Wednesday 14 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN STRATEGI MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

   A.     LATAR BELAKANG
Bidang afektif bukanlah istilah pengajaran, namun pendidikan. Namun oleh karena strategi pembelajaran yang dibicarakan dalam naskah ini diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif  tetapi juga dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa sebagai subyek belajar, maka selanjutnya menggunakan istilahstrategi pembelajaran afektif, walaupun dalam bahasan selanjutnya kedua istilah itu akan digunakan secara bergantian.
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus-menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukukan, apalagi menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah. Kita tak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

  B.     RUMUSAN MASALAH
   1.      Apa Pengerian Komunikasi Afektif ?
   2.      Apa Saja Unsur-Unsur Komunikasi ?
   3.      Bagaimana Komunikasi dalam Proses Pembelajaran ?
   4.      Bagaimana Komunikasi yang Efektif dalam Proses Pembelajaran ?
   5.      Bagaimana Strategi Membangun Komunikasi Afektif dalam Proses Pembelajaran ?
   6.      Apa Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif ?
   7.      Apa Tujuan dan Fungsi Komunikasi ?


   C.     TUJUAN PENULISAN

  1.      Untuk Mengetahui Arti Komunikasi Afektif.
  2.      Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Komunikasi.
  3.      Mendeskripsikan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran.
  4.      Mendeskripsikan Komunikasi Efektif dalam Proses Pembelajaran.
  5.      Mendeskripsikan Strategi Membangun Komunikasi Afektif dalam Proses Pembelajaran.
  6.      Mendeskripsikan Kesulitan dalam Proses Pembelajaran Afektif.
  7.      Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
                     
   A.    ARTI KOMUNIKASI AFEKTIF
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantaranya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, yang disebut bahasa verbal. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, memggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal atau bahasa isyarat.
Adapun istilah efektif adalah mencapai sasaran sesuai yang diinginkan. Dengan demikian, komunikasi efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikasi sesuai dengan yang dikirim oleh komunikator, kemudian komunikan memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan seseorang dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau keterampilan menggunakan sebagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.[1]
Strategi pembelajaran afektif berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Efektif berhubungan dengan nilai (valuen), yang sulit diukir, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang efeksi dapat muncul dalam behaviora, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru disekolah. Kita tak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagian akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.[2]
   B.     UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Di dalam komukasi, termasuk komunikasi dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai unsure, yaitu :
  1.      Unsure pertama dan paling utama adalah adanya seorang komunikator (pembawa pesan) yang mempunyai sejumlah kebutuhan berupa ide-ide, sasaran-sasaran, atau gagasan yang dapat membantu berbagai pemecahan masalah;
  2.      Kedua, kominikan (penerima pesan) disebut juga reseptor, yaitu orang yang menerima berita atau lambang-lambang pesan;
  3.      Ketiga, adanya tujuan yang hendak dicapai;
  4.      Keempat, adanya sesuatu gagasan atau pesan yang perlu disampaikan.
  5.      Kelima, tersedia saluran yang dapat menghubungkan sumber informasi dengan penerima informasi, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara komunikator dengan komunikan;
  6.      Keenam, adanya umpan balik hasil komunikasi atau respon dari penerima pesan;
  7.      Ketuju, adanya noise: gangguan yang tak terencana terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.[3]
                                
   C.    KOMUNIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Setiap hari jutaan anak dan ribuan orang dewasa berkomunikasi anatar hubungan anatara siswa dengan guru. Namun, tidak diketahui apakah komunikasi yang mereka lakukan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam proses pembelajaran sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini karena lemahnya system konikasi. Untuk itu, guru perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam proses pembelajaran yang penulis maksudkan disini adalah hubungan atau interaksi antar guru dengan siswa yang berlangsung pada saat proses pembelajaran, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antar guru dengan siswa dalam pelaksaan proses pembelajaran.
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antar guru dengan siswa menurut Nana Sudjana, (1989), yaitu :
   1.      Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah ini merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja, yaitu hanya dari pihak komunikator dengan tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberikan respon atau tanggapan. Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramahan pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.
   2.      Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua pihak dan ada timbale balik baik dari komunikator maupun komunikan. Komunikasi dua arah ini dapat terjadi secara vertical, horizontal dan diagonal. Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dengan siswa secara individual. Antara siswa dan siswa tidak ada hubungan. Siswa tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik dari apa yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relative sama.
   3.      Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai interaksi
Yaitu komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antar guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antar siswa yang satu dengan siswa yang lain.proses pembelajaran dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menimbulkan siswa belajar aktif. Diskusi, simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini. Kegiatan semacam ini mengarah kepada proses pembelajaran yang mengarahkan pada pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.
Dari kegiatan pola komunikasi tersebut, untuk mewujudkan pembelajaran efektif dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi pola ketiga yaitu komunikasi sebagai intransaksi atau komunikasi banyak arah. Komunikasi sebagai intransaksi akan menempatkan guru pada posisi sebagai pemimpin belajar atau pembimbing belajar atau pasilitator belajar. Sebaliknya siswa disamping sebagai objek dapat pula berperan sebagai subjek.[4]
                                                  
  D.    KOMUNIKASI EFEKTIF dalam PROSES PEMBELAJARAN
Komunikasi dikatatkan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai engan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif.
1.      Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2.      Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
3.      Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4.      Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
5.      Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata karma dan etika, artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi karena para peserta didik juga terlahir dari budaya yang berbeda, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi[5]

  E. STRATEGI MEMBANGUN KOMUNIKASI AFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Seorang guru butuh komunikasi yang tepat untuk membuat siswa merasa gampang menyerap materi pelajaran yang disampaikan.seorang ekskutif disebuah perusahaan butuh komunikasi yang sistematis untuk memperlancar pencapaian untuk perusahaan. Singket kata, dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam proses pembelajaran, baik disekolah maupun di perguruan tinggi, komunikasi selalu jadi kunci utama.
Berkaitan dengan ini, ada beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan atau untuk membangun komunikasi efektif dalam proses pembelajaran, berikut ini :
1.      Ketahui tujuan.
Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi. Kejelasan tujuan dalam berkomunikasi harus diketahui sebelum kita berkomunikasi.
2.      Ketahui mitra bicara.
Kita harus sadar dengan siapa kita akan bicara. Salah satu caranya adalah berbicara sesui tingkat usia. Mengkomunikasikan materi pelajaran dengan siswa TK tentu beda dengan kita menghadapi siswa SMU.
3.      Respek.
Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari sipenerima pesan. Guru akan sukses berkomunikasi dengan siswa bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka siswa pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.[6]
4.      Empati.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Guru yang baik tidak akan menuntut siswanya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami siswanya terlabih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Disini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada peserta didiknya.
5.      Audible.
Audible berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh sipenerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk kedalam komunikasi yang audible.
6.      Jelas maknanaya.
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan siswa, guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Upayakan untuk menghargai kata-kata yang memiliki arti ganda atau multi penafsiran. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai yang mereka pahami (melihat tingkatan usia)
7.      Rendah hati.
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri. Sikap rendah hati memberi kemungkinan pada terciptanya kehidupan yang penuh energy. Kesombongan, merasa paling hebat, dan merasa paling unggul hanya akan membuat manusia kalah dalam segala hal.[7]

   F.     KESULITAN DALAM PEMBELAJARAN AFEKTIF
Di samping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Namun demikian, dalam proses pendidikan disekolah proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukukan akhlak memiliki beberapa kesulitan.

Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran disekolah ditentukan oleh criteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif). Akibatnya, upaya yang dilakukan setiap guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku, oleh karena kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk evaluasi yang dilakukan baik evaluasi tingkat sekolah, tingkat wilayah, maupun evaluasi nasional diarahkan kepada kemampuan anak menguasai materi pelajaran. Pendidikan agama atau pendidikan kewarganegaraan misalnya yang semestinya diarahkan untuk pembentukan sikap dan moral, oleh karena keberhasilannya diukur dari kemampuan intelektual, maka evaluasinyapun lebih banyak mengukur kemampuan penguasaan materi pelajaran dalam bentuk kognitif.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat memengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh factor guru, akan tetapi juga factor-faktor lain terutama factor lingkungan. Artinya, walaupun disekolah guru berusaha memberikan contoh ysng baik, akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan anak baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan. Misalnya, ketika anak diajarkan tentang keharusan bersikap jujur dan disiplin, maka sikap tersebut akan sulit diinternalisasi manakala dilingkungan luar sekolah anak banyak melihat perilaku-perilaku ketidak jujuran dan ketidakdisiplinan. Walaupun guru disekolah begitu keras menekankan pentingnya sikap tertib berlalu lintas, maka sikap tersebut akan sulit diadopsi oleh anak maanakala ia melihat begitu banyak orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Demikian juga, walaupun disekolah guru-guru menekankan perlunya bagi anak untuk berkata sopan dan halus disertai contoh perilaku guru, akan tetapi sikap itu akan sulit diterima oleh anak manakala di luar sekolah begitu banyak manusia yang berkata kasar dan tidak sopan. Pembentukan sikap memang memerlukan upaya semua pihak, baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap baru dapat dilihat pada rentang waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses yang lama. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa seseorang telah memiliki sikap jujur hanya melihat suatu kejadian tertentu. Selain sikap jujur perlu diuraikan pada indicator-indikator yang mungkin sangat banyak, juga menilai sikap jujur perlu dilaksanakan secara terus-menerus hingga mengkristal dalam segala tindakan dan perbuatan.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita pungkiri, program-program televise, misalnya yang banyak menayangkan program acara produksi luar yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, kebutuhan pendidikan yang berbeda, dan banyak ditonton oleh anak-anak, sangat berpengaruh pada pembentukan sikap dan mental anak. Secara perlahan tapi pasti budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya local merembes dalam setiap relung kehidupan, menggeser nilai-nilai local sebagai nilai lihur yang mestinya ditumbuhkembangkan, sehingga pada akhirnya membentuk karakter baru yang mungkin tidak sesui dengan nilai dan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, secara perlahan tapi pasti telah terjadi perubahan pandangan anak remaja kita terhadap nilai gotong-royong, nilai-nilai seks, dan lain sebagainya.[8]
                              
   G.    TUJUAN dan FUNGSI KOMUNIKASI
Menurut Rian Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robeert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu sitem social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan sesorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya ( Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
                        Pada umumnya tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
1.      Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
2.      Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3.      Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
4.      Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (widjaja,200:66-67).[9]
5.      Agar yang ingin kita sampaikan dapat dimengerti oleh orang lain.
6.      Agar mengetahui dan faham terhadap keinginan orang lain.
7.      Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain.
8.      Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.[10]

Ø  Fungsi Komunikasi
Dalam manfaat dan dampak yan ditimbulkan komunikasi memiliki fungsi-fungsi yang sangat berperan dalamkehidupan masyarakat. Secara umum, fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai kendali : fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti bahwa komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku orang lain atau anggota dalam beberapa cara yang harus dipatuhi.
2.      Sebagai motivasi : komunikasi memberikan perkembangan dalam memotivasi dengan memberikan penjelasan dalam hal-hal dalam kehidupan kita.
3.      Sebagai pengungkapan emosioanal : komunikasi memiliki peranan dalam mengugnkapkan peranan-peranan kepada orang lain, baik itu senang, gembira, kecewa, tidak suka, dan lain-lain.
4.      Sebagai informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan dari setiap individu dan kelompok dalam mengambil keputusan degnan meneruskan data guna megnenali dan menilai pemilihan alternatif.



BAB III
PENUTUP

   A.    KESIMPULAN
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif adalah salin bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yan hasilnya sesui dengan harapan.
Adapun istilah efektif yaitu mencapai sasaran sesui yang diinginkan, maksudnya yaitu komunikasi efektif  dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan sesui dengan yang dikirim oleh komunikator, kemudian kemunikan memberikan respon yang positif sesui dengan yang diharapkan.
Ada tiga komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru  dengan siswa menurut Nana Sudjana, (1989), yaitu, pertama, komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Kedua, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Ketiga,  komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.
 Adapun strategi membangun komunikasi efektif dalam proses pembelajaran yaitu, yang pertama, ketahui tujuan, tujuan sesorang berkomunikasi sangat penting untuk menyampaikan informasi. Kedua, dengan mengetahui mkita bicara, seorang harus sadar dengan siapa dia berbicara. Ketiga, Respek, seorang guru akan sukses berkomunikasi dengan siswa bila ia melakukannya dengan penuh respek. Keempat, Empati, sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Kelima, Audibel, artinya dapat didengarkan, raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk kedalam komunikasi yang audible. Keenam, Jelas Maknanya, ketika berkomunikasi dengan siswa, guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa diterima dan dimengerti oleh siswanya. Ketujuh, Rendah Hati, tidak sombong, tidak merasa dirinya paling hebat.

DAFTAR PUSTAKA

Sobry Sutikno,M  2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Sanjaya,Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Bahri Djamarah, Syaiful.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Majid,Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.






[1] Dr.Sobry Sutikno.Belajar dan Pembelajaran.Lombok.Holistika.2013.Hl:61-62
[2] Prof.Dr.H.Aina Sanjaya,M.Pd.Strategi Pembelajaran.Jakarta.kencana Prenadmedia Group.2006.Hal:274
[3] Dr.M.Sobri Sutikno.Belajar dan Pembelajaran.Lombok.Holistica.Hal:62-63
[4] M.Sobry Sutikno.Belajar dan Pembelajaran.Lombok.Holistica.2013.Hal63-64
[5] Abdul Majid.Strategi Pembelajaran.Bandung.Remaja Rosdakarya.2013
[6] M.Sobry Sutikno.Belajar dan Pembelajaran.Lombok.Holistica.2013.Hal:65
[7] Prof.Pupuh Fathurrohman,M.Sobry Sutikno.M.Pd.Strategi Belajar Mengajar.Bandung.PT Retika Aditama.2014.Hal:42
[8] Prof.Dr.H.Wina Sanjaya.M.Pd.Strategi Pembelajaran.Jakarta.Kencana Prenadamedia Group.2006.Hal:286-288
[9] Amirlah Jein.Tujuan Komunikasi
[10] Dr.M.Sobry Sutikno.Belajar dan Pembelajaran.Lombok.Holistica.2013.Hal:62

No comments:

Post a Comment

Entri Populer