BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Membaca (قراءة)
adalah kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai menganalisis dan
memecahkan masalah. Dengan menbaca, setiap individu dapat mempelajari dan
berinteraksi dalam dunia di luar dirinya. Kehidupan manusia tidak hanya
dikomunikasikan melalui media lisan semata, namun terkadang memerlukan media
tertulis, apalagi bila dikaitkan dengan keinginan untuk memahami khazanah
intelektual islam san modern. Disinilah pentingnya makna ‘membaca’.
Dalam kontek
pembelajaran bahasa arab, membaca memiliki urgenitas tersendiri yakni, membaca
merupakan kunci untuk membuka khazanah pengetahuan dan kebudayaan Islam, long
life education tidak akan terwujud kalau yang tidak melakukannya tidak dapat
membaca dan memahami khazanah intelektual klasik dan modern. Maka dari ini
untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat menguasai kemampuan dalam membaca,
khususnya dalam pembelajaran bahasa arab maka seorang pedidik harus dapat
mengukurnya. Pada makalah ini akan dipaparkan bagaimana dan mengunakan apa
dalam mengukur kemampuan membaca (مهارة القراءة ).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian membaca?
2. Apa tujuan pembelajaran maharat al-qiro’ah ?
3. Apa saja jenis-jenis
membaca ?
4. Apa metode pembelajaran membaca ?
5. Apa saja aspek-aspek
standar penguasaan membaca dalam bahasa arab ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian membaca
2. Mengetahui tujuan pembelajaran maharat al-qiro’ah
3. Mengetahui jenis-jenis
membaca
4. Mengetahui metode pembelajaran membaca
5. Mengetahui aspek-aspek
standar penguasaan membaca dalam bahasa arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Membaca
KBBI mendefinisikan membaca yakni
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, dengan melisankan atau hanya
dalam hati. (Dendy Sugono, 2008:113)
Al-Naqah, mengemukakan bahwa membaca
pada hakikatnya mencakup dua hal berikut : 1) Aspek mekanis yang mencakup
respon fisiologis terhadap simbol-simbol yang tertulis, yakni memahami
kata-kata serta dapat mengucapkannya. 2) Aspek kognitif yang mencakup pemahaman
makna, memahami arah fikiran penulis, menginterpretasi, mengkritisi dan
mengevaluasi serta membandingkan dengan pengalaman sebelumnya. (Mahmud Kamil
Al-Naqah, 1985:185)
Pendapat awam menganggap bahwa
membaca adalah mencocokkan bunyi dan huruf. Definisi itu nampaknya ringkas dan
jelas, namun itu hanya mekanisme dasar membaca, dan kita tidak melihat di
dalamnya apa tujuan mencocokkan bunyi dengan huruf itu. Mungkin definisi ini
hanya dapat diterapkan pada anak yang belajar mengaji. Setelah belajar beberapa
lama, ia akan mampu melafalkan apa yang tertulis dengan aksara arab di dalam
kitab suci al-Qur’an, namun ia tidak memahami apa yang dilafalkan itu.
Definisi lain yang lebih lengkap
adalah melihat dan memahami tulisan dengan melafalkan atau hanya dalam hati.
Definisi ini mencakup tiga unsure dalam kegiatan membaca, yaitu pembaca
melihat, memahami dan melisankan dalam hati
Ketrampilan
membaca ini berwujud kegiatan memperoleh makna dari berbagai gabungan huruf.
Kegiatan ini dimulai dari mengenal lambang bunyi [huruf], kata, ungkapan,
frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya.
Secara bertahap proses memperoleh ketrampilan membaca membutuhkan ilmu-ilmu
alat bahasa seperti ashwat, nahwu, sharf dan lain-lain.
B.
Tujuan Pembelajaran Maharat Al-Qiro’ah
Dalam konteks pembelajaran bahasa
arab, Al-Naqah mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran membaca dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu umum dan khusus. (Mahmud Kamil Al-Naqah, 1985:188).
Tujuan umum dari pembelajaran keterampilan
membaca adalah dapat membaca bahasa arab dari arah kanan ke kiri dengan baik
disertai dengan pemahaman. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Siswa
dapat mengaitkan lambang tulisan dengan bunyi ujaran.
2. Siswa
dapat membaca sebuah teks dengan nyaring.
3. Siswa
dapat membaca teks dengan lancar
4. Siswa
dapat memahami makna kosakata sesuai konteks.
5. Siswa
dapat menangkap makna umum dari suatu teks serta dapat memahami perubahan makna
sesuai perubahan struktur kalimat.
6. Siswa
dapat memahami bacaan tanpa kendala berarti dari sisi sintaks dan morpologinya.
7. Siswa
dapat memahami ide secara detail dan dapat mengaitkan dengan ide pokoknya.
8. Siswa
dapat memahami tanda baca.
9. Siswa
dapat membaca berbagai jenis bacaan, mulai dari teks biasa, sastra, sejarah,
iptek, dsb, dapat menyimpulkan, menganalisa, dan mengkritisi maknanya serta
dapat menghubungkan apa yang ia baca dengan kebudayaan arab.
Namun, tujuan tersebut diatas pada
dasarnya menunjukan tahapan penguasaan keterampilan membaca, yang dimulai
tahapan sederhana menuju tahapan yang kompleks. Sedang tujuan pembelajaran
membaca dalam konteks pembelajaran bahasa arab adalah :
1. Melatih
siswa cara membaca yang baik dan benar.
2. Meningkatkan
cakrawala bahasa siswa.
3. Melatih
pemahaman siswa terhadap berbagai teks.
C.
Jenis-jenis Membaca
Jenis-jenis membaca itu sendiri dapat di
klasifikasikan menjadi tujuh
terminology jenis membaca.
a. Membaca nyaring (Al-Qira’ah Al-Jahriyah)
Terminologi
membaca nyaring disini adalah jenis bacaan yang diekspresikan peserta didik
dengan suara keras (tinggi), sedangkan peserta didik yang lain mendengarkan
dengan penuh perhatian.
Membaca
nyaring memiliki tujuan tersendiri, yaitu:
1) Medium untuk membangkitkan semangat
peserta didik untuk gemar membaca, disamping merasakan nilai sastra dan
aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan.
2) Medium untuk memperbaiki ucapan,
membenarkan bacaan, mengekspresikan sesuatu yang baik, dan mampu mengungkapkan
huruf-huruf dari makhraj al-huruf.
3) Medium pendidik untuk mengetahui kondisi
kelemahan peserta didiknya, secara individual dalam mengucap, serta memberikan
solusi dam kondisi yang tepat.
4) Medium pendidik untuk mengetahui
kesalahan peserta didiknya, sekaligus merupakan standar berhasil tidaknya dalam
aktivitas proses pembelajaran terhadap materi yang telah disampaikan.
5) Medium untuk menggembirakan pembaca dan
pendengar secara simultan, sehingga keduanya dapat mengadakan internalisasi
terhadap bahan bacaan, jika teks tersebut menarik.
Dari
tujuan diatas, maka dapat dipaparkan berikut ini teknik pembelajaran
keterampilan membaca nyaring (Al-Qira’ah
Al-Jahriyah) secara rinci.
1. Pendidik membaca teks bacaan seluruhnya
sebagai contoh bagi peserta didik, dan mereka diperintahkan mendengarkan
baik-baik, supaya dapat menirukan secara sempurna.
2. Pendidik membagi teks bacaan terdiri
dari beberapa bagian, kemudian seorang peserta didik diperintahkan untuk
membcaca bagian pertama, peserta didik yang lain membca bagian kedua, dan peserta
didik yang lain lagi membaca bagian ketiga. Demikianlah seterusnya hingga teks
bacaan habis seluruhnya
3. Kalau terjadi kesalahan ketika peserta
didik membaca maka perintah peserta didik yang lain membetulkannya. Dan proses
pembetulan kesalahan tersebut setelah bacaan sempurna satu kalimat, bukan
dipotong ditengah-tengah bacaa, dan bukan pula setelah selesai seluruh bacaan.
b. Membaca dalam hati atau diam (Al-Qira’ah Al-Shamitah)
Terminologi
membaca dalam hati adalah jenis bacaan yang dilakukan peserta didik untuk
membaca suatu topik (teks) di dalam hati atau secara diam. Membaca dalam hati
adalah membaca pelan-pelan tampa mengeluarkan suara sama sekali bahkan sampai
pada getaran bibir pun tidak di tampakkan. Membaca dalam hati secara spesipik
memiliki tujuan, yaitu pemahaman. Teknik pembelajaran keterampilan membaca
dalam hati adalah:
1. Pendidik menyuruh peserta didik untuk
membaca bagian pelajaran (teks) secara pelan-pelan tanpa bersuara.
2. Pendidik menentukan waktu secukupnya
untuk membacanya, dengan memerhatikan lamanya, sukarnya memahami isi bacaan
(teks) tersebut. Setelah selesai membaca, pendidik mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan kepada peserta didik, dengan tujuan menguji kemampuan
mereka dalam memahami isi bacaan (teks). Hal ini si berikan untuk kelas yang
sudah tinggi.
c. Membaca intensif (Al-Qira’ah Al-Mukatsafah)
Terminologi
membaca intensif adalah membaca yang digunakan sebagai medium pembelajaran
kata-kata dan dramatika baru. Adapun tujuan utama dari membaca intensif adalah
untuk memperoleh sukses dalam pemahaman seseorang dalam pemahaman sempurna
terhadap argumentasi yang logis, simultansi retoris atau pola-pola teks dan
simbolnya, nada-nada tambahan yang bersipat emosional dan social, format sikap
dan tujuan si pengarang, di samping medium linguistic yang dipergunakan untuk
merealisasikan tujuan. Dalam membaca intensif ini ada beberapa faktor yang
harus berpartisifasi aktif, yaitu: kejelasan teks bacaan, pengenalan pembaca
terhadap isi bacaan.
Teknik
pembelajaran keterampilan membaca intensif (Al-Qira’ah
Al-Mukatsafah) secara rinci.
1. Pendidik mempersiapkan nuansa teks
pendek yang telah di seleksi. Panjang teks tersebut kira-kira 2-4 lembar
(halaman).
2. Teks yang disediakan pendidik tentunya
berisikan kata-kata dan pola kalimat baru.
3. Sebaiknya aktifitas ini dilaksanakan
dalam kelas.
4. Kemudian pendidik memerintahkan peserta
didiknya intuk membaca bahan (teks) tersebut secara teliti dan seksama. Waktu
yang dibutuhkan kira-kira 2 menit dari teks yang panjangnya 500 patah kata.
Jadi kecepatan membaca kurang lebih 5 patah kata dalam satu detik.
d. Membaca ekstensif (Al-Qira’ah Al-Muassa’ah)
Terminologi
membaca ekstensif adalah jenis membaca yang sifatnya lebih luas dan menyeluruh
(komprehensif), yaitu memcakup bacaan pajang maupun pendek. Adapun tujuan utama
keterampilan membaca ekstensif adalah memotivasi siswaserta membangkitkan
semangat dari apa yang telah dipelajarinya baik itu berupa kosa kata maupun
pola kalimat yang diajarkan ketika menjadi aktifitas membaca intensif. Dari
tujuan ini dapat dipahami bahwa membaca ekstensif lebih komprehensif,
membutuhkan ketelitian dan analisis yang tajam serta tenaga ekstra didalam
mengkaji nuansa teks bacaan yang disajikan.
Sektor
lain, yang perlu dikaji dan dianalisis adalah perbedaan membaca ekstensif dan membaca
intensif.
1. Teks bacaan membutuhkan ketelitian dan
analisis tajam, disamping penuh seksama.
2. Materi yang disajikan sesuai dengan
stratifikasi peserta didik dan diperbolehkan di rumah masing-masing.
3. Nuansa teks yang disajikan, mayoritas
yang panjang-panjang.
4. Teknik penyajiannya bisa direalisasikan
dengan cara berdiskusi.
5. Penyajian membaca ikstensif ini
diberikan terhadap peserta didik tingkat intermediate dan advanced.
Teknik
pembelajaran keterampilan membaca ekstensif ini pada prinsipnya sama dengan
teknik pembelajaran membaca intensif, sehingga disini tidak perlu dipaparkan
ulang. Akan tetapi, yang lebih menarik diketengahkan adalah teknik pembelajaran
membaca secara umum jika seorang pendidik akan mempresentasikan pembelajaran
membaca (Al-Qira’ah). Aspek tersebut adalah:
1. Materi yang disajikan sesuai dengan
kemampuan masing-masing peserta didik serta kecintaan perindividu terhadap
materi dan kebutuhan menyeluruh.
2. Materi yang disajikan disesuaikan dengan
tingkat pemikiran dan nilai persiapan masing-masing peserta didik.
3. Memperbanyak dan memvariasikan materi
bacaan yang berfaidah, bernuansa dan gampang.
4. Perhatian terhadap buku paket dalam
menggunakan alat peraga (alat bantu).
5. Memerhatikan penggunaan media dan alat
bantu baik yang berbentuk audio maupun visual ketika aktifitas pembelajaran
berlangsung.
e. Membaca pemahaman
Membaca
yang dilakukan agar tercipta pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam
bacaan. Dalam membaca pemahaman, seorang siswa harus mampu menangkap
pokok-pokok pikiran yang lebih tajam. Sehingga setelh selesai membaca, ia
betul-betul memahami makna dan tujuan bacaan.
f. Membaca kritis
Kegiatan
membaca yang menuntut pembaca mampu mengerti, memahami, kemudian mengemukakan
suatu pertanyaan apa dan bagaimana pokok pikiran yang terkandung dalam suatu
bacaan. Mmbaca kritis penuh dengan penilaian dan kesimpulan.
g. Membaca ide
Membaca
ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan mencari,mendapatkan, memanfaatkan
ide-ide yang terkandung dalam bacaaan.
D.
Metode Pembelajaran Membaca
Dalam pembelajaran membaca terdapat
beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. Masing-masing memiliki
sisi kelebihan dan kekurangannya. Diantara metode-metode tersebut adalah
(Muhammad Ali Al-Khuli. 1982:107):
1. Metode
Harfiyyah
Guru memulai pelajaran dengan
mengajarkan huruf hija’iyyah satu persatu. Murid pun lambat dalam membaca,
karena siswa cenderung membaca huruf per huruf daripada membaca kesatuan kata.
2. Metode Sautiyyah
Dalam metode sautiyyah huruf
diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai dengan
mengajarkan huruf berharkat fathah seperti dan seterusnya, kemudian huruf
berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu
lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat fathatani tanwan. Setelah itu lalu
beralih ke pelajaran.
Diantara kelebihan metode ini adalah
mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan namanya. Namun, demikian ada
juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran
atau kecepatan membaca siswa, karena siswa terbiasa membaca huruf hijaiyyah.
3. Metode
Suku kata
Dalam metode ini siswa terlebih
dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang tersusun dari suku
kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului oleh pembelajaran
huruf mad.
4. Metode
Kata
Metode kata ini memunyai landasan
psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu,
kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu.
mengimplementasikan metode ini, guru
memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika
kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan
diikuti siswa. Langkah
selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan
dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian
guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.
Ø Metode
kata ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Sejalan
dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal
umum
b. Membiasakan
siswa berlatih membaca cepat
c. Siswa
memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti
Ø Metode
ini mempunyai kekurangan, yaitu:
a. Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar
daripada kata yang diajarkan
b. Terkadang
siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang
sesungguhnya.
c. Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat
mirip, siswa terkadang mengacaukannya.
5. Metode
Kalimat
Prosedur pembelajaran membaca dengan
metode ini adalah dengan cara guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat
pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa
kali dan diikuti oleh siswa. Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke
kata kemudian ke huruf.
Ø Kelebihan
metode kalimat ini adalah:
a. Sejalan
dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal umum menuju
bagian-bagian yang kecil
b. Metode
ini mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna
c. Membiasakan
siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas pandangan
Ø Kelemahan
dari metode ini:
a. Sedikit banyak menguras tenaga guru dan
membutuhkan guru yang terlatih, sementara ketersediaan guru professional dalam
bidang pembelajaran bahasa arab bagi orang asing sangat terbatas.
6. Metode
Gabungan
Para pengikut metode gabungan ini
berpendapat bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan pada waktu yang sama
memiliki kekurangan. Maka yang terbaik adalah meramu semua metode dengan
memperhatikan sisi baiknya, dan tidak terpaku kepada metode tertentu. (Muhammad
Ali Al-Khuli. 1982:121) Metode ini menggabungkan antara
metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata, metode kalimat.
E.
Aspek-Aspek Standar
Penguasaan Membaca Dalam Bahasa Arab
Sebagaimana
bahasa yang lain kemampuan membaca dalam bahasa Arab juga meliputi membaca
nyaring (القراءة
الصائتة) dan membaca diam (القراءة الصامتة)
, yang menarik adalah bahwa dalam bahasa Arab bagi yang mempelajarinya (selain
orang Arab) untuk dapat membaca nyaring saja harus mengkaji banyak ilmu yang
terkait dengan linguistiknya; yaitu mulai dari fonem (الصوت) dalam kajian fonologi yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi
dalam bahasa Arab, dan nahwu (النحو) untuk mengetahui bagaimana memvokalkan huruf-huruf yang
tergabung dalam tiap-tiap kata dalam bahasa Arab. Selanjutnya setelah dapat
membaca sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar dalam membaca, baru pemahaman
teks dapat dipelajari sesuai dengan tujuan dalam membaca pemahaman.
Tujuan dalam membaca pemahaman dapat berupa pemahaman literal, pemahaman
kritis, pemahaman interpretatif sampai dengan pemahaman kreatif, sehingga dapat
menghasilkan karya-karya yang bermanfaat dari hasil membaca pemahaman yang
dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang
kemukakan oleh Al Naqah bahwa hakikat membaca adalah berkaitan dengan dua
aspek; mekanik (ميكانيكيا) dan kognitif (عقليا). Aspek mekanik berkenaan dengan
filologi, simbol yang tertulis, pemahaman terhadap kata-kata serta
mengucapkannya. Aspek kognitif berkenaan dengan pemahaman makna dan
menginterpretasiikannya, menerka pemikiran penulis dan mengkritisinya. Baik teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
dari barat maupun dari Arab sendiri memiliki pemahaman yang koherenI, dimana
secara garis besar kegiatan membaca mencakup dua aspek; yaitu aspek mekanik dan
kognitif.
Adapun
aspek-aspek membaca adalah sebagai berikut:
1. Aspek gerak
Aspek
gerak, yaitu aspek membaca yang mencakup pengenalan huruf dalam bacaan,
pengenalan unsure bahasa, pengenalan hubungan antara intonasi dan huruf, serta
kecepatan membaca dalam hati.
2. Aspek pemahaman
Aspek
pemahaman, yaitu meliputi kemampuan untuk memahami bacaan secara sederhana,
memahami makna yang tersirat dalam bacaan, dan menyesuaikan tanda baca dan
intonasi dengan kecepatan membaca. Untukmengembangkan keterampilan membaca
siswa, seorang guru haruslah membantu dan memberi bimbingan kepada siswanya.
Dengan demikian diharapkan siswa mempunyai keterampilan-keterampilan yang
mereka butuhkan dalam membaca.
Dalam
pembelajaran membaca, hendaknya perlu diperhatikan kemampuan masing-masing
siswa. Berdasarkan hal tersebut, kiranya perlu dipetakan tingkatan-tingkatan
pembelajaran membaca (qira’ah). Berikut adalah kelima tingkatan dalam
pembelajaran membaca:
1.
Tingkatan
pertama: persiapan menuju qira’ah. Titik awal pada tingkatan ini biasanya pada
masa anak belum duduk di sekolah dasar. Target pembelajaran qira’ah hanya
berkutat pada informasi dan hal-hal yang berkenaan dengan anak tersebut.
Seiring dengan pertumbuhannya demi menunjang persiapan menuju qira’ah.
2.
Tingkatan
kedua: awal pembelaran qira’ah. Tingkatan ini diterapkan pada kelas satu
ibtidaiyah yang mengajarkan dan menekankan pada pokok-pokok qira’ah yang
bersifat kemahiran dan kemampuan dasar.
3.
Tingkatan
ketiga: ekspansi dan eksplorasi (perluasan) dalam qira’ah.
4.
Tingkatan
keempat: memperkaya informasi serta meningkatkan kecakapan dan kompetensi
membaca.
5.
Tingkatan
kkelima: tingkat lanjutan menuju seorang pelajar yang berkarakter dan bercita
rasa terhadap bacaan, serta gemar membaca.
Kesulitan
yang sering dihadapi oleh pelajar pemula. Di antara kesulitan –kusilatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Huruf tambahan (zaidah), yaitu seperti alif dan wawu yang tidak dibaca.
2. Huruf maqlub, cara membaca huruf arab
yang tidak sesuai dengan tulisan. Seperti huruf lam yang terletak sesudah huruf syamsiyah.
3. Bunyi atau pengucapan, yaitu pada contoh
bunyi velar (ك خ غ),
bunyi uvular (ع ح ق ), dan bunyi mufakhamah ( ظ ض ط ) saat membaca nyering.
4. Perbedaan arah tulisan, yaitu arah
tulisan arab dimulai dari kanan. Hal ini berbeda dengan kebiasaan kita menulis
dengan latin, yang dimulai dari arah kiri.
5. Lambat dalam membaca,. Kesulitan muncul
pada siswa ang lambat membaca teks arab seakan-akan membaca huruf perhuruf,
persuku kata atau perkata.
6. Membaca nyering. Siswa yang membaca
nyering akan sulit membaca dalam hati. Ia masih terlihat berbisik atau disertai
gerakan bibir.
7. Pengulangan arah pandang, yaitu siswa
yang teralu sering melakukan pengulangan membaca akan membuat lambat dalam
membaca.
8. Stagnasi pandangan, yaitu bagi siswa
yang pandangannya terpaku pada satu arah dalam beberapa saat akan menyebabkan
banyak waktu terbuang dan memperlambat dalam membaca.
9. Sempitnya pandangan. Arah pandangan
jumlah kata terhadap kata berpengaruh terhadap cepat atau lembatnya membaca.
10. Kosakata. Banyaknya kosakata yang belum
disukai oleh siswa akan memperlambat dalam membaca.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Membaca adalah
mencocokkan bunyi dan huruf. Definisi lain yang lebih lengkap
adalah melihat dan memahami tulisan dengan melafalkan atau hanya dalam hati.
Definisi ini mencakup tiga unsure dalam kegiatan membaca, yaitu pembaca
melihat, memahami dan melisankan dalam hati.
Dalam konteks pembelajaran bahasa arab,
Al-Naqah mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran membaca dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu umum dan khusus. (Mahmud Kamil Al-Naqah, 1985:188).
Tujuan umum dari pembelajaran
keterampilan membaca adalah dapat membaca bahasa arab dari arah kanan ke kiri
dengan baik disertai dengan pemahaman.
Jenis-jenis membaca itu sendiri dapat di
klasifikasikan menjadi tujuh
terminology jenis membaca, meliputi membaca
nyaring, membaca dalam hati, membaca instensif, membaca ekstensif, membaca
pemahaman, membaca kritis, membaca ide.
metode membaca meliputi metode harfiyah, metode sautiyah,
metode suku kata, metode kata, metode kalimat, dan metode gabungan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Naqah,
Mahmud Kamil, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra:
Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um
al-Qura. 1985
Al-Khuli,
Muhammad Ali, Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah
al-Su’udiyyah, 1982
Hidayat Rahayu S., pengetesan
kemampuan membaca secara komunikatif, (Jakarta: Intermasa, 1990)
Nurgiyantoro Burhan, Penilaian
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE, 1988)
Nuha Ulin, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa
Arab, (Jogjakarta : Diva Press, 2012)
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015)
Ainin.M, dkk,Evaluasi dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYKAT,2006)
No comments:
Post a Comment