Saturday 24 February 2018

MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN (PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR)

   

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
            Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengembangan Pengalaman Belajar” ini sesuai dengan apa yang diinginkan.
            Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh dosen pengampu. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang pengembangan pengalaman belajar. Selain itu mahasiswa dapat juga mengetahui macam-macam metode dan macam-macam strategi pembelajaran dan mengeluarkan pendapatnya tentang macam-macam metode dan macam-macam strategi pembelajaran.
            Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb.



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pengalaman merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada suatu waktu. Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu (ruangan kelas) sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh masing-masing pendidik. Setiap guru memiliki strategi mengajar yang berbeda dalam setiap mata pelajaran sehingga hal ini dapat mengisi pangalaman belajar siswa. Misalnya disuatu lembaga pendidikan terdapat tiga orang guru biologi, dimana ketika akan membahas konsep respirasi ketiga guru ini sepakat untuk menggunakan starteginya masing-masing. Guru pertama menggunakan metode ceramah, guru kedua menugaskan kepada siswanya untuk membaca buku dan guru ketiga menggunakan metode demonstrasi. Dari ketiga metode tersebut masisng-masing memiliki potensi dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.
Pengalaman belajar erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan proses. Makin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial tampaknya makin bermakna pengalaman belajar siswa. Dengan melakukan sendiri, siswa akan lebih menghayati. Hal itu berbeda jika hanya dengan mendengar atau sekedar membaca. Ada ungkapan yang sering dilontarkan dalam dunia pendidikan yaitu “Pengalaman adalah guru yang paling baik” dimana melalui pengalaman yang nyata seseorang belajar. Begitupula dengan belajar sains atau biologi.
B.            Rumusan Masalah
a.       Apakah hakikat pengalaman belajar ?
b.      Apakah pertimbangan-pertimbangan menentukan pengalaman belajar ?
c.       Bagaimana tahapan pengembangan pengalaman belajar ?
d.      Bagaimana guru dalam pengembangan pengalaman belajar ?
e.       Apa saja macam-macam metode pembelajaran ?
f.       Apa saja macam-macam strategi pembelajaran ?
C.           Tujuan
a.    Untuk mengetahui hakikat pengalaman belajar
b.    Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan menentukan pengalaman belajar
c.    Untuk mengetahui tahapan pengembangan pengalaman belajar
d.   Untuk mengetahui guru dalam pengembangan pengalaman belajar
e.    Untuk mengetahui macam-macam metode pembelajaran
f.     Untuk mengetahui macam-macam strategi pembelajaran

g.       
BAB II
PEMBAHASAN
A.            PENGALAMAN BELAJAR
a.       Hakikat Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar ( learning experiences ) adalah sejumlah aktivitas siswa yang di lakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
1.         Pengalaman belajar menurut Gagne
Menurut Gagne ( 1991 ) ada delapan type pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang kompleks. Kedelapan tipe belajar itu dijelaskan sebagai berikut :
a)    Belajar signal, yakni belajar melalui isyarat atau tanda pengalaman belajar ini merupakan pengalaman belajar yang paling sederhana, yaitu belajar bagaimana setiap individu mereaksi terhadap setiap perangsang yang muncul.
b)   Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yakni pengalaman belajar yang terarah. Setiap individu merespon terhadap perangsang yang di berikan selalu diberi penguatan, misalnya dengan reward.
c)    Pengalaman belajar membentuk rangkaian, adalah belajar merangkai atau menghubungkan gejala atau factor sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang utuh dan fungsional. Belajar ini terjadi dengan munculnya stimulus lain setelah stimulus yang satu di respons. Dengan demikian, pengalaman belajar bersifat menjadi lebih kompleks.
d)   Belajar asosiasi verbal, yakni pengalaman belajar dengan kata-kata manakala ia menerima perangsang. Membahaskan sesuatu melalui kata-kata akan lebih sulit di bandingkan dengan reaksi hanya melalui tindakan, oleh karena dituntut adanya kemampuan nalar seseorang.
e)    Belajar membedakan atau diskriminasi, yakni pengalaman belajar mengenal sesuatu karena ciri-ciri yang memiliki kekhasan tertentu. Walaupun seseorang menghadapi objek yang sama tetap saja orang tersebut dapat membedakannya.
f)    Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan ciri atau atribur dari objek yang di pelajari sehingga objek tersebut di tempatkan dalam klasifikasi tertentu.
g)   Belajar aturan atau hukum adalah pengalaman belajar dengan menghubungkan konsep-konsep. Pada pengalamana belajar ini siswa di rangsang untuk menemukan sejumlah prinsip atau kaidah atau melalui pengamatan dari setiap gejala.
h)   Belajar problem solving, adalah pengalaman belajar untuk memecahkan suatu persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan. Pengalaman belajar pemecahan ini merupakan pengalaman belajar yang paling kompleks, karena memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan atau hukum yang berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan, sedangkan setiap hukum itu akan dapat dipahami manakala tersusunnya sejumlah informasi yang diperoleh.
Dari kedelapan tipe pengalaman belajar tersebut, menurut Gagnet akan mengjasilkan kemampuan-kemampuan tertentu. Selanjutnya dalam sumber yang sama, Gagne mengidentifikasi lima jenis hasil belajar sebagai berikut :
a.    Belajar keterampilan intelektual, yakni belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi adalah belajar untuk membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Belajar konsep adalah kesanggupan menempatkan objek yang memiliki ciri yang sama menjadi satu kelompok tertentu. Belajar kaidah adalah belajar bagian dari konsep tertentu, misalnya belajar konsep keluarga, pada dasarnya belajar konsep ayah, ibu, dan anak.
b.    Belajar informasi verbal, adalah belajar melalui symbol-symbol tertentu. Yang termasuk hasil belajar ini adalah belajar berbicara, menulis cerita, belajar membaca dan lain sebagainya.
c.    Belajar mengatur kegiatan intelektual, yakni belajar mengatur kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan keterampilan intelektual, yakni kemampuan berpikir memecahkan masalah secara ilmiah melalui langkah-langkah yang sistematis.
d.   Belajar sikap, yakni belajar menentukan tindakan tertentu.
e.    Belajar keterampilan motorik, yakni belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu baik gerakan yang sangat sederhana sepeti gerakan yang menirukan, gerakan kemolek yang memerlukan kemahiran dan keterampilan tertentu, misalnya keterampilan mengoperasikan mesin atau kendaraan.
Hasil belajar seperti yang telah di kemukakan, akan menentukan pengalaman belajar yang bagaimana yang cocok untuk di kembangkan oleh setiap siswa.
2.         Pengalaman belajar menurut piaget
Pandangan-pandangan Jean piaget seorang psikolog kelahiran Swiss ( 1896-1980 ), percaya bahwa anak belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut piaget berlangsung dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab itu, teori belajar piaget terkenal dengan teori konstruktivistik.
Belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang di lakukan setiap individu.
b.      Pertimbangan-pertimbangan Menentukan Pengalaman Belajar
1.      Sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai
Dalam system perencanaan dan desain pembelajaran, tujuan merupakan komponen utama dan pertama yang harus di pikirkan oleh seorang desainer pembelajaran. Sehingga, apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu.
2.      Sesuai dengan jenis bahan atau materi pelajaran
Di samping tujuan, materi pelajaran juga merupakan salah satukomponen penting dalam system pembelajaran. Pengalaman belajar yang di rencanakan dan didesain, harus memerhatikan karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari komplesitas materi maupun pengemasannya.
3.      Karakteristik sumber belajar
Selain pertimbangan tujuan da nisi bahan pelajaran, seorang desainer pembelajaran dalam menentukan pengalaman belajar melalui penugasan untuk menganalisis buku akan efdektif, manakala bukunya tersedia secara memadai, pengalaman belajar melalui wawancara untuk mendapatkan informasi tertentu akan efektif  manakala ada narasumber yang dapat dimintai informasinya.
4.      Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siwa
Kondisi dan kareakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan, baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Disamping beberapa pertimbangan di atas, ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan mengembangkan pengalaman belajar. Prinsip-prinsip tersebut dijelaskan dibawah ini :
1.    Berorientasi pada tujuan
Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.    Aktivitas
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak di maksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
3.    Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh karena itu, pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada setiap kelompok siswa, namun pada hakekatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku tiap siswa.
4.    Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikiomotorik. Oleh karena itu, merancang pengalaman belajar siswa, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman belajar, yakni sebagai berikut :
1.        Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna, bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
2.        Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk  mencoba dan melakukan sesuatu.
3.        Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu di upayakan agar pengalaman belajar merupakan proses yang menyenangkan.
4.        Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otaksecara maksimal.
5.        Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
c.       Tahapan Pengembangan Pengalaman Belajar
Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa, secara umum terdiri atas tiga tahap, yakni tahap permulaan ( prainstruksional ), tahap pengajaran ( instruksional ), dan tahap penilaian/tindak lanjut.
1.        Tahap prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahap yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
a.    Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir.
b.    Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya.
c.    Mengajukan pertanyaan kepada siswa dikelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya.
d.   Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
e.    Mengulang kembaliu bahan pelajaran yang lalu.
2.        Tahap instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran ataun tahap inti, yakni tahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa. Tahap instruksional akan sangat tergantung pada strategi pembelajaran yang akan di terapkan, misalnya strategi ekspositori, inkuiri,cooperative learning dan lain sebagainya.
3.        Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahapan yang ketiga atau terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahaapan kedua. ( instruksional )
d.      Guru Dalam Pengembangan Pengalaman Belajar
Dalam pengembangan pengalaman belajar, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru diantara adalah :
1.    Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran.
2.    Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3.    Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
4.    Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya.
5.    Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaa-pertanyaan.
6.    Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.
B. METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
2.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
3.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen ,1998). Karena itu diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
4.      Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Jenis-jenis simulasi
a.       Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b.      Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodarama biasanya digunakan untuk tetapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
c.       Role playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya kejadian seputar pemberontakan G 30 S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
C. STRATEGI PEMBELAJARAN
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ego” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Dengan demikian strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuh kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instructions) bermakna sebagai upaya untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit tertentu.
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu.
Macam – macam Strategi Pembelajaran
a.         Strategi pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pemebelajaran yang  menekankan strategi proses penyampaian materi secara verbal dari guru terhadap siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori sering juga disebut strategi pembelajaran langsung (direct instructions), sebab materi pelajaran langsung diberikan guru, dan guru mengolah secara tuntas pesan tersebut selanjutnya siswa dituntut untuk menguasai materi tersebut. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pemebelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pemeblajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penngunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleg guru, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Berorientasi pada tujuan
2.      Prinsip komunikasi
3.      Prinsip kesiapan
4.      Prinsip berkelanjutan
b.        Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Guru dalam model pemeblajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya mengadakan dialog, membatu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
c.       Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual teachig learning)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Tachig Learning) atau biasa disingkat CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari. Dalam pembelajaran ini tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
d.        Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inquiri merupakan rangkaian pembelajaran yang menekan pada proses berfikir kritis dan analis mencari dan menentukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Inquiri diawali dengan kegiatan pengamatan dalam upaya untuk memahami suatu konsep.
e.         Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan ketrampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukir karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Kemampuan sikap afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. Terbentuknya sebuah sikap pada diri seseorang tidaklah secara tiba – tiba, tetapi melewati proses yang terkadang cukup lama. Proses ini biasanya dilakukan lewat pembiasaan dan modeling.
1.      Pola pembiasaan
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.
2.      Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses percontohan. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginan untuk melakukan peniruan (imitasi).
f.         Strategi pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas.
g.        Strategi  Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
Metode peningkatan kemampuan berfikir adalah adalah model pembelajaran yang bertumpu pada perkembangan berfikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berfikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bekan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berfikir.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehai-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendiskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.


BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
Pengalaman belajar ( learning experiences ) adalah sejumlah aktivitas siswa yang di lakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Macam-macam strategi pembelajaran :
1. Strategi pembelajaran Ekspositori
2. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
3. Strategi pembelajaran komtekstual (Contextual teachig learning)
4. Strategi pembelajaran afektif
5. Strategi pembelajaran kooperatif
6. Strategi pembelajaran inquiry
7. Strategi peningkatan kemampuan berfikir
Dari beberapa macam-macam strategi diatas dapat di simpulkan Suatu strategi belajar mengajar yang baik dan berhasil untuk mencapai tujuan pengajaran bagi sekelompok siswa, belum tentu dapat berhasil untuk kelompok siswa pada situasi dan kondisi tertentu. Dengan demikian tidak ada strategi belajar mengajar umum yang dapat dipakai untuk mencapai semua tujuan pengajaran. Sehingga harus dipelajari tentang strategi belajar mengajar, faktor-faktor yang harus dipahami dan macam-macamnya.


DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 

No comments:

Post a Comment

Entri Populer