Tuesday 20 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN (KEBERHASILAN, REMEDIAL, DAN PENGAYAAN)


BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
Seorang guru di dalam dunia pendidikan bagaikan cahaya yang memberi penerangan kepada peserta didiknya, dimana guru adalah orang yang akan mencetak peserta didik menjadi seorang yang pintar, cerdas, berwawasan luas, berkarakter dan berbudi pekerti yang baik. Guru yang demikian adalah guru yang di anggap berhasil dalam mendidik peserta didik, keberhasilannya di sini karena dia menggunakan cara/metode atau strategi yang unik dalam pembelajaran. Strategi tersebut bagaikan sebuah kendaraan yang akan mengantarkan orang lain ketempat tujuan, dengan kata lain disini akan mengantarkan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
Di samping itu juga, dalam pemebelajaran yang dilakukan oleh guru terkadang terkendala untuk mencapai keberhasilan, hal ini dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda (unik) antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam pembelajaran yang berlangsung akan ditemui ada peserta didik yang yang pintar dan tidak atau pada saat ulangan ada yang lulus dengan nilai yang bagus dan ada juga yang tidak.
Dalam hal ini guru belum mencapai keberhasilan, untuk menanggulangi masalah demikian maka perlu di adakan “Remedial dan Pengayaan” , sehingga dengan demikian peserta didik tidak merasa dirugikan, dan guru bisa dikatakan berhasil mendidik para peserta didiknya.
   B.     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas kami dapat menyederhanakan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan yang menjelaskan isi dari pembahasan makalah ini.
1.      Apakah yang dimaksud dengan keberhasilan dalam pembelajaran ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan remedial ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan pengayaan ?
   C.    Tujuan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik beberapa tujuan masalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui dalam mencapai keberhasilan diperlukan remedial dan pengayaan agar peserta didik tidak merasa dirugikan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Keberhasilan
1.    Pengertian Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktivitas yang memiliki keterukuran secara jelas. Keberhasilan pembelajaran adalah ketercapaian atau penguasaan terhadap bahan/materi pembelajaran yang ditandai dengan penguasaan tujuan pembelajaran. Ukuran keberhasilan pembelajaran dalam pengertian operasional adalah penguasaan suatu bahan ajar yang dinyatakan tujuan pembelajaran khusus dan memiliki konstribusi bagi tujuan diatasnya.
Merujuk pada rumusan operasional keberhasilan pembelajaran apabila diikuti ciri-ciri:
a.    Daya serap terhadap bahan pembelajaran mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b.    Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.
Ciri-ciri keberhasilan pembelajaran tersebut, bukan semata-mata keberhasilan dari segi kognitif, tetapi mesti menyangkut aspek-aspek lain, seperti aspek afektif dan aspek psikomotorik. Pengevaluasian salah satu aspek saja akan menyebabkan pembelajaran kurang memiliki makna yang bersifat komprehensif.
2.    Penilaian Keberhasilan Pembelajaran
Pengukuran taraf atau tingkat keberhasilan proses pembelajaran ternyata sangat penting, dengan demikian pengukurannya harus benar-benar sahih, handal dan luas berdasarkan kaidah, aturan, atau ketentuan penyusunan butir tes.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan pembelajaran dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis penilaian yaitu tes formatif dan tes sumatif.[1]
a.    Tes Formatif
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasa tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasa tersebut.
Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada bahan tertentu dan dalam waktu tertentu juga.
b.    Tes Sumatif
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah disampaikan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah (lembaga pendidikan formal).[2]
c.    Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.[3]
3.    Tingkat Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran dapat ditinjau atas 4 tingkatan, yaitu:
1)      Istimewa: jika seluruh bahan pembelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2)      Baik sekali: jika sebagian besar (85% sampai 94%) bahan pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3)      Baik: apabila bahan pembelajaran yang diajarkan hanya 75% sampai 85% dapat dikuasai oleh siswa.
4)      Kurang: apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai oleh siswa.[4]
4.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
1.      Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. Maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya.
2.      Guru
Guru adalah tenaga pendiddik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan kepribadian.
3.      Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orangtuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggung jawab yang diserahkan itu.
4.      Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.
5.      Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hany benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekuarangan. Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu alat evaluasi.
6.      Suasana Evaluasi
Faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mepengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik.[5]

   B.     Program Remedial
1.      Pengertian Program Remedial
Program remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan belajar peserta didik.
Pada program pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit. Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun perlu disesuikan dengan kesulitan belajar yang alami peserta didik (Ibrahim Bafadal, 2013).
1.      Mengapa Diperlukan Pembelajaran Remedial?
2.      Kapan Diperlukan Program Pembelajaran Remedial?
3.      Berapa Lama Program Pembelajaran Remedial Dilakukan?
4.      Bagaimana Program Pembelajaran Remedial Dilakukan?
5.      Siapa Yang Melakukan Program Pembelajaran Remedial?
2.      Prinsip-prinsip Program Remedial
Menurut Ibrahim Bafadal (2013) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1.      Adaptif
Pemebelajaran remedial memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
2.      Interaktif
Pemebelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3.      Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran remedial perlu mengguanakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4.      Pemberian Unpan Balik Sesegera Mungkin
Unpan balik berupa informasi yang diberikan kepaa peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
5.      Pelayanan Sepanjang Waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dengan programnya yang selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
3.      Langkah-langkah Pembelajaran Remedial
1.      Identifikasi Permasalahan Pemebelajaran
      Penting untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang sama persis di dunia ini”, begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar maupun latar belakang sosial budaya.
      Oleh karenanya, guru perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran. Secara umum identifikasi awal dapat dilakukan melalui:
a.       Observasi (selama proses pembelajaran)
b.      Penilaian autentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses)
Permasahan pembelajaran bisa dikategorikan kedalam 3 (tiga) fokus perhatian:
a.       Permasalahan pada Keunikan Peserta Didik
Keberagaman indiviu dapat membedakan hasil belajar dan permasalah belajar pada peserta didik. Ada peserta didik yang cenderung lebih aktif dan senang praktik secara langsung, ada yang cenderung mengamati, ada yang lebih tenang dan suka membaca. Di kelas guru juga harus memiliki wawasan lebih menyeluruh mengenai latar belakang keluarga dan sosial budaya. Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga pedagang, tentu memiliki keterampilan berbeda dengan keluarga petani dan nelayan.
Peserta didik yang berasal dari keluarga yang terpecah, mungkin berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga harmonis dan menukung kegiatan belajar.
b.      Permasahan pada Materi Ajar
Rancangan pembelajaran telah disiapkan dalam buku guru dan buku siswa. Pada praktiknya, tidak semua yang disajikan dalam materi ajar sesuai dengan kompetensi peserta didik. Guru bisa saja menemukan bahwa materi ajar (KD) yang disajikan dalam buku terlalu tinggi bagi peserta didik tertentu. Oleh karena itu perlu di persiapkan berbagai alternatif contoh aktivitas pemebelajaran yang bisa digunakan guru untuk mengatasi masalah pembelajaran ini. (contoh dan alternatif aktivitas untuk siswa yang merasa kesulitan terhadap materi ajar, bisa dilihat dalam buku “Panduan Teknis Penggunaan Buku Guru dan Siswa).
c.       Permasalahan pada Strategi Pembelajaran
Dalam proses pemebelajaran, guru sebaiknya tidak terpaku pada satu strategi atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan gaya belajar peserta didik sangat bervariasi, termasuk juga minat dan bakatnya, maka guru perlu mengidentifikasi apakah kesulitan peserta didik dalam menguasi materi disebabkan oleh strategi atau metode belajar yang kurang sesuai.
2.      Perencanaan
      Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat perencanaan.
      Dengan melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru bisa merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran remedial. Pada prinsipnya pembelajaran bisa dilakukan.
a.       Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b.      Menetapkan waktu khusus diluar jam belajar epektif.
Dalam perencanaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti:
a.       Menyiapkan media pembelajaran
b.      Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif aktivitas
c.       Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung
3.      Pelaksanaan
      Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pembelejaran remedial. Ada 3 (tiga) fokus penekanan:
a.       Penekanan pada keunikan peserta didik
b.      Penekanan pada alternatif contoh dan aktivitas terkait dengan materi ajar
c.       Penekanan pada strategi/metode pembelajaran
4.      Penilaian Autentik
      Peneilaian autentik dilakukan setelah pembelajaran remedial selesai dilaksanakan. Berdasarakan hasil penilaian bila peserta didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atan melakukan identifikasi (analisis kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama.
      Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bisa dipertahan sebagai bahan rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa lebih diperkaya lagi.
Apabila ternyata ditemukan kasus khusus diluar kompetensi guru, guru dapat mengkonsultasikan dengan orangtua untuk selanjutnya dilakukan konsultasi dengan ahli.[6]

1.    Fungsi remedial
Adapun fungsi dari remedial sendiri adalah berfungsi sebagai:
1)   Memperbaiki cara belajar siswa.
2)   Meningkatkan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya.
3)   Menysuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa.
4)   Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
5)   Membantu mengatasi kesulitan dalam aspek sosial dan pribadi siswa.
Adapun fungsi lain dari sistem remedial yakni korektif terhadap permasalahan belajar maupun materi yang diajarkan, sebagai pemahaman, sebagai pengayaan, sebagai fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai trafiutik. Dengan adanya remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan aspek sosial dan aspek pribadiseperti kebanyakan siswa yang merasa dirinya kurang berhasil dalam proses belajar.
2.    Prosedur remedial
Dalam kegiatan pelaksanaan remedial di sekolah hendaknya melaksanakan beberapa hal yang harus diikuti diantaranya:
1)   Analisis hasil diagnosis
Dengan pelaksanaan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bimbingan penguatan materi belajar. Seperti contohnya, penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dapat dilakukan melalui hal-hal berikut:
a.    Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
b.    Ujian, ulangan dan penguasaan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
2)   Menemukan penyebab kesulitan
Sebelum guru melaksanakan kegiatan remedial hendaknya seorang guru harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sebab, gejala yang dialami siswa yang lain terdapat perbedaan faktor penyebab ini akan berpengaruh terhadap pemilihan jenis kegiatan remedial.
3)   Menyusun rencana kegiatan remedial
Setelah diketahui siswa mana yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai setiap siswa, serta factor penyebab kesulitan langkah selanjutnya adalah menyusun rencana kegiatan remedial.
Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja ditemukan berbagai kelemahan, baik dari segi perencanaan pelaksanaan maupun penilaiannya. Tentu saja, sesuai dengan pengalaman yang dimiliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang dilakukan. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah untuk mengetahui bagian-bagian atau aspek yang mana dari pembelajaran yang telah dilakukan masih salah atau lemah.
Seiring dengan meningkatnya pemahaman akan hakikat pembelajaran, hendaknya menjadikan kita semakin terbuka untuk menerima kritik baik itu dari diri sendiri maupun kritikan dari orang lain. Menjadikan semakin terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal perbaikan pembelajaran inilah refleksi mempunyai arti penting dan strategis.
Adapun dalam pelaksanaan penilaian, sebaiknya para pendidik menerapkan acuan penilaian sebagai berikut:
1.    Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
2.    Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
3.    Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan  berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
4.    Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan teknik atau cara penilaian untuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, dan penilaian diri anak didik.
5.    Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.[7]

   C.    Program Pengayaan
1.      Pengertian Program Pengayaan
      Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu, maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
      Oleh karena itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan tambahan atau perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
      Metode yang digunakan dapat berpariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan. (Ibrahim Bafadal, 2013).
a.       Apa saja yang dapat dilakukan dalam program pengayaan?
b.      Mengapa diperlukan program pengayaan?
c.       Kapan dilakukan program pengayaan?
d.      Bagaimana program pengayaan dilakukan?
e.       Siapa yang terlibat dalam program pengayaan?
2.      Prinsip-prinsip Progam Pengayaan
      Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992) dikutip Ibrahim Bafadal, (2013):
a.       Inopasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkan dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b.      Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan, kembagkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c.       Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
            Sedangkan Passow (1993) dalam Ibrahim Bafadal (2013) menyarankan bahwa dalam merancang program pengayaan, penting untuk memerhatikan tiga hal:
a.       Keluasan dan kedalaman  dari pendekatan yang digunakan pendekatan dan materi yang diberikan tidak hanya berisi yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas mengenai prinsip Phytagoras, tidak hanya memberikan rumus dan pemecahan soal saja tetapi juga memberikan pemahaman yang luas dari mulai sejarah terbentuknya hukum-hukum Phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan lebih mendalam dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena peserya didik yang telah menguasai materi pelajaran yang diberikan dikelas.
c.       Memberikan isi dan tujuan dari materi yang diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979) menyatakan bahwa program pengayaan berbeda dengan program akselerasi karena pengayaan dirancang dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan individual dari peserta didik.
3.      Langkah-langkah Program Pengayaan
      Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan. Pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan: penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga peserta didik sering kali memiliki waktu sisa yang lebih banyak, dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Disinilah dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk melaksanakan program pengayaan.
      Winner, 1996, dalam Santrock (2007), mengemukakan karakteristik, peserta didik yang berbakat antara lain:
a.       Peserta didik berbakat biasanya cermat dalam setiap hal ataupun kesempatan di mana mereka harus menggunakan kemampuannya. Mereka adalah anak-anak yang selalu menjadi yang pertama dalam menguasai suatu pelajaran dengan usaha yang juga minimal dibandingkan teman-taman atau peserta didik-peserta didik yang lain yang dikarenakan mereka sejak lahir memiliki kemampuan yang tinggi dalam satu atau beberapa bidang.
b.      Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik yang berbakat dapat berhasil memecahkan masalah secara tepat dengan cara yang ia kembangkan atau ia temukan sendiri. Peserta didik yang berbakat dapat menangkap atau lebih menyukai petunjuk yang tidak eksplisit dibandingkan dengan peserta didik yang lain.
c.       Memiliki hasrat untuk ‘menguasai’. Mereka memiliki hasrat, obsesi dan minat dan kemampuan untuk fokus, sehingga sangat mudah baginya untuk memahami dan menguasai suatu hal.
Guru diharapkan lebih peka dalam mengenali peserta didik yang memiliki karakteristik ini, dikarenakan mereka memiliki kebutuhan yang juga berbeda dibandingkan dengan teman-temannya.[8]
  D.    Program Remedial dan Pengayaan pada Kasus Khusus
Dalam kasus khusus guru kelas dapat melibatkan:
1.      Orang tua atau wali murid: memberikan dukungan, melakukan kerja sama, memberikan keterangan yang dibutuhkan, bersedia untuk terlibat, pendampingan dan pengawasan terlaksananya pembelajaran remedial untuk kasus khusus.
2.      Guru bimbingan dan konseling (bila ada): bekerja sama dengan guru kelas serta orang tua dalam memberikan dukungan terlaksananya pembelajaran remedial, serta melakukan koordinasi dengan pihak sekolah.
3.      Ahli: psikolog, neurolog, ahli gizi, terapis, dan lain-lain.
      Langkah-langkah dalam melaksanakan program remedial dan pengayaan disekolah.
1.      Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
      Secara umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui:
a.       Observasi
b.      Wawancara terhadap peserta didik atau terhadap orang-orang dilingkungan peserta didik.
      Ada dua faktor yang dapat dikenali sebagai hal yang memengaruhi proses pembelajaran, antara lain: faktor internal dan faktor eksternal.
a.      Faktor  Internal
1.      Keadaan Fisik
Adanya variasi pada ciri-ciri fisik peserta didik berpengaruh pada proses belajar. Peserta didik yang memiliki kesulitan melihat atau pendengaran amat memengaruhinya dalam menerima informasi dikelas.
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru:
a)      Memiliki data lengkap keadaan peserta didik (riwayat kesehatan, riwayat lahir, dan pengasuhan).
b)      Peka dan tanggap terhadap adanya perbedaan fisik (anak yang terlalu tinggi/pendek, warna kulit yang ekstrem, keadaan fisik yang lemah, kekurangan yang menonjol).
c)      Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam interaksi sesama peserta didik di sekolah (anak yang tiba-tiba menjadi pendiam atau agresif atau menarik diri).
d)     Tanggap terhadap kekhususan pada gerak tubuh tertentu (kikuk seperti yang sering tampak pada anak yang kutu buku, atau anak yang suka melakukan gerakan yang berulang-ulang).
2.      Keadaan Fisiologis dan Neurologis
            Keadaan gizi, kesehatan, riwayat kelahiran sangat mempengaruhi kerja otak dan kemudian berdampak pada kemampuan belajar  (konsentrasi, penyerapan materi/daya tangkap, berpikir dan logika, dan memproses informasi).  Kekhususan cara berpikir yang berbeda dengan anak pada umumnya (autis, asperger, add, adhd, dan lain-lain). Juga bisa mennjadi hal yang perlu diwaspadai guru, karena hal-hal berdampak pada kemampuan belajarnya.
            Hal-hal yang perlu dilakukan guru;
a.    Obserbvasi terhadap setiap respon yang diberikan oleh peserta didik
b.   Wawancara (dialog) dengan peserta didik dan orang tua (penggalian informasi secara menyeluruh misalnya:kebiasaan, minat-kesukaan, aktivitas sehari-hari)
c.    Melakukan konsultasi dengan guru BK atau ahli (psikologi, neurolog, terapis).
3.      Kepribadian Anak
            Kepribadian peserta didik sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Terutama bila hal tersebut kurang dipahami oleh guru. Beberapa tipe kepribadian anak seperti introvert vs ekstrovert, asertif vs pasif, social vs soliter, dan lain-lain, perlu dipahami oleh  guru sebagai bahan dalam mengupayakan penanganan yang tepat. Guru juga perlu memerhatikan berbagai modalitas belajar: gaya belajar, gaya komunikasi, sikap dalam berhadapan dengan konflik.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan guru:
a. Melakukan observasi terhadap interaksi peserta didik sehari hari dikelas
b.Melakukan pencatatan tentang gambaran pribadi peserrta didik.
c. Melakukan penyusunan data terkait dengan informasi menyeluruh mengenai peserta didi (data kesehatan, informasi seputar diri, data psikologi, dan lain-lain).
4.      Potensi peserta didik
Kecerdasan (IQ)
            Hal-hal yang meliputi kecerdasan antara lain hal-hal yang berkaitan kemampuan verbal, keterampilan problemsolving dan kemampuan untuk tanggap dan adaptasi dengan lingkungan dan problem kehidupan sehari-hari. Guru dapat memperkirakan potensi tiap peserta didiknya melalui evaluasi baik secara langsung (melalui pengamatan di kelas) maupun secara tidak langsung (melalui wawancara). Dari perilaku ataupun respon peserta didik. Peserta didik yang memiliki taraf kecerdasan di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata, terkadang memiliki permasalahan belajar yang perlu diperhatikan oleh guru.
            Hal-hal yang perlu dilakukan guru:
a. Evaluasi langsung melalui kegiatan observasi.
b.Menggali/mengumpulkan informasi terkait, melalui: wawancara langsung peserta didik, orang tua, catatn akademk (di kelas sebelumnya), maupun informasi melalui media massa.
c. Melakukan konsultasi dengan guru BK atau psikologi sekolah atau terapis
            Bakat dan minat (multiple intellegence, kecenderungan akademik-non akademik).Ragam potensi yang ada pada diri peserta didik yang bisa dikembangkan.
            Hal-hal yang perlu dilakukan guru:
a. Mengenali keberagaman potensi dan talenta tiap peserta didik
b.Menghargai setiap perbedaan bakat yang dimiliki peserta didik.
c. Tidak condong terhadap satu jenis bakat/prestasi tertentu (misalnya hanya focus pada peserta didik yang pandai matematika).
d.                  Memberikan kesempatan yang sama dan adil pada tiap peserta didik untuk kebolehan.
b.      Faktor Eksternal
1.      Kepribadian guru
            Kepribadian guru (introvert vs ektrovert, fleksibel vs rigid, menyukai perubahan vs menyukai aturan baku, menyenagkan vs tidak menyenangkan) berkaitan dengann kemampuan belajar anak.
            Hal-hal apa yang harus dilakukan guru:
a.    Melakukan evaluasi diri (dengan refleksi, meminta masukan dari rekan-rekan guru dan peserta didik).
b.   Banyak membaca dan terbuka terhadap perkembangan baru (misalnya, bersedia untuk melakukan pelatihan pengembangan diri).
2.      Kurikulum
            Hal-hal yang perlu dilakukan guru:
a.    Memahami betul konten dan tujuan kurikulum (pembelajaran) sehingga ia tahu bagaimana harus mengimplimitasikannya pada beragam situasi.
b.   Mampu memilih pendekatan yang tepat dalam pembelajaran (kapan guru harus melakukan ceramah, diskusi, pengamatan di luar kelas).
c.    Peka untuk dapat menyajikan materi dengan cara bercariasi dan adail.
d.   Memberikan tugas yang memadai untuk anak ( masuk akal untuk dilakukan).
e.    Menciptakan iklim belajar memotivasi anak untuk terlibat dalam kegiatan belajar.
f.    Selalu memberikan solusi dari setiap kesulitan peserta didik dalam memahami bahan ajar.
3.      Pengasuhan keluarga (nilai-nilai keluarga, ekspektasi keluarga orang tua, sosial ekonomi).
            Hal-hal yang perlu dilakukan guru:
a.    Melakukan identifikasi masalah peserta didik melalui: wawancara orangtua, orang-orang terdekat anak, melakukan kunjungan ke rumah.
b.   Menggali harapan-harapan orangtua terkait dengan pendidikan anak-anaknya (misalnya harapan orang tua yang terlalu tinggi/ terlalu rendah dapat menyebabkan anak bermasalah di sekolah).
4.      Lingkungan Kelas dan Sekolah
         Hal-hal yang perlu dilakukan guru:
a.    Memastikan apakah kelas dan lingkungan sekolah sudah memadai untuk kegiatan pembelajaran (misal; penerangan yang memadai, kebersihan sekolah, keberadaan kantin sekolah, kebersihan toilet, ventilasi udara, perpustakaan dan lain-lain).
b.   Memastikan apakah sekolah dan lingkungan sekitar dalam kondisi yang aman dan kondusif bagi pembelajaran (misal; letak toilet yang jauh dari pengawasan guru, memastikan kantin yang bebas dari kasus kekerasan antarpeseta didik).
c.    Menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman (misal; memberikan kesempatan bagi anak untuk rileks dan  memancing minat belajar dengan becerita hal-hal yang ringan atau bernyanyi).
2.      Membuat Perencanaan
      Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah memperoleh  pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan untuk memulai untuk membuat perencanaan.
      Penetapan perencanaan dilakukan melalui beberapa tahapan:
a.       Menetapkan tujuan pembelajaran
b.      Mengadaptasikan kurikulum
c.       Menyiapkan media pembelajaran
d.      Menetapkan strategi pembelajaran
e.       Menyiapkan materi-materi pendukung
3.      Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan
      Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pembelajaran remedial. Ada tiga fokus penekanan:
a.       Penekanan pada keunikan peserta didik.
b.      Penekanan pada adaptasi materia ajar.
c.       Penekanan pada strategi/metode pembelajaran.
4.      Evaluasi
      Evaluasi melalui penilaian autentik dilakukan setelah program remedial selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi, bila peserta didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran yang diterapkannya atau melakukan identifikasi (analisis kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama. Apabila ternyata ditemukan kasus khusus di luar kompetensi guru, guru dapat menonsultasikan dengan orang tua untuk selanjutnya dirujuk atau dilakukan konsultasi dengan ahli.
      Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bisa dipertahankan sebagai bahan rujukan untuk rekan guru lainnya atau bisa lebih diperkaya lagi.[9]


BAB III
PENUTUP
   A.    Kesimpulan
      Keberhasilan pembelajaran adalah ketercapaian atau penguasaan terhadap bahan/materi pembelajaran yang ditandai dengan penguasaan tujuan pembelajaran, didalam keberhasilan dibutuhkan penilaian pembelajaran, sehingga dalam penilaian tersebut di dapatkan tingkatan keberhasilan peserta didik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
      Jika keberhasilan belum tercapai maka diperlukan strategi lain untuk memperoleh keberhasilan tersebut seperti di adakan remedial dan pengayaan. Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu.
dan Pengayaan merupakanmemberikan tambahan atau perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.

   B.     Saran
      Sebagai guru dan calon guru, keberhasilan pembelajaran adalah prioritas yang paling utama, bahwa keberhasilan peserta didik adalah keberhasilan seorang guru. Keberhasilan tidak bisa tercapai seutuhnya jika ada peserta didiknya masih ketertinggalan dalam pembelajaran, oleh karena itu diperlukan penyeimbangan berupa remedial dan pengayaan untuk menutupi kekurangan sehinngga keberhasilan bisa diperoleh.




DAFTAR PUSTAKA

                  Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. strategi Belajar Mengajar. (Bandung: 2014)
                  Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holostica, 2013
                  Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar,Jakarta: Rineka Cipta,  2014cet.5
                  Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik Ditingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Raja Wali Pers, 2015





[1]Pupuhfathurrohmandansobrysutikno,strategiBelajarMengajar. (Bandung: 2014) h.114
[2]Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, hal:161-163
[3]SyaifulBahriDjamarah, Aswan Zein,StrategiBelajarMengajar, hal:106 
[4]Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, hal:161-163
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zein,Strategi Belajar Mengajar, hal:109-119
[6]MohamadSyarifSumantri. StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 422-428
[7]Hamzah B Uno dkk, AssessementPembelajran, hal:39
[8]MohamadSyarifSumantri. StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 437-442
[9]MohamadSyarifSumantri. StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 451-458

No comments:

Post a Comment

Entri Populer