Wednesday 14 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MERUMUSKAN TUJUAN DAN PEMILIHAN METODE DALAM PROSES PEMBELAJARAN


BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Sebagaimana yang dikutip dalam buku M. Sobry Sutikno yang berjudul Miskin Bukan Penghalang Untuk Sukses, tentang study yang dilakukan para wisudawan dan wisuda-wati di Universitas Yale pada tahun 1953 menunjukkan 27% tidak mempunyai tujuan sama sekali, 60% mempunyai tujuan yang samar-samar, 10% mempunyai tujuan yang jelas, dan 3%, bukan saja mempunyai tujuan yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time Limit), tetapi juga menuliskan tujuan mereka dalam bentuk Dream List dan memvisualisasikan tujuan itu dalam bentuk Dream Book.
Dua puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1973, dilakukan tracer study. Hasilnya menunjukkan kelompok 3% ternyata mencapai lebih banyak hal dalam semua aspek kehidupan mereka selama periode 20 tahun itu daripada kelompok gabungan 97%. Hasil penelitian ini merupakan bukti monumental yang menunjukka betapa penting ‘menentukan tujuan’.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka tujuan merupakan muara dan pangkal dari proses belajar mengajar. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya dan sebaliknya.
Karena sebagai pedoman dan sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru diwajibkan merumuskan tujuanpembelajaran khusus (TPK), karena tujuan pembelajaran umum (TPU) sudah tersedia di dalam GBPP. Inilah langkah pertama yang harus guru lakukan dalam menyusun rencana pengajaran. Tujuan pembelajaran khusus ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a.       Secara spesifik menyatakan perilaku yang dicapai;
b.      Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku);
c.       Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.
Mudhoffir (1990), memberikan petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran, yakni:
a.       Formulasikan dalam bentuk yang operasional;
b.      Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar;
c.       Rumuskan dalam tingkah laku siswa bukan perilaku guru;
d.      Rumuskan perilaku yang akan dicapai;
e.       Hanya mengandung satu tujuan belajar;
f.       Rumuskan dalam kondisi mana perilaku itu terjadi.
Untuk membimbing guru dalam merumuskan TPK terdapat beberapa kata operasional yang akan dipilih sesuai kebutuhan seperti:
   1.      Aspek kognitif meliputi:
a.       Pengetahuan, yakni menyebutkan, mengidentifikasi, menjodohkan, memilih, mendefinisikan;
b.      Pemahaman, yakni menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah, menyadur, mengamalkan, menyimpulkan, menarik kesimpulan;
c.       Menerapkan, yakni menghitung, menghubungkan, menghasilkan, melengkapi, menyediakan, menyesuaikan;
d.      Analisis, yakni memisahkan, menerima, menyisihkan, menghubungkan, memilih, membandingkan, mempertentangkan, membagi, membuat diagram, menunjukkan hubungan, membagi;
e.       Sintesis, yakni mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendesain, mengatur, menyusun kembali, menyimpulkan, merangsang, membuat pola;
f.       Evaluasi, yakni memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengevaluasi, membuktikan, menafsirkan, membahas, menaksir, memilih, menguraikan, membedakan, melukiskan, mendukung, menolak.
   2.      Aspek afektif meliputi:
a.       Penerimaan yakni menanyakan, memilih, menjawab, melanjutkan, member, menyatakan, menempatkan;
b.      Partisipasi yakni melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut, menolong, mendatangi, melaporkan, menyumbangkan, menyesuaikan diri, menyatakan persetujuan, mempraktekkan;
c.       Penilaian yakni menunjukkan, melaksanakan, menyatakan pendapat, memilih membela, membenarkan, menolak, mengajak;
d.      Organisasi yakni merumuskan, berpegang pada, mengintegrasikan, menghibungkan, mengaitkan, menyusun, mengubah, melengkapi, menyempurnakan, menyesuaikan, menyamakan, mempertahankan, memodifikasi;
e.       Pembentukan pola hidup yakni bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempraktekkan, melayani, mengundurkan diri, membuktikan, mempertimbangkan, mempersoalkan.
   3.      Aspek psikomotorik meliputi:
a.       Persepsi: memilih, membedakan, mempersiapkan, menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasi, menghubungkan;
b.      Kesiapan: memulai, bereaksi, memprakarsai, menanggapi, mempertunjukkan;
c.       Gerakan terbimbing: mempraktekkan, memainkan, mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, memasang, membongkar;
d.      Gerakan terbiasa: mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan, mengajarkan, menyusun, menggunakan.
Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil belajar atau perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses belajar mengajar bervariasi pula. Perilaku mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan TPK yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan. Bila perilaku guru yang hendak capai adalah agar anak dapat membaca, maka perumusan TPK-nya harus mendukung tercapainya keterampilan membaca yang diinginkan. Apabila perilaku guru yang henda dicapai agar anak dapat menulis, maka perumusan TPK-nya harus mendukung tercapainya keterampilan menulis yang diinginkan. Baik keterampilan membaca maupun menulis adalah perilaku (behavior) yang hendak dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar. Tentu saja keberhasilan.

Perlu diingat bahwa dalam penyusunan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK), perlu mempertimbangkan hal-hal:
   a.       Kemapuan dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa;
   b.      Bagaimana cara mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus;
   c.       Apakah perlu menekankan aspek-aspek tertentu atau tidak:
   d.      Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa;
   e.       Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.[1] 
  B.     Pengertian Metode Mengajar
Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran.
Jadi, metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilah memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.[2]
Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.[3]
Menurut syaiful B. Djamarah dkk. (1995), metode memiliki kedudukan:
a.       Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM);
b.      Menyiasati perbedaan individual anak didik;
c.       Untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya faktor-faktor lain pun harus diperhatikan juga, seperti; faktor guru, faktor anak, faktor situasi (lingkungan belajar), media, danlain-lain. Oleh sebab itu, fungsi-fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut menentukan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.[4]
   C.    Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Pembicaraan berikut mencoba membahas maslah pemilihan penentuan metode dalam kegiatan belajar mengajar, dengan uraian bertolak dari nilai strategis metoode, efektifitas penggunaan metode, pentinganya pemilihan dan penentuan metode, hingga faktir-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran. 
1.      Nilai strategis metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang berniliai pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pengajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang diberikan itu akan kurang membrikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.
      Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif di karenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.
      Karena itu, guru seharusnya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.
2.      Efektifitas penggunaan metode
Ketiak anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebvagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelusuan, ketika minat anak didik semakin berkurang, dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketiaka itulah guru mempertanyakan factor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara tepat.  Karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Boleh jadi dari sekian kejadian tersebut, salah satu penyebabnya adalah metode. Karenanya, efektifitas penggunaan metode patut dipertanyakan.
      Penggunaan metoda yang tidak sesuai dengan tujuan akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan shalat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode.
      Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
3.      Pentingnya Pemilihan dan Penetuan Metode
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak unutuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik pun diwajibkan mempunyai kreatifitas dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsure manusiawi ini juga beraktifitas tidak lain karena ingin mencapai suatu tujuan yang efektif dan efesien.
      Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan pemilihan metode didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, tujuan pengajaran, agar anak didik dapat menuliskan sebagian dari ayat-ayat dalam surat Al-fatihah, maka guru tidak tepat menggunakan metode diskusi, tetapi yang tepat adalah metode latihan.
      Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemiliha dan penentuan metode tidak dilakukan dengan  penegenalan karakteristik dari amsing-masing metode pengajarn. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran yang akan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.[5]

   D.    Macam-Macam Metode Mengajar
Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini yang sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses penegelolaan belajar tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberiakan materi pembelajaran melalui ceramah sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan cara yang digunakan untuk memplementasikan strategi pembelajaran Ekspositori.[6]
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan metode ceramah
1)      Guru mudah menguasai kelas.
2)      Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3)      Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4)      Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5)      Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b.      Kelemahan metode ceramah
1)      Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2)      Uang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.
3)      Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4)      Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya.
5)      Menyebabkan siswa menjadi pasif.[7]
2.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di jawab, terutama dari guru kepada siswa, dapat pula dari siswa ke guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.[8]
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan metode tanya jawab
1)      Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekapun ketika siswa itu sedang rebut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
2)      Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya piker, termasuk daya ingat.
3)      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b.      Kekurangan metode tanya jawab
1)      Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
2)      Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
3)      Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4)      Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.[9]
3.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bessifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan secara bersama-sama.[10]
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan metode diskusi
1)      Merangsang kretivitas peserta didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam memecahkan masalah.
2)      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3)      Memperluas wawasan.
4)      Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
b.      Kekurangan metode diskusi
1)      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3)      Peserta mendapat informasi yang terbats.
4)      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
4.      Metode Simulasi
      Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara peyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan metode simulasi:
1)      Dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak.
2)      Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
3)      Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4)      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5)      Meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Kekurangan metode simulasi:
1)      Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2)      Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat  hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3)      Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
5.      Metode Kisah atau Cerita
Al-Qur’an dan Hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis-relegius yang memungkinkan peserta didik mampu meresapinya.
6.      Metode Demostrasi
Metode demostrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan metode demonstrasi
1)      Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret.
2)      Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3)      Proses pengajaran lebih menarik.
4)      Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
b.      Kekurangan metode demonstrasi
1)      Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, pelaksaan demonstrasi akan tidak aktif.
2)      Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3)      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
7.      Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal inni bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan metode karyawisata
1)      Memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2)      Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan.
3)      Dapat merangsang kreativitas siswa.
4)      Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan akurat.
b.      Kekurangan metode karyawisata
1)      Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
2)      Sangan memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
3)      Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karyawisata.
4)      Sering kali unsure rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama.
5)      Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka.
8.      Metode Tutorial
Metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit siswa dapat bertanya pada tutor.
9.      Metode Perumpamaan
Suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan mentasybih-kan sesuatu, seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak dengan sesuatu yang bisa diindera.
10.  Metode Pemahaman dan Penalaran
Dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan berpikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik atau dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dengan berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginvestarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.

11.  Metode Suri Teladan
Metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik”. Dengan adanya keteladanan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang untuk meniru atau mengikutinya.
12.  Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar individu.
13.  Metode Praktek
Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi lebih jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud.
14.  Metode Pemberian Ampunan dan Bimbingan
Metode ini dilakukan dalam rangka member kesempatan kepada anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.
15.  Metode Kerja Sama
Metode kerja sama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan menggarap berbagai program yang bersifat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
16.  Metode Tulisan
Metode mendidik dengan huruf atau simbol apapun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
17.  Metode Penugasan
Metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Metode ini merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok.
   E.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Sebagai suatu cara metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Maka itu kita perlu mengenal, memahaminya dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode. Tanpa mengindahkan hal ini, metode yang digunakan bisa-bisa tiada arti.
Bila ada para ahli mengatakan bahwa makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan itu adalah pendapat yang mengandung nilai kebenaran. Tapi, jangan didukung bila ada para ahli lain yang mengatakan bahwa semua metode adalah baik dan tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut adalah pendapat yang keliru.
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun menetapkan mengenai kelemahan-kelemahnnya. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Winarno Surakhmad (1990:97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a.       Anak Didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga halnya mengenai jenis kelamin mereka,
Tidak hanya aspek biologis tetapi aspek intelektual juga memiliki perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru. Tinggi atau rendahnya kreativitas anak didik dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolok ukur dari kecerdasan seorang anak. Kecerdasan seorang anak terlihat seiring dengan meningkatnya kematangan seorang anak. Daya piker anak bergerak dari cara berpikir konkret kea rah cara berpikir abstrak.
Dari aspek psikologis sudah diakui juga perbedaan. Di sekolah, perilaku anak didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang periang dan sebagainya.
Semua perilaku anak didik tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah anak didik sangat banyak di dalam kelas. Semakin banyak jumlah anak didik di kelas, semakin mudah terjadi konfik dan cenderung sukan dikelola.
Perbedaan individual anak didik pada aaspek biologis, intelektual dan psikologis sebagaimana disebutkan di atas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang sama sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkunngan belajar yang kreatif dalam sekon yang relative lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
b.      Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier (antara), yang paling langsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua, yaitu TIU (Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
            Perumusan tujuan intruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Begitu juga penyeleksian metode yang harus guru gunakan di kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diis kei dalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
c.       Situasi
Situasi kegiatan belajar megajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Di lain waktu, sesuai dengan sifat dan bahan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara kelompok. Anak didk dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Disana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan anak didiknya, yaitu metode problem solving. Demikianlah, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d.      Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Ketiadaan laboratoruim untuk praktik IPA, misalnya kurang mendukung penggunaan metode eksperimen atau metode demonstrasi. Demikian juga halnya ketiadaan mempunyai fasilitas olahraga, tentu sukar bagi guru menerapkan metode latihan. Justru itu, keampuhan suatu metode mengajar akan terlihat jika factor lain mendukung.
e.       Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan dan keguruan di bidang penguasaan ilmu kependidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai tenaga ahli di bidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh guru yang berlatang belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Sungguh pun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan guru maupun dia yang berlatang belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim pengalaman mengajar di kelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksaannya menemui kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode yang digunakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latang belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Sebagai penyegaran kembali dari inti kesan atau uraian tersebut dapatlah dibutiri faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar, yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas dan guru.


BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Tujuan merupakan muara dan pangkal dari proses belajar mengajar. Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran. Jadi, metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Kebaikan suatu metode terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Metode apapun yang dipilih dalam kegiatan belajar mengajar hendaklah memperhatikan beberapa prinsip yang mendasari urgensi metode dalam proses belajar mengajar, yakni: prinsip motivasi dan tujuan belajar. prinsip kematangan dan perbedaan individual, prinsip penyediaan peluang dan pengamanan praktis, integrasi pemahaman dan pengalaman, prinsip , prinsip menggembirakan. Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kisah atau cerita, metode demostrasi, metode karyawisata, metode tutorial, metode perumpamaan, metode pemahaman dan penalaran, metode suri teladan, metode peringatan dan pemberian motivasi, metode praktek, metode pemberian ampunan dan bimbingan, metode kerja sama, metode tulisan, metode penugasan.



DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Cet. 5:  Jakarta: Rineka Cipta.
Faturrahman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengaja Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.



[1] Faturrahman, Pupuh & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengaja Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Hal 51-54.
[2] Faturrahman, Pupuh & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengaja Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Hal 51-54.
[3] Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Cet. 5:  Jakarta: Rineka Cipta. Hal 75
[4] Faturrahman, Pupuh & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengaja Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Hal 55-56
[5] Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Cet. 5:  Jakarta: Rineka Cipta. Hal 75-78
[6] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal 147-148

[7] Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Cet. 5:  Jakarta: Rineka Cipta. Hal 97-98.
[8] Faturrahman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengaja Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Hal 62.
[9] Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Cet. 5:  Jakarta: Rineka Cipta. Hal 95.
[10] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal 154-155.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer