengarkan.
B.     Saran
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunan makalah tersebut masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan jritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan rujukan untuk menyempurnakan makalah ini serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun makalah berikutnya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

  
DAFTAR PUSTAKA

Kundharu Saddhono dkk. Pembelajaran Keterampilam Berbaghasa Indonesia. Graha Ilmu : yogyakarta, Cet. Ke I, 2014
Muhammad Ibrahim al-Nughaimish. Terampil Mendengarkan. Dar Iqra’ al-Dawliyyah, kuwait, Cet. Ketiga, 2007




[1] Muhammad Ibrahim al-Nughaimis. Terampil Mendengarkan. 2007. Hal 13
[2] Kundharu Saddhono dkk. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. 2014. Hal, 14
[3] Muhammad Ibrahim ai-Nughaimish. Terampil Mendengarkan. 2007. Hal. 17

No comments:

Post a Comment

Entri Populer