BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat di katakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga di harapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat
di perlukan di dalam kegiatan belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar[1].
Motivasi merupakan kekuatan dahsyat yang dapat menuntun anda menggapai sukses.
Orang yang tidak memiliki motivasi belajar dalam dirinya, maka hadirnya guru
profesional (sebagai motivator dari luar) sangat diperlukan[2].
Bagi
siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi,yaitu
motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak
ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan
dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan
motivasi peserta didik sehingga mau melakukan belajar[3].
Motivasi
belajar merupakan kekuatan (power
motivation), daya pendorong (driving
force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri
peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan dalam perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Agar motivasi belajar tesebut dimiliki oleh peserta
didik maka dituntut kepiawaian guru dalam menentukan strategi yang tepat dalam
pembelajaran sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1.
Apa
yang dimaksudkan dengan Motivasi?
2.
Apa saja fungsi-fungsi Motivasi?
3.
Bagaimana
strategi menumbuhkan Motivasi?
4.
Bagaimana konsep Motivasi?
5.
Apa saja prinsip-prinsip dan nilai- nilai Motivasi dalam pengajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
Secara
umum, untuk memenuhi tugas strateri pembelajara. penulis
berharap agar makalah ini berguna untuk membantu pemahaman kita, memperluas
wawasan kita baik penulis maupun teman-teman.
Secara khusus:
1.
Mendeskripsikan pengertian Motivasi?
2.
Mendeskripsikan
fungsi Motivasi?
3.
Mendeskripsikan
strategi menumbuhkan Motivasi?
4.
Mendeskripsikan konsep Motivasi?
5.
Mendeskripsikan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai Motivasi dalam pengajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Motivasi
1.
Secara
Etimologi (Bahasa)
Motivasi
berpangkal dari kata “ motif” yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat di artikan sebagai
kondisi intern (kesiap siagaan)[4]. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat di
artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
2.
Adapun
menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut :
a)
menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseeorang yang di
tandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan[5]. Dari
pengertian yang di kemukakan oleh Mc Donald
ini mengandung tiga elemen
penting, yaitu[6]
:
Ø Motivasi ini mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Ø Motivasi ditandai dengan
munculnya rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
Ø Motivasi akan dirangsang
karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons
dari suatu aksi yakni tujuan.
b)
Menurut
Hilgard
mengatakan bahwa motivasi
adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seorang yang menyebabkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
dengan demikian, mutivasi muncul dari diri seseorang[7].
c)
Menurut
Keller (1983) mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu
perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang di buat seseorang untuk
mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukan tingkat usaha yang
dilakukannnya.[8]
d)
Menurut
Martin
dan Briggs
(1996), motivasi
adalah kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi bangkitnya arah serta
tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku..
e)
Menurut
Good
dan Brokhi
(1991) mendifinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak,pengarah, dan memperkuat
tingkah laku.
f)
Menurut
Gagne
(1985) medifinisikan motivasi sebagai sesuatu pengarah dan memperkuat
intensitas suatu tingkah laku[9].
g)
Menurut
Stoner
(1992 :440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor penyebab yang
menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang[10].
h)
Menurut
Hewitt
(1968) mengemukakan bahwa “attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan
mutivasi yakni yang bersipat sosial artinya anak itu suka bekerja sama dengan
anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapakan penghargaan dari
teman-temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya
dikalangan kawan sekelasnya selanjutnya anak itu memperoleh mutivasi untuk
menguasai pelajaran (mastery), termasuk penguasaan keterampilan intelektual [11] .
Motivasi merupakan modal
yang sangat penting untuk belajar. Tanpa ada motivasi, proses belajar akan
kurang berhasil.meskipun seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang
tinggi, ia akan kurang berhasil dalam belajarnya jika mutivasinya lemah.disekolah,mutivasi
belajar peserta didik dapat di amati dari beberapa indikator. Pertama,ketekunan
dalam belajar.peserta didik yang tekun dan meluangkan waktu yang lama untuk
belajar menandakan bahwa ia mempunyai mutivasi yang tinggi dan begitu pula
sebaliknya. kedua,keseringan belajar. Peserta didik yang sering belajar dan
terus menerus menandakan mutivasi nya kuat. Ketiga, komitmennya dalam memenuhi
tugas-tugas sekolah peserta didik yang mutivasinya kuat akan selalu mengerjakan
apapun yang diberikan kepadanya. Keempat prekuensi kehadirannya
disekolah.peserta didik yang karna mutivasinya besar akan tetap datang
kesekolah meskipun agak sakit. Di pihak lain, ada peserta didik yang
mutivasinya kurang,ia bolos dari sekolah hanya karna pensilnya hilang,bajunya
kotor atau kepelanya agak pusing. Beberapa indikator tersebut menunjukkan
keberagaman mutivasi peserta didik yang dapat ditemukan disemua jenjang
pendidikan.indikator-indikator itu seringklai menjadi rujukan pengajar dalam
mengambil langkah-langkah tertentu atau bahkan dalam menentukan penilaian[12].
B. Fungsi
Motivasi
Oemar
Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi :
1)
Mendorong
manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang
akan di kerjakan.
2)
Menentukan
arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus di kerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3)
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan yang harus di kerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari
beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa motivassi berfungsi sebagai
pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk
mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang pentimg untuk mengusahakan
terlaksananya fungsi- fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi
kebutuhan siswa[13]. Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi
dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunujukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intesitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian presstasi belajarnya.
v
Analisis
dan Tinjauan terhadap Motivasi.
Antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau kelakuan,
tujuan dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan
senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena
seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tadi
terarah kepada pencapaian tujuantertentu pula. Apabila tujuan telah
tercapai maka ia akan merasa puas. Kelakuan yang telah memberikan kepuasan
terhadap sesuatu kebutuhan akan cenderung untuk diulang kembali, sehingga ia akan menjadi lebih kuat
dan lebih mantap[14].
C. Strategi
Menumbuhkan Motivasi
Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak
termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, guru wajib berupaya sekeras mungkin
untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya.
Ada
beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa , yakni[15] :
a.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya
kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
melaksanakan kegiatan belajar.tujuan yang jelas dapat
membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar. Oleh sebab itu sebelum peroses pembelajaran dimulai
hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
b.
Hadiah
Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang beprestasi.
c.
Saingan/kompetisi
Guru
berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya. persaingan yang sehat dapat
memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses belajar siswa.
melalui persaingan siswa di mungkinkan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.
oleh sebab itu,guru harus mendisain
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun
antar individu.namu demikian diakui persaingan tidak selama
menguntungkan,terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk
bersaing.
d.
Pujian
Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya
pujian yang bersifat membangun. Motivasi
akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai.
Memberikan pujian yang wajar merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak
selamanya harus dengan kata-kata, justru ada anak yang merasa tidak senang
dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan dapat di lakukan dengan
isyarat,misalnya senyuman dan anggukan yang wajar,atau mungkin dengan tatapan
mata yang memungkinkan.
e.
Hukuman
Hukuman
di berikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan denga harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
Hukuman sebagai reinfercement yang negatif
tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat
motivasi.
f.
Membangkitkan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar
siswa
akan terdorong untuk belajar mana kala mereka memiliki minat untuk belajar.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar
siswa.diantaranya yaitu[16]:
-
Hubungkan
bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.minat siswa akan
tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk
kehidupannya. dengan demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi
pelajran dengan kebutuhan siswa.
-
Sesuakan
materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi
pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh
dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa materi pelajaran yang
terlalu suli tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa
akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat
siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan
kesuksessan dalam belajar. Untuk
membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal pada peserta didik.
g.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
h.
Membantu
kesulitan belajar peserta didik, baik secara
individual maupun komunal (kelompok).
Guru
harus berusaha untuk terus-menerus membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar. dalam hal ini guru harus bisa berperan layaknya dokter yang siap
mendeteksi dan berusaha menyembuhkan.
i.
Menggunakan
metode yang bervariasi
Variasi
dalam proses pembelajaran merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan
pembelajaran. Guru yang mampu menghadirkan proses pembelajaran yang berfariasi
kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi. Variasi yang bisa di lakukan
oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain adalah variasi metode. Guru
sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode akan tetapi gunakanlah lebih dari
satu metode. Contoh: untuk menjelaskan topik sholat, guru bisa menerapkan
metode ceramah.
j.
Gunakan
media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar
siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih
meningkat. Peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan
dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan
pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media.
Manakala, diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran,
tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
k.
Memberikan
umpan balik kepada peserta didik atas hasil pekerjaanya.
caranaya
antara lain dengan memeriksa hasil pekerjaan rumah dan diberi nilai (lebih baik
disertai dengan komentar yang dapat membangkitkan motivasi,mengembalikan
lembaran hasil ulangan, dan menilai serta memberikan komentar terhadap
tugas-tugas lain, misalnya hasil pekerjaan tangan menggambar dan lain-lain )[17].
l.
Humor
atau dengan cerita- cerita
Pada saat menyampaikan materi
pelajaran, upayakan untuk menyelipkan dengan humor dan atau cerita-cerita lucu.
m.
Memvariasikan
gaya dalam pembelajaran siswa
Guru sebaiknya melakukan
variasi gaya didalam membelajarkan. Jika variasi gaya guru dalam membelajarkan
dilakukan dengan baik, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan
mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar. termasuk variasi gaya
guru dalam membelajarkan, diantaranya adalah: (1) variasi suara (termasuk
pengubahan nada suara yang keras menjadi lemah, dari cepat berubah menjadi
lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan
pada kata-kata tertentu); (2) variasi gerakan anggota badan dan mimik (seperti
ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan badan); (3) pidah posisi (berarti guru
tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan
posisi guru hendaklah karena maksud-maksud tertentu dan dilakukan secara wajar
dan tidak berlebihan)[18].
Reigeluth dan Meril (1979)
mengklasifikasikan strategi pengelolaan motivasional menjadi tiga, yaitu[19]
·
Penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran, yaitu berkaitan dengan kapan dan berapa kali
suatu strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi pembelajaran di
gunakan dalam suatu pembelajaran
·
Pembuatan
catatan kemajuan belajar yaitu, berkaitan dengan kapan dan berapa kali
penilaian hasil belajar dilakukan serta bagaimana prosedur penilaiannya
·
Pengelolaan
motivasional yaitu berkaitan dengan cara-cara yang di pakai meningkatkan
motivasi belajar siswa
Tiap peserta didik memiliki kemampuan indera
yang tidak sama, baik pendengaran maupun pengelihatannya, demikian juga
kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca dan sebaliknya. Dengan
variasi penggunaan media , kelemahan indera yang di miliki tiap peserta didik
dapat di kurangi . untuk menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai
dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan
dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu maka di harapkan
dapat memberi stimulus terhadap indera peserta didik.
D. Konsep
Motivasi
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada
metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang di anggap
penting oleh guru bagi murid. Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan
pelajaran yang
di berikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat
kesanggupan/ perkembangan
serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang
diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak
adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan
tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka
pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil
atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru. Tokoh pendidikan yang
memulai pandangan baru ini, antara lain : Dr. Ovide Dicroly, yang terkenal
dengan pengajaran berdasarkan “pusat minat”
anak makan, pakaian, permainan/ bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr.
John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran proyeknya” , yang berdasarkan pada
masalah yang menarik minat siswa, sistem persekolahan lainnya. Sehingga sejak
itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh
motif-motif tertentu dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan
pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat di paksa untuk mengikuti sesuatu
perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu
sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat di giring ke sungai tetapi tak dapat
dipaksa untuk minum. Demikian juga halnya dengan murid, guru dapat memaksakan
bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat
memaksakannya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas
guru yang paling berat, yakni bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar
dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinu[20].
Adapun unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu[21]:
- Cita-cita
atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak
pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan
makanan lezat, berebut permaianan, dapat membaca, menyanyi dan lain-lain. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari
menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh
perkembanangan akal, moral,kemauan,bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya
cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
- Kemampuan siswa
Keinginan seorang siswa
anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan
membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi
huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf
“r” misaalnya, dapat diatasi dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar.
Latihan berulang kali menyebabakan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r” dengan didukung kemampuan mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan
huruf-huruf yang lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi.
2. Kondisi
siswa
Kondisi siswa yang meliputi
kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. seorang siswa yang
sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
sebaliknya, seseorang yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan
perhatian.
3. Kondisi
lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat
berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaualan sebaya dan kehidupan
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat mak siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal kumuh, ancaman rekan yang
nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. sebaliknya,
kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi
belajar.
4. Unsur
–unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Lingkungan siswa yang
berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berup surat kabar, majalah, radio,
televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebu tmendinamiskan
motivasi belajar. pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus
bagi pembelajaran.
5. Upaya
guru dalam membelajarkan siswa
Upaya pembelajaran guru
disekolah tidak terlepas dari kegiatan
luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarg,
lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah
pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profesional
dituntut untuk menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan
tersebut. Upaya pendidikan belajar “tertib merupakan kerja sama sekolah dan
luar sekolah.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni[22] : Pertama Komponen dalam (inner component) Yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Kedua Komponen luar (outer component) Yaitu apa yang di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi kesimpulannya, komponen dalam ialah kebutuhan- kebutuhan yang ingin di puaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni[22] : Pertama Komponen dalam (inner component) Yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Kedua Komponen luar (outer component) Yaitu apa yang di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi kesimpulannya, komponen dalam ialah kebutuhan- kebutuhan yang ingin di puaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
E. Prinsip,
Jenis dan Nilai Motivasi
v
Prinsip-prinsip
Motivasi
Menurut
Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut[23]:
a)
Pujian
lebih efektif daripada hukuman. Hukuman
bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, kemudian pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi
belajar murid.
b) Semua
murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu
yang harus mendapat kepuasan. kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam
berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya
secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar yang hanya memerlukan sedikit
bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih
efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena
kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
diri murid sendiri.
d) Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai
dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reiforcement). Apabila suatu perbuatan belajar memcapai tujuan
maka terhadap perbuatan itu perlu diulang kembali setelah beberapa menit
kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu lebih perlu dilakukan
dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan
merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak
dicapainya maka perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongannya.
Dalam
kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar.
v Ada beberapa jenis motivasi , yaitu :
1.
Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik
-
Motivasi
intrinsik
Jenis
motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan
orang lain. Motivasi ini sering disebut (motivasi murni), atau motivasi yang
sebenarnya, dari dalam diri siswa, misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan sebagainya.
-
Motivasi
ekstrinsik
Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakuakan
sesuatu atau belajar[24].
2.
Motivasi
di lihat dari dasar pembentukannya
-
Motif-motif
bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang
dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contoh: dorongan
untuk makan, minum, bekerja, seksual.
-
Motif-motif
yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk
mengejar sesuatu didalam masyarakat.
3.
Menurut
pembagain dari Woodworth dan Marqis
-
Motif
atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk makan minum,
bernafas, berbuat, beristirahat.
-
Motif-motif
darurat, jenis motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar. Yang termasuk
dalam jenis motif ini antara lain: doromgan untuk menyelamatkan diri, dorongan
untuk membalas, untuk berusaha.
-
4.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmani seperti
misalnya: refleks,insting
otomatis,nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan[25].
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran
yang di berikan, bukanlah masalah bagi guru karena di dalam di siswa terdapat
ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa
yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru.
Rasa ingin tahunya lebuh banyak terhadap materi pelajaran yang di berikan.
Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar
memecahkan perhatiannya .
Lain
halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini
tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga dia mau
melakukan belajar.
v Nilai Motivasi dalam Pengajaran
Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut[26]:
·
Motivasi
menentukan tingakat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar
tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
·
Pengajaran
yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajaran yang demikian
sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
·
Pengajaran
yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan
dan memilihara motivasi belajar siswa.
·
Berhasil
atau gagalnya dalam membangkitakan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran
erat kaitannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini
mengakibatkan timbulnya masalah disiplin
di dalam kelas.
·
Asas
motivasi menjadi salah satu yang integral dari pada asas-asas mengajar.
Penggunakan motivasi dalam mengajar buku
saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat
esensial dalam proses belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseeorang yang di tandai dengan munculnya feeling
dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Atau Motivasi merupakan
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
2.
Fungsi
Motivasi
a.
Mendorong
manusia berbuat
b.
Menentukan
arah perubahan
c.
Menyeleksi
perbuatan
3.
Strategi
Menumbuhkan Motivasi, diantaranya:
a.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik
b.
Hadiah
c.
Saingan/
kompetisi
d.
Pujian
e.
Hukuman
f.
Membangkitkan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar
g.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
h.
Membantu
kesulitan belajar peserta didik Memberikan umpan balik kepada peserta didik
atas hasil pekerjaanya
i.
Menggunakan
metode yang bervariasi
j.
Menggunakan
media yang baik dan sesuai dengan tujuan
k.
Memberikan
umpan balik kepada peserta didik atas hasil pekerjaanya, dll.
B. Saran
Sebagai guru
yang profesional sebaiknya dalam proses pembelajaran harus memperhatikan metode
dan strategi dalam menumbuhkan motivasi siswa/siswi dalam proses pembelajaran
sehingga proses pembelajaran bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, M.
Sobry. Strategi Belajar
Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Refika Aditama. Bandung. 2014.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 2004.
Sutikno, M. Sobry. Belajar dan Pembelajaran. Holistica. Lombok. 2015.
Sanjaya ,
Wina. strategi
pembelajaran. Jakarta: Kencana.
2006
Wena, Made. strategi pembelajaran
inovatif kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2014
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar .
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010
Wassid, Iskandar dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Prosdakarya.
2013
Rusman.
Model- Model Pembelajaran. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada. 2012
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006
Sardiman, Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2014
[4] Pupuh Fathurrohman dan Sobry sutikno. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. Hal 19
[10] Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
[11] Nasution.2010.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar . Jakarta:PT Bumi Aksara HAL 181
[12] Iskandar Wassid
dan Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Prosdakarya Hal 136-137
[24] Sobry Sutikno. 2015. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil.
Lombok: Holistica. Hal 70-71
No comments:
Post a Comment