Wednesday 13 December 2017

Makalah Akhlak Tasawuf MAQOMAT dan AHWAL

    

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

MAQOMAT dan AHWAL


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tinjauan analisis terhadap tasawuf menunjukan upaya para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya memiliki sautu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah SWT. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniyah (riadah), lalu secara bertahap menempuh berbagai fase yang dikenal dengan maqam (tingkatan ) dan hal (keadaan) berakhir dengan mengenal (ma’rifat) menjadi jargon yang umumnya banyak dikejar oleh para sufi. Kerangka sikap dan perilaku sufi diuwjudkan melalui amalan dan metode tertentu yang disebut thriqat atau jalan dalam rangka menemukan pengenalan  ma’rifat Allah SWT. Lingkup perjalanan menuju Allah SWT untuk memperoleh pengenalan ma’rifat yang berlaku dikalangan sufi sering disebut sebagai kerangka irfani.
   Perjalanan menuju Allah SWT merupakn metode pengenalan ma’rifat secara rasa atau rohaniah yang benar terhadap Allah SWT. Manusia tidak akan mengetahui banyak penciptaanya selama belum melakukan perjalanan menuju Allah SWT. Walaupun ia adalah orang yang beriman secara aqliyah atau logis teoritis dan iman secara rasa.
   Lingkuf irfani tidak dapat dicapai dengan mudah atau sepontanitas, tetapi melalui perjalanan panjang. Yang dimaksud disini adalah maqom dan ahwal ini harus dilalui oleh orang yang berjalan menuju tuhan.
   Tingkatan maqom adalah tingkatan seorang hamba dihadapannya, dalam hal ibadahdan latihan-latihan (riadah) jiwa yang dilakukannya.
B.     Rumusan Masalah 
1.      Apakah dipinisi maqomat ?
2.      Sebutkan macam-macam maqomat dan jelaskan ?
3.      Apakah dipinisa ahwal ?
4.      Sebutkan macam-macam ahawal dan jelaskan ?
5.      Bagaimana impelementasi antara maqomat dan ahwal ?




C.    PEMBAHASAN
1.      Pengertian Maqomat
Maqomat merupakan bentuk jamak dari maqom yang berarti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Dalam ilmu taswuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan, dan latihan. Sedangkan secaara harfiayah maqomat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan sebagai jalan panjang yang ditempuh seorang sufi untuk dekat dengan Allah.
2.      Macam-macam maqomat
Umumnya maqamat terdiri atas tujuh macam diantaranya :
a.         Tobat
Tobat sebagai maqam pertama yang dilalui oleh orang salik. Karena dengan tobat jiwa seseorang bersih dari dosa dan tuhan dapat didekati dengan jiwa yang bersih
Dzun Nun membedakan tobat atas tiga tingkatan
a.       Orang yang bertobat dari dosa dan keburukanya
b.      Orang yang bertobat dari kelalaian mengingat Allah
c.       Orang yang bertobat karena memandang ketatan dan kebaikannya.[1]
Tobat bersal dari Bahasa Arab taba, yatubu, taubatan yang artinya kembali, sedangkan kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dan disertai amal kebajikan.[2]
b.        Zuhud
Secara harfiyah Al- Zuhud beararti tidak ingin kepeda sesuatu yang bersifat keduniaan. Metnurut Hararun Nasution zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia dan hidup kemtrian. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah, zuhud termasuk ajaran agama yang sangat penting untuk mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia.
Dilihat dari maksudnya zuhud dibagi dalam tiga tingkatan. Pertama terendah, menjauhkan dunia agar terhindar dari hukuman akhrat. Kedua menjauhi dunia ini agar menimbang imbalan diakhrat. Ketiga tertinggi, mengucilkan dunia bukan karena takut atau berharap, tetapi karena cnta kepada Allah SWT. Sebagaimana firman AllahSWT (QS. Al-an’am 6:32)

ؤما الحيؤةا لد نيا الالعب ؤلهؤ ؤللدا رالاخرةخيرللذين يتقؤن افلاتعقلؤن
Artinya:
Dan tiadalah kehidupan didunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminya (QS Al-An am).
c.         Faqr (faqir)
Berarti kekurangan harta yang diperlukan seseorangan dalam menjalani kehidupan dunia. Sikap faqr penting dimiliki oleh orang yang berjalan menuju Allah SWT.
d.        Sabar
Sabar jika dipandang sebagai pengekangangan tuntutan nafsu dan amarah, dinamakan Al-Ghazali sebagai kesabaran jiwa, sedangkan menahan terhadap penyakit fisik disebut sebagai sabar badani. Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek. Misalnya, untuk menahan nafsu makan, dan seks  berlebihan.
e.         Twakkal
Tawakkal berarti gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepda Allah SWT. Menurut Dzu Nun adalah berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan intinya penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT disertai tidak memiliki kekuatan.
f.         Rela (ridha)
Berarti merasa puas terhadap apa yang dianugrahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan yang diberikan Allah SWT dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuanya.
g.        Wara’
Apabila tobat anda telah benar, tentulah anda akan menjadi seorang yang wara’. Al-wara’ adalah meninggalakan segala sesuatu yang mengandung kesamaran (sybhat) didalamnya.[3]
3.      Pengertian Ahwal
Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Menurut bahasa ahwal merupakan sifat dan keadaan sesuatu. Secara sederhana Ath- Thusi memberian pengertian tentang hal sebagai sesuatu yang mengamnbil tempat dihati, berupa kkesucian berdzikir.  Hal tidak diproleh melalui usaha seperti halnya maqamat dan dapat dikatakan bahwa hal merupakan pemberian yang berasal dari Tuhan kepada hambanya yang dikehendaki.[4] Pendapat Syaikh Abu Nasar As Saraj bahwa hal ialah keadaan yang meliputi hati seseorang atau perasaan yang terkandung didalamnya. Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa berarti sifat atau keadaan sesuatu.[5]
Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam bahasa inggris disebut state dalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah bukan dari hasil usahanya. Sedangkan menurut Al-Qusyairi al-hal selalu bergerak setahap demi setahap ketingkat puncak kesmpurnaan rohani. Yang paling penting dan banyak penganutnya adalah
a)      Al-muraqobah
Adanya kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasinya
b)      Al-khuf
Menurut sufi berarti suatu sikap mental, merasa tkut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdianya. Khauf timbul karena pengenalan dan kecintaan kepada Allah yang sudah mendalam.
c)      Al-raja’
Suatu sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan kepada hambanya yang shaleh
d)     Al-syauq
Kondisi kejiwaan yang menyertai mahabbah yaitu rasa rindu yang memancar kalbu dengan gelora cinta yang murni.[6]
4.      Macam-macam Hal
Sebagaimana yang telah disinggung bahwa hal-hal yang sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi, antara lain:
a.    Waspada dan Mawasdiri (Muhasabbah dan Murkbah)
Merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu,ada sufi yang mengupasnya secara bersamaan waspada dan mawasdiri ini merupakan dua sisi yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah. Muraqabah merupakan meneliti dengan caracermat apakah segala perbuatanya telah sesuai ataukah menyimpang dari yang dikehendakiNya.
b.    Cinta (hub)
Dalam pandangan tasawuf cinta merrupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal, sama seperti tobat yang menjadi dasar kemuliaan maqom.suhrawardi mengatakan sesungguhnya cinta adalah mata rantai keselarasan yang mengikat sang pencipya kepada kekasihnya
c.    Berharap dan takut
Bagi kalangan sufi raja’dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi. Raja’ berarti berharap atau optimism, raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi raja’ ditegaskan dalam Al-Qura’an (Al-Baqorah(2) 218) yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang beriman berhijrah dan berjihad dijalan Allah,mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun lagi maha penyayang .[7]
Raja’ menuntut tiga perkara
1.          Cinta pada apa yang diharapkannya
2.         Takut harapanya hilang
3.         Berusaha untuk mencapainya
 Raja’ yang dibarengi dengan tiga perkara itu hanya ilusi atau hayalan, setiap orang yang berharap adalah orang yang takut (khuf) terlambat. Karena takut terlambat ia mempercepat jalanya.[8]
Dalam pandangan kaum sufi sifat raja’ memiliki arti yang penting karena apa-apa yang mereka lakukan didunia ini adalah dengan harapan untuk bertemu dengan Allah.
Sebagaimana danyatakan dalam Al-Qur’an
 من كا ن يرجولقاءالله فاء نا جل للهل لات وهوااسمع العليم
                                                                        (العنكبوت : 5 )
Artinya :
“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesunggunhnya waktu( yang dijanjikan ) Allah pasti datang .[9]
Achmat faraidh menegaskan bahwa khauf merupakan cambuk yang digunakan Allah SWT untuk menggiring hamba-hambanya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya mereka dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti yang akan menimpa dirinya pada masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorong untuk berada dalam ketaatan. Kekuranagan khauf akan menyebabkan seseorang lalai dan berani berbuat maksiat, sedangkan khauf yang berlebihan akan menyebabkan orang putus asadan pisimis. Begitu juga sebaliknnya terlalu besar sikap raja’ akan membuat sesorang sombong dan meremehkan amalan-amalannya karena optimisnya yang berlebihan.
d.   Rindu
Selama ada cinta syauq tetap diperlukan dalam lubuk jiwa, rasa rindu tetap subur, yaitu rindu ingin segera bertmu Tuhan. Ada orang yang mengatkan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar. Lupa kepada AllahSWT lebih berbahaya daripada maut, bagi Sufi yang rindu kepada Tuhan mati dapat berarti bertemu dengan Tuhan.
e.    Intim (uns)
Dalam pandangan kaum sufi sifat uns adalah sifat merasa selalu berteman tak pernah merasa sepi. Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns:
Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian, ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang di mabuk cinta seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi, ada pula orang yang merasa bising dalam kesepian ia adalah orang yang selalu memikirkan tugas pekerjaannya saja. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah SWT artinya, engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah SWT.
Ungkapan ini melukiskan keakraban atau keintiman seorang sufi dengan Tuhannya, sikap ini banyak dialami oleh kaum sufi.[10]
5.      Hubungan Maqomat dan Ahwal
Dalam keterkaitannya dengan mujahadah dan riadah sebagaimana yang dipaparkan diatas menurut lazimnya dikalangan tasawuf terdapat pemahaman bahwa untuk mencapai tasawup sepenuhnya atau untuk menjadi seorang sufi yang sesungguhnya seorang salik harus menempuh macam-macam maqam dan ahwal satu demi satu dan dalam perjalanan yang cukup panjang dan berat mereka mengalami berbagai keadaan batin yang disebut hal jadi maqamat dan hal nerupakan tahap-tahap yang wajib dilalui oleh para salik menuju tujuuan puncak yaitu mencapai makrifatullah
Para sufi sendiri menegaskan antara hal dan maqamat, maqamat ditandai dengan kemapanan sedangkan hal bersifat temporer dan mudah hilang. Maqamat dapat dicapai dengan upaya yang sungguh-sungguh dan kuat sedangkan hal dapat diperoleh dengan tanpa disengaja.
Maqamat tidak dapat dipisahkan dengan hal keduanya ibarat mata rantai  dan adapun kaitan keduanya dapat dilihat bahwa maqamat menjadi perasyarat menuju Tuhan dan dalam maqom ditemukan hal karena akan mengantaar seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
Contonya : Seseorang yang tobat akan menemukan hal ( perasaan ) betapa indahnya bertobat dan betapa nikmatnya menyadari dosa-dosa dihadapan tuhan. Paerasaan ini akan menjadi benteng yang kuat untuk tidak mengerjakan kembali dosa-dosa yang pernah dilakukan.[11]

KESIMPULAN
Maqomat merupakan bentuk jamak dari maqom yang berarti kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Dalam ilmu taswuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan, dan latihan. Sedangkan secaara harfiayah maqomat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan sebagai jalan panjang yang ditempuh seorang sufi untuk dekat dengan Allah.
Pendapat Syaikh Abu Nasar As Saraj bahwa hal ialah keadaan yang meliputi hati seseorang atau perasaan yang terkandung didalamnya. Ahwal merupak bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa berarti sifat atau keadaan sesuatu.
Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam bahasa inggris disebut state dalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah bukan dari hasil usahanya. Sedangkan menurut Al-Qusyairi al-hal selalu bergerak setahap demi setahap ketingkat puncak kesmpurnaan rohani.
            Macam-macam Maqomat:
1.      Tobat
2.      Zuhud
3.      Faqr ( faqir)
4.      Sabar
5.      Wara’
6.      Rela
7.      Tawakkal
             Macam-macam Hal:
1.      Waspada dan mawasdiri (muhasabah dan murokabah)
2.      Cinta (hub)
3.      Berharaf dan takut (raja’ dan khauf )
4.      Rindu (syauq)
5.      Intim (uns).
Para sufi sendiri menegaskan antara hal dan maqamat, maqamat ditandai dengan kemapanan sedangkan hal bersifat temporer dan mudah hilang. Maqamat dapat dicapai dengan upaya yang sungguh-sungguh dan kuat sedangkan hal dapat diperoleh dengan tanpa disengaja.
Maqamat tidak dapat dipisahkan dengan hal keduanya ibarat mata rantai  dan adapun kaitan keduanya dapat dilihat bahwa maqamat menjadi perasyarat menuju Tuhan dan dalam maqom ditemukan hal karena akan mengantaar seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
Contonya :
   Seseorang yang tobat akan menemukan hal ( perasaan ) betapa indahnya bertobat dan betapa nikmatnya menyadari dosa-dosa dihadapan tuhan. Paerasaan ini akan menjadi benteng yang kuat untuk tidak mengerjakan kembali dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Daftar Pustaka
Solihin.2003. Tasawuf Tematik. “Membedah Tema-tema Penting Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon.2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Nata, Abuddin.2010. Akhlak Tasawuf .Jakarta: Rajawali Pers.
Rivai, A Serigar.2001. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta: Rajawali Pers
Mahmud, Abdul Halim.2002. Tasawuf di Dunia Islam. Bandung: Pustaka Setia.
 



[1] M. Solihin, Tasawuf Tematik, ”Membedah Tema-tema Penting Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2003.),h.13
[2] Abuddin Nata, “Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010.),h193
[3] Rosihoh Anwar, Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia,2010),h. 109
[4] M, Solihin,h.15
[5] Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia Islam,( Bandung: Pustaka Setia,2002),h.
[6] Riva’i A. Siregar,Tasawuf dari sufisme klasik ke neo sufisme,(Jakarta:Rajawali  Pers,2001),h.131
[7] Rosihan anwar,h. 201
[8] M. Solihin,h. 27
[9] M. Solihin, h.25
[10] Rosihan anwar,h.199
[11] M. Solihin,h.17

No comments:

Post a Comment

Entri Populer