KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
wr.wb
Puji syukur Penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah “Pengembangan Pengalaman Belajar” ini sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi
tugas kelompok sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh dosen
pengampu. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
tentang pengembangan pengalaman belajar. Selain itu mahasiswa dapat juga
mengetahui macam-macam metode dan macam-macam strategi pembelajaran dan
mengeluarkan pendapatnya tentang macam-macam metode dan macam-macam strategi
pembelajaran.
Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamualaikum
wr.wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar adalah suatu kegiatan yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pengalaman merupakan serangkaian proses
dan peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada
suatu waktu. Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang
dialami oleh setiap individu khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu
(ruangan kelas) sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang
diberikan oleh masing-masing pendidik. Setiap guru memiliki strategi mengajar
yang berbeda dalam setiap mata pelajaran sehingga hal ini dapat mengisi
pangalaman belajar siswa. Misalnya disuatu lembaga pendidikan terdapat tiga
orang guru biologi, dimana ketika akan membahas konsep respirasi ketiga guru
ini sepakat untuk menggunakan starteginya masing-masing. Guru pertama
menggunakan metode ceramah, guru kedua menugaskan kepada siswanya untuk membaca
buku dan guru ketiga menggunakan metode demonstrasi. Dari ketiga metode
tersebut masisng-masing memiliki potensi dalam berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa
sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya
adalah guru dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.
Pengalaman belajar erat kaitannya
dengan pengembangan keterampilan proses. Makin aktif siswa secara intelektual,
manual dan sosial tampaknya makin bermakna pengalaman belajar siswa. Dengan
melakukan sendiri, siswa akan lebih menghayati. Hal itu berbeda jika hanya
dengan mendengar atau sekedar membaca. Ada ungkapan yang sering dilontarkan
dalam dunia pendidikan yaitu “Pengalaman
adalah guru yang paling baik” dimana melalui pengalaman yang nyata
seseorang belajar. Begitupula dengan belajar sains atau biologi.
B.
Rumusan Masalah
a. Apakah hakikat pengalaman belajar ?
b. Apakah pertimbangan-pertimbangan
menentukan pengalaman belajar ?
c. Bagaimana tahapan pengembangan
pengalaman belajar ?
d. Bagaimana guru dalam pengembangan
pengalaman belajar ?
e. Apa saja macam-macam metode pembelajaran
?
f. Apa saja macam-macam strategi
pembelajaran ?
C.
Tujuan
a. Untuk mengetahui hakikat pengalaman
belajar
b. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan
menentukan pengalaman belajar
c. Untuk mengetahui tahapan pengembangan
pengalaman belajar
d. Untuk mengetahui guru dalam pengembangan
pengalaman belajar
e. Untuk mengetahui macam-macam metode
pembelajaran
f. Untuk mengetahui macam-macam strategi
pembelajaran
g.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGALAMAN
BELAJAR
a. Hakikat Pengalaman Belajar
Pengalaman
belajar ( learning experiences ) adalah sejumlah aktivitas siswa yang di
lakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan
yang hendak di capai.
1.
Pengalaman
belajar menurut Gagne
Menurut Gagne (
1991 ) ada delapan type pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang
kompleks. Kedelapan tipe belajar itu dijelaskan sebagai berikut :
a) Belajar signal, yakni belajar melalui
isyarat atau tanda pengalaman belajar ini merupakan pengalaman belajar yang
paling sederhana, yaitu belajar bagaimana setiap individu mereaksi terhadap
setiap perangsang yang muncul.
b) Belajar mereaksi perangsang melalui
penguatan, yakni pengalaman belajar yang terarah. Setiap individu merespon
terhadap perangsang yang di berikan selalu diberi penguatan, misalnya dengan reward.
c) Pengalaman belajar membentuk rangkaian,
adalah belajar merangkai atau menghubungkan gejala atau factor sehingga menjadi
satu kesatuan rangkaian yang utuh dan fungsional. Belajar ini terjadi dengan
munculnya stimulus lain setelah stimulus yang satu di respons. Dengan demikian,
pengalaman belajar bersifat menjadi lebih kompleks.
d) Belajar asosiasi verbal, yakni
pengalaman belajar dengan kata-kata manakala ia menerima perangsang.
Membahaskan sesuatu melalui kata-kata akan lebih sulit di bandingkan dengan
reaksi hanya melalui tindakan, oleh karena dituntut adanya kemampuan nalar
seseorang.
e) Belajar membedakan atau diskriminasi,
yakni pengalaman belajar mengenal sesuatu karena ciri-ciri yang memiliki
kekhasan tertentu. Walaupun seseorang menghadapi objek yang sama tetap saja
orang tersebut dapat membedakannya.
f) Belajar konsep adalah pengalaman belajar
dengan menentukan ciri atau atribur dari objek yang di pelajari sehingga objek
tersebut di tempatkan dalam klasifikasi tertentu.
g) Belajar aturan atau hukum adalah
pengalaman belajar dengan menghubungkan konsep-konsep. Pada pengalamana belajar
ini siswa di rangsang untuk menemukan sejumlah prinsip atau kaidah atau melalui
pengamatan dari setiap gejala.
h) Belajar problem solving, adalah pengalaman belajar untuk memecahkan suatu
persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan. Pengalaman belajar
pemecahan ini merupakan pengalaman belajar yang paling kompleks, karena
memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan atau hukum yang
berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan, sedangkan setiap hukum itu akan
dapat dipahami manakala tersusunnya sejumlah informasi yang diperoleh.
Dari kedelapan tipe pengalaman
belajar tersebut, menurut Gagnet akan mengjasilkan kemampuan-kemampuan
tertentu. Selanjutnya dalam sumber yang sama, Gagne mengidentifikasi lima jenis
hasil belajar sebagai berikut :
a. Belajar keterampilan intelektual, yakni
belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi
adalah belajar untuk membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Belajar konsep adalah kesanggupan menempatkan objek yang memiliki ciri yang
sama menjadi satu kelompok tertentu. Belajar kaidah adalah belajar bagian dari
konsep tertentu, misalnya belajar konsep keluarga, pada dasarnya belajar konsep
ayah, ibu, dan anak.
b. Belajar informasi verbal, adalah belajar
melalui symbol-symbol tertentu. Yang termasuk hasil belajar ini adalah belajar
berbicara, menulis cerita, belajar membaca dan lain sebagainya.
c. Belajar mengatur kegiatan intelektual,
yakni belajar mengatur kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan
mengaplikasikan keterampilan intelektual, yakni kemampuan berpikir memecahkan
masalah secara ilmiah melalui langkah-langkah yang sistematis.
d. Belajar sikap, yakni belajar menentukan
tindakan tertentu.
e. Belajar keterampilan motorik, yakni
belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu baik gerakan yang sangat sederhana
sepeti gerakan yang menirukan, gerakan kemolek yang memerlukan kemahiran dan
keterampilan tertentu, misalnya keterampilan mengoperasikan mesin atau kendaraan.
Hasil
belajar seperti yang telah di kemukakan, akan menentukan pengalaman belajar
yang bagaimana yang cocok untuk di kembangkan oleh setiap siswa.
2.
Pengalaman
belajar menurut piaget
Pandangan-pandangan
Jean piaget seorang psikolog kelahiran Swiss ( 1896-1980 ), percaya bahwa anak
belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut piaget berlangsung
dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab
itu, teori belajar piaget terkenal dengan teori konstruktivistik.
Belajar
menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil
“pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang di lakukan setiap individu.
b. Pertimbangan-pertimbangan Menentukan
Pengalaman Belajar
1. Sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai
Dalam
system perencanaan dan desain pembelajaran, tujuan merupakan komponen utama dan
pertama yang harus di pikirkan oleh seorang desainer pembelajaran. Sehingga,
apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu.
2. Sesuai dengan jenis bahan atau materi
pelajaran
Di
samping tujuan, materi pelajaran juga merupakan salah satukomponen penting
dalam system pembelajaran. Pengalaman belajar yang di rencanakan dan didesain,
harus memerhatikan karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari komplesitas
materi maupun pengemasannya.
3. Karakteristik sumber belajar
Selain
pertimbangan tujuan da nisi bahan pelajaran, seorang desainer pembelajaran
dalam menentukan pengalaman belajar melalui penugasan untuk menganalisis buku
akan efdektif, manakala bukunya tersedia secara memadai, pengalaman belajar
melalui wawancara untuk mendapatkan informasi tertentu akan efektif manakala ada narasumber yang dapat dimintai
informasinya.
4. Pengalaman belajar harus sesuai dengan
karakteristik siwa
Kondisi
dan kareakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan yang harus
diperhatikan, baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gaya belajar
maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Disamping beberapa pertimbangan di atas,
ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan mengembangkan
pengalaman belajar. Prinsip-prinsip tersebut dijelaskan dibawah ini :
1. Berorientasi pada tujuan
Dalam
system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru
dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Aktivitas
Belajar
bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa
beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak di maksudkan terbatas pada
aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis
seperti aktivitas mental.
3. Individualitas
Mengajar
adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh karena itu, pengalaman
belajar dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada
setiap kelompok siswa, namun pada hakekatnya yang ingin kita capai adalah
perubahan perilaku tiap siswa.
4. Integritas
Mengajar
harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar
bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi
pengembangan aspek afektif dan aspek psikiomotorik. Oleh karena itu, merancang
pengalaman belajar siswa, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
siswa, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara
terintegrasi.
Ada
sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman belajar, yakni sebagai
berikut :
1.
Interaktif
Prinsip
interaktif mengandung makna, bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
2.
Inspiratif
Proses
pembelajaran adalah proses inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
3.
Menyenangkan
Proses
pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa,
seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari
rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu di upayakan agar pengalaman
belajar merupakan proses yang menyenangkan.
4.
Menantang
Proses
pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir, yakni merangsang kerja otaksecara maksimal.
5.
Motivasi
Motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya
motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap
proses pembelajaran.
c. Tahapan Pengembangan Pengalaman Belajar
Proses memberikan pengalaman belajar
pada siswa, secara umum terdiri atas tiga tahap, yakni tahap permulaan (
prainstruksional ), tahap pengajaran ( instruksional ), dan tahap
penilaian/tindak lanjut.
1.
Tahap
prainstruksional
Tahap
prainstruksional adalah tahap yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses
belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
oleh siswa pada tahapan ini:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa, dan
mencatat siapa yang tidak hadir.
b. Bertanya kepada siswa, sampai dimana
pembahasan pelajaran sebelumnya.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa
dikelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
e. Mengulang kembaliu bahan pelajaran yang
lalu.
2.
Tahap
instruksional
Tahap kedua
adalah tahap pengajaran ataun tahap inti, yakni tahapan memberikan pengalaman
belajar pada siswa. Tahap instruksional akan sangat tergantung pada strategi
pembelajaran yang akan di terapkan, misalnya strategi ekspositori,
inkuiri,cooperative learning dan lain sebagainya.
3.
Tahap
evaluasi dan tindak lanjut
Tahapan yang
ketiga atau terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap
evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan
tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahaapan kedua. (
instruksional )
d. Guru Dalam Pengembangan Pengalaman
Belajar
Dalam pengembangan pengalaman belajar,
guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas
menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru
diantara adalah :
1. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan
pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama
siswa.
3. Memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada
siswa yang memerlukannya.
5. Memberikan motivasi, mendorong siswa
untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan
pertanyaa-pertanyaan.
B. METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan
metode pembelajaran. Karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Berikut
ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai
cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai
saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain
disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan
baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam
proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan
siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari
penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran
siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen ,1998). Karena itu diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama.
Secara
umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada
diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara
keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua,
diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai
dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok
memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan
laporan setiap kelompok.
4. Metode Simulasi
Simulasi
berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan
sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum
menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih
dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap
suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Jenis-jenis
simulasi
a. Sosiodrama
Sosiodrama
adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah
berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
b. Psikodrama
Psikodrama
adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodarama biasanya digunakan untuk
tetapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
c. Role playing
Role playing atau
bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang
diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa
aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik
yang dapat diangkat untuk role playing misalnya kejadian seputar pemberontakan G
30 S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran
keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
C. STRATEGI
PEMBELAJARAN
Istilah strategi (strategy) berasal
dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda,
strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ego”
(memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Dengan
demikian strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuh kegiatan,
siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang
kegiatan.
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instructions)
bermakna sebagai upaya untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran merupakan proses utama yang
diselenggarakan dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar
dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit tertentu.
Strategi pembelajaran adalah pendekatan
menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka
kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari
pandangan falsafah atau teori belajar tertentu.
Macam – macam Strategi Pembelajaran
a.
Strategi
pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pemebelajaran yang menekankan strategi proses penyampaian materi
secara verbal dari guru terhadap siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pembelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori sering
juga disebut strategi pembelajaran langsung (direct instructions), sebab
materi pelajaran langsung diberikan guru, dan guru mengolah secara tuntas pesan
tersebut selanjutnya siswa dituntut untuk menguasai materi tersebut. Dengan demikian,
dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Tidak
ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan
strategi pemebelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pemeblajaran
bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama
penngunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam
penggunaan strategi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleg guru,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Prinsip komunikasi
3. Prinsip kesiapan
4. Prinsip berkelanjutan
b.
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir
lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana
belajar. Guru dalam model pemeblajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji
masalah, penanya mengadakan dialog, membatu menemukan masalah dan pemberi
fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa. Pembelajaran
berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan
kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
c.
Strategi
Pembelajaran Kontekstual (Contextual teachig learning)
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Tachig Learning) atau biasa disingkat CTL adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari –
hari. Dalam pembelajaran ini tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai.
d.
Strategi
Pembelajaran Inquiry
Strategi
pembelajaran inquiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran
inquiri merupakan rangkaian pembelajaran yang menekan pada proses berfikir
kritis dan analis mencari dan menentukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Inquiri diawali dengan kegiatan pengamatan dalam upaya
untuk memahami suatu konsep.
e.
Strategi
pembelajaran afektif
Strategi
pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai
dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan ketrampilan afektif berhubungan dengan
volume yang sulit diukir karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari
dalam. Kemampuan sikap afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat
berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.
Peserta
didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai
hasil pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar
yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran
bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta
didik. Terbentuknya sebuah sikap pada diri seseorang tidaklah secara tiba –
tiba, tetapi melewati proses yang terkadang cukup lama. Proses ini biasanya dilakukan
lewat pembiasaan dan modeling.
1. Pola pembiasaan
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik disadari
maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses
pembiasaan.
2. Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui
proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses
percontohan. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah
keinginan untuk melakukan peniruan (imitasi).
f.
Strategi
pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan
strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih
mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan
interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode
Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori
ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif
learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang
kelas.
g.
Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
(SPPKB)
Metode
peningkatan kemampuan berfikir adalah adalah model pembelajaran yang bertumpu
pada perkembangan berfikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman
anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat
beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berfikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB
adalah bekan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui
kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa
kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berfikir.
Kedua, telaahan
fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehai-hari dan/atau berdasarkan
kemampuan anak untuk mendiskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai
fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran
akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial
sesuai dengan taraf perkembangan anak.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pengalaman belajar ( learning experiences ) adalah
sejumlah aktivitas siswa yang di lakukan untuk memperoleh informasi dan
kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan.
Strategi adalah suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau
tindakan. Macam-macam strategi pembelajaran :
1.
Strategi pembelajaran Ekspositori
2.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
3.
Strategi pembelajaran komtekstual (Contextual teachig learning)
4.
Strategi pembelajaran afektif
5.
Strategi pembelajaran kooperatif
6.
Strategi pembelajaran inquiry
7.
Strategi peningkatan kemampuan berfikir
Dari beberapa macam-macam strategi
diatas dapat di simpulkan Suatu strategi belajar mengajar yang baik dan
berhasil untuk mencapai tujuan pengajaran bagi sekelompok siswa, belum tentu
dapat berhasil untuk kelompok siswa pada situasi dan kondisi tertentu. Dengan
demikian tidak ada strategi belajar mengajar umum yang dapat dipakai untuk mencapai
semua tujuan pengajaran. Sehingga harus dipelajari tentang strategi belajar mengajar,
faktor-faktor yang harus dipahami dan macam-macamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wina
Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Wina
Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
No comments:
Post a Comment