MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
MAQOMAT
dan AHWAL
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tinjauan
analisis terhadap tasawuf menunjukan upaya para sufi dengan berbagai aliran
yang dianutnya memiliki sautu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah
SWT. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniyah (riadah), lalu secara
bertahap menempuh berbagai fase yang dikenal dengan maqam (tingkatan ) dan hal
(keadaan) berakhir dengan mengenal (ma’rifat) menjadi jargon yang umumnya
banyak dikejar oleh para sufi. Kerangka sikap dan perilaku sufi diuwjudkan
melalui amalan dan metode tertentu yang disebut thriqat atau jalan dalam rangka
menemukan pengenalan ma’rifat Allah SWT.
Lingkup perjalanan menuju Allah SWT untuk memperoleh pengenalan ma’rifat yang
berlaku dikalangan sufi sering disebut sebagai kerangka irfani.
Perjalanan menuju Allah SWT merupakn metode
pengenalan ma’rifat secara rasa atau rohaniah yang benar terhadap Allah SWT.
Manusia tidak akan mengetahui banyak penciptaanya selama belum melakukan
perjalanan menuju Allah SWT. Walaupun ia adalah orang yang beriman secara
aqliyah atau logis teoritis dan iman secara rasa.
Lingkuf irfani tidak dapat dicapai dengan
mudah atau sepontanitas, tetapi melalui perjalanan panjang. Yang dimaksud
disini adalah maqom dan ahwal ini harus dilalui oleh orang yang berjalan menuju
tuhan.
Tingkatan maqom adalah tingkatan seorang
hamba dihadapannya, dalam hal ibadahdan latihan-latihan (riadah) jiwa yang
dilakukannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah dipinisi maqomat ?
2.
Sebutkan macam-macam maqomat dan jelaskan ?
3.
Apakah dipinisa ahwal ?
4.
Sebutkan macam-macam ahawal dan jelaskan ?
5.
Bagaimana impelementasi antara maqomat dan ahwal ?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Maqomat
Maqomat merupakan bentuk jamak dari maqom yang berarti kedudukan
dan tempat berpijak dua telapak kaki. Dalam ilmu taswuf berarti kedudukan hamba
dalam pandangan Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan,
dan latihan. Sedangkan secaara harfiayah maqomat berasal dari bahasa arab yang
berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya
digunakan sebagai jalan panjang yang ditempuh seorang sufi untuk dekat dengan
Allah.
2.
Macam-macam maqomat
Umumnya maqamat terdiri atas tujuh macam diantaranya :
a.
Tobat
Tobat sebagai maqam pertama yang dilalui oleh orang salik. Karena
dengan tobat jiwa seseorang bersih dari dosa dan tuhan dapat didekati dengan
jiwa yang bersih
Dzun Nun membedakan tobat atas tiga tingkatan
a.
Orang yang bertobat dari dosa dan keburukanya
b.
Orang yang bertobat dari kelalaian mengingat Allah
c.
Orang yang bertobat karena memandang ketatan dan kebaikannya.[1]
Tobat bersal dari Bahasa Arab taba, yatubu, taubatan yang artinya
kembali, sedangkan kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan
kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan
dan disertai amal kebajikan.[2]
b.
Zuhud
Secara harfiyah Al- Zuhud beararti tidak ingin kepeda sesuatu yang
bersifat keduniaan. Metnurut Hararun Nasution zuhud adalah keadaan meninggalkan
dunia dan hidup kemtrian. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang
yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang
mubah dalam pandangan Allah, zuhud termasuk ajaran agama yang sangat penting
untuk mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia.
Dilihat dari maksudnya zuhud dibagi dalam tiga tingkatan. Pertama
terendah, menjauhkan dunia agar terhindar dari hukuman akhrat. Kedua menjauhi
dunia ini agar menimbang imbalan diakhrat. Ketiga tertinggi, mengucilkan dunia
bukan karena takut atau berharap, tetapi karena cnta kepada Allah SWT.
Sebagaimana firman AllahSWT (QS. Al-an’am 6:32)
ؤما الحيؤةا لد نيا الالعب ؤلهؤ ؤللدا رالاخرةخيرللذين يتقؤن
افلاتعقلؤن
Artinya:
Dan tiadalah kehidupan didunia ini selain dari
main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminya (QS Al-An am).
c.
Faqr (faqir)
Berarti kekurangan harta yang diperlukan
seseorangan dalam menjalani kehidupan dunia. Sikap faqr penting dimiliki oleh
orang yang berjalan menuju Allah SWT.
d.
Sabar
Sabar jika dipandang sebagai pengekangangan
tuntutan nafsu dan amarah, dinamakan Al-Ghazali sebagai kesabaran jiwa,
sedangkan menahan terhadap penyakit fisik disebut sebagai sabar badani.
Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek. Misalnya, untuk menahan
nafsu makan, dan seks berlebihan.
e.
Twakkal
Tawakkal berarti gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepda Allah SWT. Menurut Dzu Nun adalah berhenti
memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan intinya
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT disertai tidak memiliki kekuatan.
f.
Rela (ridha)
Berarti merasa puas terhadap apa yang
dianugrahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan
dibalik cobaan yang diberikan Allah SWT dan tidak berburuk sangka terhadap
ketentuanya.
g.
Wara’
Apabila tobat anda telah benar, tentulah anda
akan menjadi seorang yang wara’. Al-wara’ adalah meninggalakan segala sesuatu yang
mengandung kesamaran (sybhat) didalamnya.[3]
3. Pengertian
Ahwal
Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Menurut bahasa ahwal
merupakan sifat dan keadaan sesuatu. Secara sederhana Ath- Thusi memberian
pengertian tentang hal sebagai sesuatu yang mengamnbil tempat dihati, berupa
kkesucian berdzikir. Hal tidak diproleh
melalui usaha seperti halnya maqamat dan dapat dikatakan bahwa hal merupakan
pemberian yang berasal dari Tuhan kepada hambanya yang dikehendaki.[4] Pendapat Syaikh Abu Nasar As Saraj bahwa hal ialah
keadaan yang meliputi hati seseorang atau perasaan yang terkandung didalamnya.
Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa
berarti sifat atau keadaan sesuatu.[5]
Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam
bahasa inggris disebut state dalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi
sebagai karunia Allah bukan dari hasil usahanya. Sedangkan menurut Al-Qusyairi
al-hal selalu bergerak setahap demi setahap ketingkat puncak kesmpurnaan
rohani. Yang paling penting dan banyak penganutnya adalah
a)
Al-muraqobah
Adanya kesadaran diri bahwa ia selalu
berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasinya
b)
Al-khuf
Menurut sufi berarti suatu sikap mental,
merasa tkut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdianya. Khauf timbul
karena pengenalan dan kecintaan kepada Allah yang sudah mendalam.
c)
Al-raja’
Suatu sikap mental optimisme dalam memperoleh
karunia dan nikmat ilahi yang disediakan kepada hambanya yang shaleh
d)
Al-syauq
Kondisi kejiwaan yang menyertai mahabbah yaitu
rasa rindu yang memancar kalbu dengan gelora cinta yang
murni.[6]
4. Macam-macam Hal
Sebagaimana yang telah disinggung bahwa hal-hal yang sering dijumpai dalam perjalanan
kaum sufi, antara lain:
a.
Waspada dan Mawasdiri (Muhasabbah dan Murkbah)
Merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu,ada
sufi yang mengupasnya secara bersamaan waspada dan mawasdiri ini merupakan dua
sisi yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari
pembawaan nafsu dan amarah. Muraqabah merupakan meneliti dengan caracermat
apakah segala perbuatanya telah sesuai ataukah menyimpang dari yang
dikehendakiNya.
b.
Cinta (hub)
Dalam pandangan tasawuf cinta merrupakan pijakan bagi segenap
kemuliaan hal, sama seperti tobat yang menjadi dasar kemuliaan maqom.suhrawardi
mengatakan sesungguhnya cinta adalah mata rantai keselarasan yang mengikat sang
pencipya kepada kekasihnya
c.
Berharap dan takut
Bagi kalangan sufi raja’dan khauf berjalan seimbang dan saling
mempengaruhi. Raja’ berarti berharap atau optimism, raja’ adalah perasaan hati
yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi raja’
ditegaskan dalam Al-Qura’an (Al-Baqorah(2) 218) yang artinya Sesungguhnya
orang-orang yang beriman berhijrah dan berjihad dijalan Allah,mereka itulah
orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun lagi maha
penyayang .[7]
Raja’ menuntut tiga perkara
1.
Cinta pada apa yang
diharapkannya
2.
Takut harapanya hilang
3.
Berusaha untuk mencapainya
Raja’ yang dibarengi dengan
tiga perkara itu hanya ilusi atau hayalan, setiap orang yang berharap adalah
orang yang takut (khuf) terlambat. Karena takut terlambat ia mempercepat
jalanya.[8]
Dalam pandangan kaum sufi sifat raja’ memiliki arti yang penting
karena apa-apa yang mereka lakukan didunia ini adalah dengan harapan untuk
bertemu dengan Allah.
Sebagaimana danyatakan dalam Al-Qur’an
من كا ن يرجولقاءالله فاء نا جل للهل لات
وهوااسمع العليم
(العنكبوت : 5 )
Artinya :
“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesunggunhnya waktu( yang dijanjikan ) Allah pasti datang .[9]
Achmat faraidh menegaskan bahwa khauf merupakan cambuk yang
digunakan Allah SWT untuk menggiring hamba-hambanya menuju ilmu dan amal supaya
dengan keduanya mereka dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan
hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti yang akan menimpa dirinya pada
masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorong
untuk berada dalam ketaatan. Kekuranagan khauf akan menyebabkan seseorang lalai
dan berani berbuat maksiat, sedangkan khauf yang berlebihan akan menyebabkan
orang putus asadan pisimis. Begitu juga sebaliknnya terlalu besar sikap raja’
akan membuat sesorang sombong dan meremehkan amalan-amalannya karena optimisnya
yang berlebihan.
d.
Rindu
Selama ada cinta syauq tetap diperlukan dalam lubuk jiwa, rasa
rindu tetap subur, yaitu rindu ingin segera bertmu Tuhan. Ada orang yang
mengatkan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar. Lupa kepada AllahSWT
lebih berbahaya daripada maut, bagi Sufi yang rindu kepada Tuhan mati dapat
berarti bertemu dengan Tuhan.
e.
Intim (uns)
Dalam pandangan kaum sufi sifat uns adalah sifat merasa selalu berteman
tak pernah merasa sepi. Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns:
Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian, ia adalah orang yang
selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang di mabuk cinta seperti halnya
sepasang pemuda dan pemudi, ada pula orang yang merasa bising dalam kesepian ia
adalah orang yang selalu memikirkan tugas pekerjaannya saja. Alangkah mulianya engkau
berteman dengan Allah SWT artinya, engkau selalu berada dalam pemeliharaan
Allah SWT.
Ungkapan ini melukiskan keakraban atau keintiman seorang sufi
dengan Tuhannya, sikap ini banyak dialami oleh kaum sufi.[10]
5.
Hubungan Maqomat dan Ahwal
Dalam keterkaitannya dengan mujahadah dan riadah sebagaimana yang
dipaparkan diatas menurut lazimnya dikalangan tasawuf terdapat pemahaman bahwa
untuk mencapai tasawup sepenuhnya atau untuk menjadi seorang sufi yang
sesungguhnya seorang salik harus menempuh macam-macam maqam dan ahwal satu demi
satu dan dalam perjalanan yang cukup panjang dan berat mereka mengalami
berbagai keadaan batin yang disebut hal jadi maqamat dan hal nerupakan
tahap-tahap yang wajib dilalui oleh para salik menuju tujuuan puncak yaitu mencapai
makrifatullah
Para sufi sendiri menegaskan antara hal dan maqamat, maqamat
ditandai dengan kemapanan sedangkan hal bersifat temporer dan mudah hilang. Maqamat
dapat dicapai dengan upaya yang sungguh-sungguh dan kuat sedangkan hal dapat
diperoleh dengan tanpa disengaja.
Maqamat tidak dapat dipisahkan dengan hal keduanya ibarat mata
rantai dan adapun kaitan keduanya dapat
dilihat bahwa maqamat menjadi perasyarat menuju Tuhan dan dalam maqom ditemukan
hal karena akan mengantaar seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
Contonya : Seseorang
yang tobat akan menemukan hal ( perasaan ) betapa indahnya bertobat dan betapa
nikmatnya menyadari dosa-dosa dihadapan tuhan. Paerasaan ini akan menjadi
benteng yang kuat untuk tidak mengerjakan kembali dosa-dosa yang pernah
dilakukan.[11]
KESIMPULAN
Maqomat
merupakan bentuk jamak dari maqom yang berarti kedudukan dan tempat berpijak
dua telapak kaki. Dalam ilmu taswuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan
Allah menurut apa yang diusahakan berupa ibadah, perjuangan, dan latihan.
Sedangkan secaara harfiayah maqomat berasal dari bahasa arab yang berarti
tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan
sebagai jalan panjang yang ditempuh seorang sufi untuk dekat dengan Allah.
Pendapat Syaikh
Abu Nasar As Saraj bahwa hal ialah keadaan yang meliputi hati seseorang atau
perasaan yang terkandung didalamnya. Ahwal merupak bentuk jamak dari hal. Dari
segi bahasa berarti sifat atau keadaan sesuatu.
Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam bahasa inggris disebut state
dalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah bukan
dari hasil usahanya. Sedangkan menurut Al-Qusyairi al-hal selalu bergerak
setahap demi setahap ketingkat puncak kesmpurnaan rohani.
Macam-macam Maqomat:
1.
Tobat
2.
Zuhud
3.
Faqr ( faqir)
4.
Sabar
5.
Wara’
6.
Rela
7.
Tawakkal
Macam-macam Hal:
1.
Waspada dan mawasdiri (muhasabah dan murokabah)
2.
Cinta (hub)
3.
Berharaf dan takut (raja’ dan khauf )
4.
Rindu (syauq)
5.
Intim (uns).
Para
sufi sendiri menegaskan antara hal dan maqamat, maqamat ditandai dengan
kemapanan sedangkan hal bersifat temporer dan mudah hilang. Maqamat
dapat
dicapai dengan upaya yang sungguh-sungguh dan kuat sedangkan hal dapat
diperoleh dengan tanpa disengaja.
Maqamat tidak dapat
dipisahkan dengan hal keduanya ibarat mata rantai dan adapun kaitan keduanya dapat dilihat
bahwa maqamat menjadi perasyarat menuju Tuhan dan dalam maqom ditemukan hal
karena akan mengantaar seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
Contonya :
Seseorang yang tobat akan menemukan hal (
perasaan ) betapa indahnya bertobat dan betapa nikmatnya menyadari dosa-dosa
dihadapan tuhan. Paerasaan ini akan menjadi benteng yang kuat untuk tidak
mengerjakan kembali dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Daftar Pustaka
Solihin.2003. Tasawuf Tematik. “Membedah Tema-tema Penting
Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon.2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Nata, Abuddin.2010. Akhlak Tasawuf .Jakarta: Rajawali
Pers.
Rivai, A Serigar.2001. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme.
Jakarta: Rajawali Pers
Mahmud, Abdul Halim.2002. Tasawuf di Dunia Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
No comments:
Post a Comment