Wednesday 14 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN STRATERI MENUMBUHKAN MOTIVASI SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat di katakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga di harapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat di perlukan di dalam kegiatan belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar[1]. Motivasi merupakan kekuatan dahsyat yang dapat menuntun anda menggapai sukses. Orang yang tidak memiliki motivasi belajar dalam dirinya, maka hadirnya guru profesional (sebagai motivator dari luar) sangat diperlukan[2].
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi,yaitu motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga mau melakukan belajar[3].
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Agar motivasi belajar tesebut dimiliki oleh peserta didik maka dituntut kepiawaian guru dalam menentukan strategi yang tepat dalam pembelajaran sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1.      Apa yang dimaksudkan dengan Motivasi?
2.      Apa saja fungsi-fungsi Motivasi?
3.      Bagaimana strategi menumbuhkan Motivasi?
4.      Bagaimana konsep Motivasi?
5.      Apa saja prinsip-prinsip dan nilai- nilai Motivasi dalam pengajaran?
C.  Tujuan
            Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Secara umum, untuk memenuhi tugas strateri pembelajara. penulis berharap agar makalah ini berguna untuk membantu pemahaman kita, memperluas wawasan kita baik penulis maupun teman-teman.
Secara khusus:         
1.        Mendeskripsikan pengertian Motivasi?
2.        Mendeskripsikan fungsi Motivasi?
3.        Mendeskripsikan strategi menumbuhkan Motivasi?
4.        Mendeskripsikan konsep Motivasi?
5.        Mendeskripsikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Motivasi dalam pengajaran?



                                                                    BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Motivasi
   1.      Secara Etimologi (Bahasa)
Motivasi berpangkal dari kata “ motif”  yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat di artikan sebagai kondisi intern (kesiap siagaan)[4]. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif  pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
   2.      Adapun menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut :
a)       menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseeorang yang di tandai dengan munculnya  feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan[5]. Dari pengertian yang di kemukakan oleh Mc Donald  ini mengandung tiga elemen penting, yaitu[6] :
Ø  Motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Ø  Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
Ø  Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
b)      Menurut Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, mutivasi muncul dari diri seseorang[7].
c)      Menurut Keller (1983) mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang di buat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukan tingkat usaha yang dilakukannnya.[8]
d)     Menurut Martin dan Briggs (1996), motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku..
e)      Menurut Good dan Brokhi (1991) mendifinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak,pengarah, dan memperkuat tingkah laku.
f)       Menurut Gagne (1985) medifinisikan motivasi sebagai sesuatu pengarah dan memperkuat intensitas suatu tingkah laku[9].
g)      Menurut Stoner (1992 :440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor penyebab yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang[10].
h)      Menurut Hewitt (1968) mengemukakan bahwa “attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan mutivasi yakni yang bersipat sosial artinya anak itu suka bekerja sama dengan anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapakan penghargaan dari teman-temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya dikalangan kawan sekelasnya selanjutnya anak itu memperoleh mutivasi untuk menguasai pelajaran (mastery), termasuk penguasaan keterampilan intelektual [11] .
Motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Tanpa ada motivasi, proses belajar akan kurang berhasil.meskipun seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, ia akan kurang berhasil dalam belajarnya jika mutivasinya lemah.disekolah,mutivasi belajar peserta didik dapat di amati dari beberapa indikator. Pertama,ketekunan dalam belajar.peserta didik yang tekun dan meluangkan waktu yang lama untuk belajar menandakan bahwa ia mempunyai mutivasi yang tinggi dan begitu pula sebaliknya. kedua,keseringan belajar. Peserta didik yang sering belajar dan terus menerus menandakan mutivasi nya kuat. Ketiga, komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah peserta didik yang mutivasinya kuat akan selalu mengerjakan apapun yang diberikan kepadanya. Keempat prekuensi kehadirannya disekolah.peserta didik yang karna mutivasinya besar akan tetap datang kesekolah meskipun agak sakit. Di pihak lain, ada peserta didik yang mutivasinya kurang,ia bolos dari sekolah hanya karna pensilnya hilang,bajunya kotor atau kepelanya agak pusing. Beberapa indikator tersebut menunjukkan keberagaman mutivasi peserta didik yang dapat ditemukan disemua jenjang pendidikan.indikator-indikator itu seringklai menjadi rujukan pengajar dalam mengambil langkah-langkah tertentu atau bahkan dalam menentukan penilaian[12].

B.  Fungsi Motivasi
Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi :
1)      Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.
2)      Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus di kerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan yang harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa motivassi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang pentimg untuk mengusahakan terlaksananya fungsi- fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa[13]. Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunujukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intesitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian presstasi belajarnya.
v  Analisis dan Tinjauan terhadap Motivasi.
 Antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau kelakuan, tujuan dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tadi terarah kepada pencapaian tujuantertentu pula. Apabila tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas. Kelakuan yang telah memberikan kepuasan terhadap sesuatu kebutuhan akan cenderung untuk diulang  kembali, sehingga ia akan menjadi lebih kuat dan lebih mantap[14]
C.    Strategi Menumbuhkan Motivasi
Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya.
Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa , yakni[15] :
a.     Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Oleh sebab itu sebelum peroses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

b.     Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang beprestasi.
c.       Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses belajar siswa. melalui persaingan siswa di mungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. oleh sebab itu,guru harus mendisain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar individu.namu demikian diakui persaingan tidak selama menguntungkan,terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing.
d.      Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, justru ada anak yang merasa tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan dapat di lakukan dengan isyarat,misalnya senyuman dan anggukan yang wajar,atau mungkin dengan tatapan mata yang memungkinkan.
e.       Hukuman
Hukuman di berikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan denga harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman sebagai reinfercement yang negatif  tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
f.       Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
siswa akan terdorong untuk belajar mana kala mereka memiliki minat untuk belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa.diantaranya yaitu[16]:
-          Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. dengan demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajran dengan kebutuhan siswa.
-          Sesuakan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa materi pelajaran yang terlalu suli tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksessan dalam belajar. Untuk membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal pada peserta didik.
g.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
h.      Membantu kesulitan belajar peserta  didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok).
Guru harus berusaha untuk terus-menerus membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. dalam hal ini guru harus bisa berperan layaknya dokter yang siap mendeteksi dan berusaha menyembuhkan.
i.        Menggunakan metode yang bervariasi
Variasi dalam proses pembelajaran merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan pembelajaran. Guru yang mampu menghadirkan proses pembelajaran yang berfariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi. Variasi yang bisa di lakukan oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain adalah variasi metode. Guru sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode akan tetapi gunakanlah lebih dari satu metode. Contoh: untuk menjelaskan topik sholat, guru bisa menerapkan metode ceramah.
j.        Gunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala, diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
k.      Memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil pekerjaanya.
caranaya antara lain dengan memeriksa hasil pekerjaan rumah dan diberi nilai (lebih baik disertai dengan komentar yang dapat membangkitkan motivasi,mengembalikan lembaran hasil ulangan, dan menilai serta memberikan komentar terhadap tugas-tugas lain, misalnya hasil pekerjaan tangan menggambar dan lain-lain )[17].
l.        Humor atau dengan cerita- cerita
Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipkan dengan humor dan atau cerita-cerita lucu.
m.    Memvariasikan gaya dalam pembelajaran siswa
Guru sebaiknya melakukan variasi gaya didalam membelajarkan. Jika variasi gaya guru dalam membelajarkan dilakukan dengan baik, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar. termasuk variasi gaya guru dalam membelajarkan, diantaranya adalah: (1) variasi suara (termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi lemah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu); (2) variasi gerakan anggota badan dan mimik (seperti ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan badan); (3) pidah posisi (berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi guru hendaklah karena maksud-maksud tertentu dan dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan)[18].
Reigeluth dan Meril (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan motivasional menjadi tiga, yaitu[19]
·         Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, yaitu berkaitan dengan kapan dan berapa kali suatu strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi pembelajaran di gunakan dalam suatu pembelajaran
·         Pembuatan catatan kemajuan belajar yaitu, berkaitan dengan kapan dan berapa kali penilaian hasil belajar dilakukan serta bagaimana prosedur penilaiannya
·         Pengelolaan motivasional yaitu berkaitan dengan cara-cara yang di pakai meningkatkan motivasi belajar siswa
   Tiap peserta didik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun pengelihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media , kelemahan indera yang di miliki tiap peserta didik dapat di kurangi . untuk menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu maka di harapkan dapat memberi stimulus terhadap indera peserta didik.
D.    Konsep Motivasi
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang di anggap penting oleh guru bagi murid. Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang di berikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat kesanggupan/ perkembangan serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik  justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru. Tokoh pendidikan yang memulai pandangan baru ini, antara lain : Dr. Ovide Dicroly, yang terkenal dengan pengajaran berdasarkan “pusat minat”  anak makan, pakaian, permainan/ bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran proyeknya” , yang berdasarkan pada masalah yang menarik minat siswa, sistem persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat di paksa untuk mengikuti sesuatu perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat di giring ke sungai tetapi tak dapat dipaksa untuk minum. Demikian juga halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksakannya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas guru yang paling berat, yakni bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinu[20].
Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu[21]:
-        Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan lezat, berebut permaianan, dapat membaca, menyanyi dan lain-lain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembanangan akal, moral,kemauan,bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

  1.               Kemampuan siswa
Keinginan seorang siswa anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf  “r” misaalnya, dapat diatasi dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar. Latihan berulang kali menyebabakan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r” dengan didukung kemampuan mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi.
        2. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. sebaliknya, seseorang yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.
              3. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaualan sebaya dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat mak siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar.
             4. Unsur –unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berup surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebu tmendinamiskan motivasi belajar. pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran.
             5. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya pembelajaran guru disekolah tidak  terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarg, lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profesional dituntut untuk menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya pendidikan belajar “tertib merupakan kerja sama sekolah dan luar sekolah.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni[22] : Pertama Komponen dalam (inner component) Yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Kedua Komponen luar (outer component) Yaitu apa yang di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi kesimpulannya, komponen dalam ialah kebutuhan- kebutuhan yang ingin di puaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
E.     Prinsip, Jenis dan Nilai Motivasi
v  Prinsip-prinsip Motivasi
Menurut Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai    berikut[23]:
a)   Pujian lebih efektif  daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, kemudian pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar murid.
b)    Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar yang hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c)   Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d)  Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reiforcement). Apabila suatu perbuatan belajar memcapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu lebih perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e)    Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongannya.
Dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
v  Ada beberapa jenis motivasi , yaitu :
1.      Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
-          Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain. Motivasi ini sering disebut (motivasi murni), atau motivasi yang sebenarnya, dari dalam diri siswa, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan sebagainya.
-          Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,  apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakuakan sesuatu atau belajar[24].
2.      Motivasi di lihat dari dasar pembentukannya
-          Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contoh: dorongan untuk makan, minum, bekerja, seksual.
-          Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar sesuatu didalam masyarakat.
3.      Menurut pembagain dari Woodworth dan Marqis
-          Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk makan minum, bernafas, berbuat, beristirahat.
-          Motif-motif darurat, jenis motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: doromgan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha.
-           
4.      Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya: refleks,insting  otomatis,nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan[25].
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang di berikan, bukanlah masalah bagi guru karena di dalam di siswa terdapat ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebuh banyak terhadap materi pelajaran yang di berikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya .
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga dia mau melakukan belajar.
  v  Nilai Motivasi dalam Pengajaran
     Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut[26]:
·         Motivasi menentukan tingakat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
·         Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
·         Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memilihara motivasi belajar siswa.
·         Berhasil atau gagalnya dalam membangkitakan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin  di dalam kelas.
·         Asas motivasi menjadi salah satu yang integral dari pada asas-asas mengajar. Penggunakan motivasi dalam mengajar  buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar.

BAB III
PENUTUP
   A.    Kesimpulan
   1.      Pengertian Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseeorang yang di tandai dengan munculnya  feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Atau Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
   2.      Fungsi Motivasi
a.    Mendorong manusia berbuat
b.    Menentukan arah perubahan
c.    Menyeleksi perbuatan
   3.      Strategi Menumbuhkan Motivasi, diantaranya:
a.    Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
b.    Hadiah
c.    Saingan/ kompetisi
d.   Pujian
e.    Hukuman
f.     Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
g.    Membentuk kebiasaan belajar yang baik
h.    Membantu kesulitan belajar peserta didik Memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil pekerjaanya
i.      Menggunakan metode yang bervariasi
j.      Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
k.    Memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil pekerjaanya, dll.
   B.     Saran
     Sebagai guru yang profesional sebaiknya dalam proses pembelajaran harus memperhatikan metode dan strategi dalam menumbuhkan motivasi siswa/siswi dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran bisa maksimal.
                                                DAFTAR PUSTAKA

Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Refika Aditama. Bandung. 2014.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 2004.
Sutikno, M. Sobry. Belajar dan Pembelajaran. Holistica. Lombok. 2015.
 Sanjaya , Wina. strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2006
WenaMade. strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: PT Bumi  Aksara. 2014
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar . Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010   
Wassid,  Iskandar dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Prosdakarya. 2013
Rusman. Model- Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2014




[1] Sobry Sutikno. Hal 69-70
[2] Sobry Sutikno. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica. Hal 69
[3] Pupuh Fathurrohman. Hal 20
[4] Pupuh Fathurrohman dan Sobry sutikno. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.              Hal 19
[5] Ibid. Hal 19
[6]  Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Blajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers  Hal 74
[7] Wina Sanjaya.2006. strategi pembelajaran.Jakarta: Kencana hal 29
[8]  Made wena.  2014.  strategi pembelajaran inovatif kontemporer.jakarta: PT Bumi Aksara Hal 33
[9] Ibid. H.32
[10] Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
[11] Nasution.2010.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar . Jakarta:PT Bumi Aksara  HAL 181
[12] Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Prosdakarya Hal  136-137
[13] Sobry Sutikno. Hal 20-21
[14] Oemar hamalik. Hal. 159
[15] Sobry Sutikno.  Hal. 20-21
[16]  Wina Sanjaya. Hal 29-30
[17]  Iskandar wassid dan dadang sunendar. Hal 138
[18] Sobri Sutikno. Belajar dan Pembelajaran Hal 73
[19] Made Dewa.  hal 35                                                            
[20]  Oemar hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara Hal. 157-158
[21] Dimyati dan mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Hal 97-100
[22] Oemar Hamalik. Hal. 159
[23] Oemar hamalik. Hal 163-164
[24] Sobry Sutikno. 2015.  Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil.  Lombok: Holistica. Hal 70-71
[25] Sardiman Hal 86-88
[26] Hal. 161-162

No comments:

Post a Comment

Entri Populer