BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seorang guru di
dalam dunia pendidikan bagaikan cahaya yang memberi penerangan kepada peserta
didiknya, dimana guru adalah orang yang akan mencetak peserta didik menjadi seorang
yang pintar, cerdas, berwawasan luas, berkarakter dan berbudi pekerti yang
baik. Guru yang demikian adalah guru yang di anggap berhasil dalam mendidik
peserta didik, keberhasilannya di sini karena dia menggunakan cara/metode atau
strategi yang unik dalam pembelajaran. Strategi tersebut bagaikan sebuah
kendaraan yang akan mengantarkan orang lain ketempat tujuan, dengan kata lain
disini akan mengantarkan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
Di samping itu
juga, dalam pemebelajaran yang dilakukan oleh guru terkadang terkendala untuk
mencapai keberhasilan, hal ini dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik
yang berbeda-beda (unik) antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam
pembelajaran yang berlangsung akan ditemui ada peserta didik yang yang pintar
dan tidak atau pada saat ulangan ada yang lulus dengan nilai yang bagus dan ada
juga yang tidak.
Dalam hal ini
guru belum mencapai keberhasilan, untuk menanggulangi masalah demikian maka
perlu di adakan “Remedial dan Pengayaan” , sehingga dengan
demikian peserta didik tidak merasa dirugikan, dan guru bisa dikatakan berhasil
mendidik para peserta didiknya.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas kami dapat
menyederhanakan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan yang menjelaskan isi dari pembahasan
makalah ini.
1.
Apakah yang dimaksud dengan keberhasilan dalam
pembelajaran ?
2. Apakah yang
dimaksud dengan remedial ?
3. Apakah yang
dimaksud dengan pengayaan ?
C.
Tujuan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan
masalah yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik beberapa tujuan masalah
sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui ketercapaian keberhasilan dalam
pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui dalam mencapai keberhasilan
diperlukan remedial dan pengayaan agar peserta didik tidak merasa dirugikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Keberhasilan
1. Pengertian Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktivitas yang memiliki
keterukuran secara jelas. Keberhasilan pembelajaran adalah ketercapaian atau
penguasaan terhadap bahan/materi pembelajaran yang ditandai dengan penguasaan
tujuan pembelajaran. Ukuran keberhasilan pembelajaran dalam pengertian
operasional adalah penguasaan suatu bahan ajar yang dinyatakan tujuan
pembelajaran khusus dan memiliki konstribusi bagi tujuan diatasnya.
Merujuk pada rumusan operasional keberhasilan pembelajaran
apabila diikuti ciri-ciri:
a. Daya
serap terhadap bahan pembelajaran mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok.
b. Perilaku
yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai oleh siswa baik
secara individual maupun kelompok.
Ciri-ciri keberhasilan pembelajaran tersebut, bukan
semata-mata keberhasilan dari segi kognitif, tetapi mesti menyangkut
aspek-aspek lain, seperti aspek afektif dan aspek psikomotorik. Pengevaluasian
salah satu aspek saja akan menyebabkan pembelajaran kurang memiliki makna yang
bersifat komprehensif.
2. Penilaian Keberhasilan Pembelajaran
Pengukuran taraf atau tingkat keberhasilan proses
pembelajaran ternyata sangat penting, dengan demikian pengukurannya harus
benar-benar sahih, handal dan luas berdasarkan kaidah, aturan, atau ketentuan
penyusunan butir tes.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
pembelajaran dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan
dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis
penilaian yaitu tes formatif dan tes sumatif.[1]
a. Tes
Formatif
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau
beberapa pokok bahasa tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasa tersebut.
Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
proses pembelajaran pada bahan tertentu dan dalam waktu tertentu juga.
b. Tes
Sumatif
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok bahasan yang telah disampaikan selama satu semester, satu
atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf
keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes
sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai
ukuran mutu sekolah (lembaga pendidikan formal).[2]
c. Tes
Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa.
Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.[3]
3. Tingkat Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan
pembelajaran dapat ditinjau atas 4 tingkatan, yaitu:
1) Istimewa:
jika seluruh bahan pembelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2) Baik
sekali: jika sebagian besar (85% sampai 94%) bahan pembelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai oleh siswa.
3) Baik:
apabila bahan pembelajaran yang diajarkan hanya 75% sampai 85% dapat dikuasai
oleh siswa.
4) Kurang:
apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai oleh siswa.[4]
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
1. Tujuan
Tujuan
adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. Maka
guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya.
2. Guru
Guru
adalah tenaga pendiddik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak
didik di sekolah. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak
didik menjadi orang yang cerdas.
Kepribadian
guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka
keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang
berilmu pengetahuan dan kepribadian.
3. Anak
Didik
Anak
didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orangtuanyalah yang
memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di
kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh guru dengan kesadaran
dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggung jawab yang
diserahkan itu.
4. Kegiatan
Pengajaran
Pola
umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak
didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang
belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi
kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam
lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.
5. Bahan
dan Alat Evaluasi
Bahan
evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah
dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran
itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik.
Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Alat-alat
evaluasi yang umumnya digunakan tidak hany benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice),
tapi juga menjodohkan (matching),
melengkapi (completion), dan essay.
Masing-masing
alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekuarangan. Menyadari akan
hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan satu
alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu alat evaluasi.
6. Suasana
Evaluasi
Faktor suasana
evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan
mepengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang
dilaksanakan. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas
mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik.[5]
B. Program Remedial
1. Pengertian Program Remedial
Program remedial
adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum
mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan
latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan tujuan
pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan belajar peserta didik.
Pada program pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul
disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran
yang dirasa sulit. Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun
perlu disesuikan dengan kesulitan belajar yang alami peserta didik (Ibrahim
Bafadal, 2013).
1. Mengapa Diperlukan Pembelajaran Remedial?
2. Kapan Diperlukan Program Pembelajaran Remedial?
3. Berapa Lama Program Pembelajaran Remedial Dilakukan?
4. Bagaimana Program Pembelajaran Remedial Dilakukan?
5. Siapa Yang Melakukan Program Pembelajaran Remedial?
2. Prinsip-prinsip Program Remedial
Menurut Ibrahim Bafadal (2013) terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai
pelayanan khusus antara lain:
1. Adaptif
Pemebelajaran remedial memungkinkan peserta didik
untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar
masing-masing.
2. Interaktif
Pemebelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan
guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu
memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta
didiknya.
3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran remedial perlu mengguanakan berbagai
metode pembelajaran dan metode penilaian sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
4. Pemberian Unpan Balik Sesegera Mungkin
Unpan balik berupa informasi yang diberikan kepaa
peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin
agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
5. Pelayanan Sepanjang Waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dengan
programnya yang selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat
mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial
1. Identifikasi Permasalahan Pemebelajaran
Penting
untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang sama persis di dunia ini”,
begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun memiliki beragam
variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar maupun latar
belakang sosial budaya.
Oleh
karenanya, guru perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan
pembelajaran. Secara umum identifikasi awal dapat dilakukan melalui:
a. Observasi (selama proses pembelajaran)
b. Penilaian autentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian
proses)
Permasahan pembelajaran bisa dikategorikan
kedalam 3 (tiga) fokus perhatian:
a. Permasalahan pada Keunikan Peserta Didik
Keberagaman indiviu dapat membedakan hasil
belajar dan permasalah belajar pada peserta didik. Ada peserta didik yang
cenderung lebih aktif dan senang praktik secara langsung, ada yang cenderung
mengamati, ada yang lebih tenang dan suka membaca. Di kelas guru juga harus
memiliki wawasan lebih menyeluruh mengenai latar belakang keluarga dan sosial
budaya. Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga pedagang, tentu memiliki
keterampilan berbeda dengan keluarga petani dan nelayan.
Peserta didik yang berasal dari keluarga
yang terpecah, mungkin berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga
harmonis dan menukung kegiatan belajar.
b. Permasahan pada Materi Ajar
Rancangan pembelajaran telah disiapkan dalam buku guru
dan buku siswa. Pada praktiknya, tidak semua yang disajikan dalam materi ajar
sesuai dengan kompetensi peserta didik. Guru bisa saja menemukan bahwa materi
ajar (KD) yang disajikan dalam buku terlalu tinggi bagi peserta didik tertentu.
Oleh karena itu perlu di persiapkan berbagai alternatif contoh aktivitas
pemebelajaran yang bisa digunakan guru untuk mengatasi masalah pembelajaran
ini. (contoh dan alternatif aktivitas untuk siswa yang merasa kesulitan
terhadap materi ajar, bisa dilihat dalam buku “Panduan Teknis Penggunaan
Buku Guru dan Siswa).
c. Permasalahan pada Strategi Pembelajaran
Dalam proses pemebelajaran, guru sebaiknya tidak
terpaku pada satu strategi atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan
gaya belajar peserta didik sangat bervariasi, termasuk juga minat dan bakatnya,
maka guru perlu mengidentifikasi apakah kesulitan peserta didik dalam menguasi
materi disebabkan oleh strategi atau metode belajar yang kurang sesuai.
2. Perencanaan
Setelah
melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah
memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat
perencanaan.
Dengan
melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru
bisa merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran
remedial. Pada prinsipnya pembelajaran bisa dilakukan.
a. Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
b. Menetapkan waktu khusus diluar jam belajar epektif.
Dalam perencanaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang
mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti:
a. Menyiapkan media pembelajaran
b. Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif aktivitas
c. Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung
3. Pelaksanaan
Setelah
perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program
pembelejaran remedial. Ada 3 (tiga) fokus penekanan:
a. Penekanan pada keunikan peserta didik
b. Penekanan pada alternatif contoh dan aktivitas terkait dengan materi
ajar
c. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran
4. Penilaian Autentik
Peneilaian
autentik dilakukan setelah pembelajaran remedial selesai dilaksanakan.
Berdasarakan hasil penilaian bila peserta didik belum mencapai kompetensi
minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali
strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atan melakukan identifikasi
(analisis kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama.
Apabila
peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru
berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal
ini bisa dipertahan sebagai bahan rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa
lebih diperkaya lagi.
Apabila ternyata ditemukan kasus khusus diluar kompetensi guru, guru
dapat mengkonsultasikan dengan orangtua untuk selanjutnya dilakukan konsultasi
dengan ahli.[6]
1. Fungsi
remedial
Adapun fungsi dari remedial sendiri
adalah berfungsi sebagai:
1) Memperbaiki
cara belajar siswa.
2) Meningkatkan
siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya.
3) Menysuaikan
pembelajaran dengan karakteristik siswa.
4) Mempercepat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
5) Membantu
mengatasi kesulitan dalam aspek sosial dan pribadi siswa.
Adapun
fungsi lain dari sistem remedial yakni korektif terhadap permasalahan belajar
maupun materi yang diajarkan, sebagai pemahaman, sebagai pengayaan, sebagai
fungsi akselerasi (percepatan belajar) dan berfungsi sebagai trafiutik. Dengan
adanya remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang
berkaitan dengan aspek sosial dan aspek pribadiseperti kebanyakan siswa yang
merasa dirinya kurang berhasil dalam proses belajar.
2. Prosedur
remedial
Dalam
kegiatan pelaksanaan remedial di sekolah hendaknya melaksanakan beberapa hal
yang harus diikuti diantaranya:
1) Analisis
hasil diagnosis
Dengan
pelaksanaan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan
bimbingan penguatan materi belajar. Seperti contohnya, penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dapat dilakukan melalui hal-hal berikut:
a. Pengamatan
terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik.
b. Ujian,
ulangan dan penguasaan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
2) Menemukan
penyebab kesulitan
Sebelum
guru melaksanakan kegiatan remedial hendaknya seorang guru harus mengetahui
mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sebab,
gejala yang dialami siswa yang lain terdapat perbedaan faktor penyebab ini akan
berpengaruh terhadap pemilihan jenis kegiatan remedial.
3) Menyusun
rencana kegiatan remedial
Setelah
diketahui siswa mana yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai
setiap siswa, serta factor penyebab kesulitan langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana kegiatan remedial.
Dalam
melaksanakan pembelajaran, selalu saja ditemukan berbagai kelemahan, baik dari
segi perencanaan pelaksanaan maupun penilaiannya. Tentu saja, sesuai dengan
pengalaman yang dimiliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang dilakukan.
Tanpa adanya refleksi, tidak mudah untuk mengetahui bagian-bagian atau aspek
yang mana dari pembelajaran yang telah dilakukan masih salah atau lemah.
Seiring
dengan meningkatnya pemahaman akan hakikat pembelajaran, hendaknya menjadikan
kita semakin terbuka untuk menerima kritik baik itu dari diri sendiri maupun
kritikan dari orang lain. Menjadikan semakin terbuka untuk melakukan inovasi
pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal perbaikan
pembelajaran inilah refleksi mempunyai arti penting dan strategis.
Adapun
dalam pelaksanaan penilaian, sebaiknya para pendidik menerapkan acuan penilaian
sebagai berikut:
1.
Memandang
penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
2.
Mengembangkan
strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
3.
Melakukan
berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil
belajar peserta didik.
4.
Menggunakan cara
dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan
teknik atau cara penilaian untuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
dan penilaian diri anak didik.
5.
Mendidik dan
meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.[7]
C. Program Pengayaan
1. Pengertian Program Pengayaan
Dalam
kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
(KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaaan KI dan KD setiap peserta
didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika
seorang peserta didik mencapai standar tertentu, maka peserta didik tersebut
dipandang telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena
itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan tambahan atau perluasan
pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang
digunakan dapat berpariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan, media
belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik
dalam menguasai materi yang diberikan. (Ibrahim Bafadal, 2013).
a. Apa saja yang dapat dilakukan dalam program pengayaan?
b. Mengapa diperlukan program pengayaan?
c. Kapan dilakukan program pengayaan?
d. Bagaimana program pengayaan dilakukan?
e. Siapa yang terlibat dalam program pengayaan?
2. Prinsip-prinsip Progam Pengayaan
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena
(1992) dikutip Ibrahim Bafadal, (2013):
a. Inopasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkan dengan
kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya
peserta didik.
b. Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran
pengayaan, kembagkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat,
merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c. Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi
misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan
aktivitas-aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil
penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
Sedangkan
Passow (1993) dalam Ibrahim Bafadal (2013) menyarankan bahwa dalam merancang
program pengayaan, penting untuk memerhatikan tiga hal:
a. Keluasan dan kedalaman dari
pendekatan yang digunakan pendekatan dan materi yang diberikan tidak hanya
berisi yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan lebih
menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas mengenai prinsip Phytagoras,
tidak hanya memberikan rumus dan pemecahan soal saja tetapi juga memberikan
pemahaman yang luas dari mulai sejarah terbentuknya hukum-hukum Phytagoras dan
bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan
kecepatan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini
berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga
materi dapat diberikan dengan lebih mendalam dan lebih dinamis untuk
menghindari kebosanan karena peserya didik yang telah menguasai materi
pelajaran yang diberikan dikelas.
c. Memberikan isi dan tujuan dari materi yang diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih
tepat guna dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979)
menyatakan bahwa program pengayaan berbeda dengan program akselerasi karena
pengayaan dirancang dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan individual
dari peserta didik.
3. Langkah-langkah Program Pengayaan
Langkah-langkah
dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda dengan program pembelajaran
remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan.
Pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian
autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila melalui observasi dalam
proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi memiliki kemampuan yang
lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan: penguasaan materi yang cepat
dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga peserta didik sering kali
memiliki waktu sisa yang lebih banyak, dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan
tugas atau menguasai materi. Disinilah dibutuhkan kepekaan guru dalam
merencanakan dan memutuskan untuk melaksanakan program pengayaan.
Winner,
1996, dalam Santrock (2007), mengemukakan karakteristik, peserta didik yang
berbakat antara lain:
a. Peserta didik berbakat biasanya cermat dalam setiap hal ataupun
kesempatan di mana mereka harus menggunakan kemampuannya. Mereka adalah
anak-anak yang selalu menjadi yang pertama dalam menguasai suatu pelajaran
dengan usaha yang juga minimal dibandingkan teman-taman atau peserta
didik-peserta didik yang lain yang dikarenakan mereka sejak lahir memiliki
kemampuan yang tinggi dalam satu atau beberapa bidang.
b. Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik yang berbakat dapat berhasil
memecahkan masalah secara tepat dengan cara yang ia kembangkan atau ia temukan
sendiri. Peserta didik yang berbakat dapat menangkap atau lebih menyukai
petunjuk yang tidak eksplisit dibandingkan dengan peserta didik yang lain.
c. Memiliki hasrat untuk ‘menguasai’. Mereka memiliki hasrat, obsesi dan
minat dan kemampuan untuk fokus, sehingga sangat mudah baginya untuk memahami
dan menguasai suatu hal.
Guru diharapkan lebih peka dalam mengenali peserta
didik yang memiliki karakteristik ini, dikarenakan mereka memiliki kebutuhan
yang juga berbeda dibandingkan dengan teman-temannya.[8]
D. Program Remedial dan Pengayaan pada Kasus Khusus
Dalam kasus khusus guru kelas dapat
melibatkan:
1. Orang tua atau wali murid: memberikan dukungan, melakukan kerja sama,
memberikan keterangan yang dibutuhkan, bersedia untuk terlibat, pendampingan
dan pengawasan terlaksananya pembelajaran remedial untuk kasus khusus.
2. Guru bimbingan dan konseling (bila ada): bekerja sama dengan guru kelas
serta orang tua dalam memberikan dukungan terlaksananya pembelajaran remedial,
serta melakukan koordinasi dengan pihak sekolah.
3. Ahli: psikolog, neurolog, ahli gizi, terapis, dan lain-lain.
Langkah-langkah
dalam melaksanakan program remedial dan pengayaan disekolah.
1. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Secara umum
identifikasi awal bisa dilakukan melalui:
a. Observasi
b. Wawancara terhadap peserta didik atau terhadap orang-orang dilingkungan
peserta didik.
Ada dua faktor yang dapat
dikenali sebagai hal yang memengaruhi proses pembelajaran, antara lain: faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
1. Keadaan Fisik
Adanya variasi pada ciri-ciri fisik peserta didik berpengaruh pada
proses belajar. Peserta didik yang memiliki kesulitan melihat atau pendengaran
amat memengaruhinya dalam menerima informasi dikelas.
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru:
a) Memiliki data lengkap keadaan peserta didik (riwayat kesehatan, riwayat
lahir, dan pengasuhan).
b) Peka dan tanggap terhadap adanya perbedaan fisik (anak yang terlalu
tinggi/pendek, warna kulit yang ekstrem, keadaan fisik yang lemah, kekurangan
yang menonjol).
c) Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam interaksi sesama peserta
didik di sekolah (anak yang tiba-tiba menjadi pendiam atau agresif atau menarik
diri).
d) Tanggap terhadap kekhususan pada gerak tubuh tertentu (kikuk seperti
yang sering tampak pada anak yang kutu buku, atau anak yang suka melakukan
gerakan yang berulang-ulang).
2. Keadaan Fisiologis dan Neurologis
Keadaan gizi,
kesehatan, riwayat kelahiran sangat mempengaruhi kerja otak dan kemudian
berdampak pada kemampuan belajar
(konsentrasi, penyerapan materi/daya tangkap, berpikir dan logika, dan
memproses informasi). Kekhususan cara
berpikir yang berbeda dengan anak pada umumnya (autis, asperger, add, adhd, dan
lain-lain). Juga bisa mennjadi hal yang perlu diwaspadai guru, karena hal-hal
berdampak pada kemampuan belajarnya.
Hal-hal yang perlu
dilakukan guru;
a. Obserbvasi terhadap setiap respon yang diberikan oleh peserta didik
b. Wawancara (dialog) dengan peserta didik dan orang tua (penggalian
informasi secara menyeluruh misalnya:kebiasaan, minat-kesukaan, aktivitas
sehari-hari)
c. Melakukan konsultasi dengan guru BK atau ahli (psikologi, neurolog,
terapis).
3. Kepribadian Anak
Kepribadian peserta
didik sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Terutama bila hal tersebut
kurang dipahami oleh guru. Beberapa tipe kepribadian anak seperti introvert vs
ekstrovert, asertif vs pasif, social vs soliter, dan lain-lain, perlu dipahami
oleh guru sebagai bahan dalam
mengupayakan penanganan yang tepat. Guru juga perlu memerhatikan berbagai
modalitas belajar: gaya belajar, gaya komunikasi, sikap dalam berhadapan dengan
konflik.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan guru:
a. Melakukan observasi terhadap interaksi peserta didik sehari hari dikelas
b.Melakukan pencatatan tentang gambaran pribadi peserrta didik.
c. Melakukan penyusunan data terkait dengan informasi menyeluruh mengenai
peserta didi (data kesehatan, informasi seputar diri, data psikologi, dan lain-lain).
4. Potensi peserta didik
Kecerdasan (IQ)
Hal-hal yang meliputi
kecerdasan antara lain hal-hal yang berkaitan kemampuan verbal, keterampilan problemsolving
dan kemampuan untuk tanggap dan adaptasi dengan lingkungan dan problem
kehidupan sehari-hari. Guru dapat memperkirakan potensi tiap peserta didiknya
melalui evaluasi baik secara langsung (melalui pengamatan di kelas) maupun
secara tidak langsung (melalui wawancara). Dari perilaku ataupun respon peserta
didik. Peserta didik yang memiliki taraf kecerdasan di atas rata-rata maupun di
bawah rata-rata, terkadang memiliki permasalahan belajar yang perlu
diperhatikan oleh guru.
Hal-hal yang perlu
dilakukan guru:
a. Evaluasi langsung melalui kegiatan observasi.
b.Menggali/mengumpulkan informasi terkait, melalui: wawancara langsung
peserta didik, orang tua, catatn akademk (di kelas sebelumnya), maupun
informasi melalui media massa.
c. Melakukan konsultasi dengan guru BK atau psikologi sekolah atau terapis
Bakat dan minat
(multiple intellegence, kecenderungan akademik-non akademik).Ragam potensi yang
ada pada diri peserta didik yang bisa dikembangkan.
Hal-hal yang perlu
dilakukan guru:
a. Mengenali keberagaman potensi dan talenta tiap peserta didik
b.Menghargai setiap perbedaan bakat yang dimiliki peserta didik.
c. Tidak condong terhadap satu jenis bakat/prestasi tertentu (misalnya
hanya focus pada peserta didik yang pandai matematika).
d.
Memberikan kesempatan yang sama dan adil
pada tiap peserta didik untuk kebolehan.
b. Faktor Eksternal
1. Kepribadian guru
Kepribadian guru (introvert
vs ektrovert, fleksibel vs rigid, menyukai perubahan vs menyukai aturan baku,
menyenagkan vs tidak menyenangkan) berkaitan dengann kemampuan belajar anak.
Hal-hal apa yang harus
dilakukan guru:
a. Melakukan evaluasi diri (dengan refleksi, meminta masukan dari
rekan-rekan guru dan peserta didik).
b. Banyak membaca dan terbuka terhadap perkembangan baru (misalnya,
bersedia untuk melakukan pelatihan pengembangan diri).
2. Kurikulum
Hal-hal yang perlu
dilakukan guru:
a. Memahami betul konten dan tujuan kurikulum (pembelajaran) sehingga ia
tahu bagaimana harus mengimplimitasikannya pada beragam situasi.
b. Mampu memilih pendekatan yang tepat dalam pembelajaran (kapan guru harus
melakukan ceramah, diskusi, pengamatan di luar kelas).
c. Peka untuk dapat menyajikan materi dengan cara bercariasi dan adail.
d. Memberikan tugas yang memadai untuk anak ( masuk akal untuk dilakukan).
e. Menciptakan iklim belajar memotivasi anak untuk terlibat dalam kegiatan
belajar.
f. Selalu memberikan solusi dari setiap kesulitan peserta didik dalam memahami
bahan ajar.
3. Pengasuhan keluarga (nilai-nilai keluarga, ekspektasi keluarga orang
tua, sosial ekonomi).
Hal-hal yang perlu
dilakukan guru:
a. Melakukan identifikasi masalah peserta didik melalui: wawancara
orangtua, orang-orang terdekat anak, melakukan kunjungan ke rumah.
b. Menggali harapan-harapan orangtua terkait dengan pendidikan anak-anaknya
(misalnya harapan orang tua yang terlalu tinggi/ terlalu rendah dapat
menyebabkan anak bermasalah di sekolah).
4. Lingkungan Kelas dan Sekolah
Hal-hal yang perlu dilakukan
guru:
a. Memastikan apakah kelas dan lingkungan sekolah sudah memadai untuk
kegiatan pembelajaran (misal; penerangan yang memadai, kebersihan sekolah,
keberadaan kantin sekolah, kebersihan toilet, ventilasi udara, perpustakaan dan
lain-lain).
b. Memastikan apakah sekolah dan lingkungan sekitar dalam kondisi yang aman
dan kondusif bagi pembelajaran (misal; letak toilet yang jauh dari pengawasan
guru, memastikan kantin yang bebas dari kasus kekerasan antarpeseta didik).
c. Menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman (misal; memberikan
kesempatan bagi anak untuk rileks dan
memancing minat belajar dengan becerita hal-hal yang ringan atau
bernyanyi).
2. Membuat Perencanaan
Setelah melakukan
identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik
dan untuk memulai untuk membuat perencanaan.
Penetapan perencanaan
dilakukan melalui beberapa tahapan:
a. Menetapkan tujuan pembelajaran
b. Mengadaptasikan kurikulum
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menetapkan strategi pembelajaran
e. Menyiapkan materi-materi pendukung
3. Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan
Setelah perencanaan disusun, langkah
selanjutnya adalah melaksanakan program pembelajaran remedial. Ada tiga fokus
penekanan:
a. Penekanan pada keunikan peserta didik.
b. Penekanan pada adaptasi materia ajar.
c. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran.
4. Evaluasi
Evaluasi melalui penilaian autentik
dilakukan setelah program remedial selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil
evaluasi, bila peserta didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang
ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran yang
diterapkannya atau melakukan identifikasi (analisis kebutuhan) terhadap peserta
didik dengan lebih seksama. Apabila ternyata ditemukan kasus khusus di luar
kompetensi guru, guru dapat menonsultasikan dengan orang tua untuk selanjutnya
dirujuk atau dilakukan konsultasi dengan ahli.
Apabila peserta didik
berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil
memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bisa
dipertahankan sebagai bahan rujukan untuk rekan guru lainnya atau bisa lebih
diperkaya lagi.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan
pembelajaran adalah ketercapaian atau penguasaan terhadap bahan/materi
pembelajaran yang ditandai dengan penguasaan tujuan pembelajaran, didalam keberhasilan dibutuhkan penilaian
pembelajaran, sehingga dalam penilaian tersebut di dapatkan tingkatan
keberhasilan peserta didik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jika keberhasilan belum tercapai maka diperlukan strategi
lain untuk memperoleh keberhasilan tersebut seperti di adakan remedial
dan pengayaan. Remedial adalah program pembelajaran yang
diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam
satu kompetensi dasar tertentu.
dan Pengayaan merupakanmemberikan
tambahan atau perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
B.
Saran
Sebagai guru dan calon guru, keberhasilan pembelajaran
adalah prioritas yang paling utama, bahwa keberhasilan peserta didik adalah
keberhasilan seorang guru. Keberhasilan tidak bisa tercapai seutuhnya jika ada
peserta didiknya masih ketertinggalan dalam pembelajaran, oleh karena itu
diperlukan penyeimbangan berupa remedial dan pengayaan untuk
menutupi kekurangan sehinngga keberhasilan bisa diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. strategi
Belajar Mengajar. (Bandung: 2014)
Sobry
Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holostica, 2013
Syaiful
Bahri Djamarah, Aswan Zein.
Strategi
Belajar Mengajar,Jakarta: Rineka Cipta,
2014cet.5
Mohamad
Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik Ditingkat Pendidikan
Dasar. Jakarta: Raja Wali Pers, 2015
[1]Pupuhfathurrohmandansobrysutikno,strategiBelajarMengajar.
(Bandung: 2014) h.114
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zein,Strategi
Belajar Mengajar, hal:109-119
[6]MohamadSyarifSumantri.
StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 422-428
[7]Hamzah B
Uno dkk, AssessementPembelajran,
hal:39
[8]MohamadSyarifSumantri.
StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 437-442
[9]MohamadSyarifSumantri.
StrategiPembelajaran: TeoridanPraktik di Tingkat PendidikanDasar, hal: 451-458
No comments:
Post a Comment