Wednesday 28 February 2018

MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN “PERKEMBANGAN SISWA SEBAGAI SUBJEK BELAJAR”




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada kita semua sehingga kita bisa melakukan aktivitas kita dengan baik, sehingga tugas makalah Perencanaan Pembelajaran ini bisa diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah mengayomi kita semua dengan cinta kasih serta perjuangan beliau sehingga kita bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan mampu kita menghitungnya.
Kami dari kelompok 12 menyadari bahwa selama pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi kami selaku penulis pada khususnya, Amin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Mataram, 11 Mei 2017


Penyusun


 BAB I
PENDAHULUAN
  A.    Latar Belakang
Tujuan lembaga pendidikan khususnya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat di masyarakat. Dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan memiliki konsenkuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertumbuhan fisik, misalnya, bagaimana agar anak dapat memfungsikan kakinya untuk berjalan, tangannya untuk memegang, dan lain-lain. 
Perkembangan fisik manusia berkembang secara bertahap proses pendidikan harus sesuai dengan irama perkembangan fisik siswa. Proses pendidikan yang sudah mampu berkembang sesuai dengan irama perkembangan fisik yang dimiliki setiap anak akan menjadi modal sebagai dasar untuk perkembangan yang lebih lanjut.
Untuk memahami perkembangan kognitif siswa, salah satu teori banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh piaget (1896-1980) yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif. Menurut piaget kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarkan dan membimbing  perilaku anak.
  B.     Rumusan Masalah
1.      Mengapa  siswa dikatakan sebagai Makhluk yang Unik?
2.      Bagaimana bentuk perkembangan siswa?
3.      Bagaimana Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran?
  C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui siswa sebagai makhluk yang unik.
2.      Untuk mengetahui bentuk perkembangan siswa.
3.      Untuk mengetahui Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran.





BAB II
PEMBAHASAN

  A.    Siswa Sebagai Makhluk Yang Unik
1.      Ciri-Ciri Keunikan Siswa
Tujuan lembaga pendidikan khususnya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat di masyarakat. Dengan kata lain, tugas penddidikan yang berlangsung disekolah adalah mengembangkan manusia menjadi subjek yang aktif yang mampumengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya agar mereka dapat hidup dan dapat mengembangkan kehidupannya di masyarakat yang selalu berubah.
Terdapat keunikan-keunikan yang terjadi pada diri manusia.
a.       Manusia berbeda dengan manusia yang lain, seperti halnya binatang maupun tumbuhan, perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya.
b.      Baik secara fisiologis atau punpsikologis manusia adalah makhluk yang statis, akan tetapi makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan manusia ada dalam kurva normal. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah. Perkembangan fisik itu juga di ikuti oleh perkembangan psikis, yang mungkin saja perkembangan aspek ini lebih lambat dibandingkan perkembangan aspek fisik. Perkembangan semacam inilah yang harus dipahami dan disadari oleh setiap guru.
c.       Dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakteristik yang berbeda.
2.      Peran pendidikan dalam perkembangan siswa
Dilihat dari perubahan dalam setiap individu, ada dua bnetuk perubahan, yakni perubahan jasmani dan perubahan fisik dan perubahan fungsi fisik itu sendiri. Perkembangan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya organ-organ tubuh manusia, sehingga perubahan ini akan dibatasi oleh waktu, artinya manakala sudah sampai pada tingkat kematangan fisik (maturation), perubahan itu tidak akan berkembang lagi, inilah yang dinamakan dengant umbuhan. Berbeda dengan perkembangan. Perkembangan bukan saja menunjuk pada perubahan fisik saja akan tetapi, sekaligus perubahan akan fungsi setiap organ. Oleh karena itu, perkembangan tidak terbatas oleh waktu.Selama manusia itu hidup, maka selama itu pula akan terjadi proses perkembangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan fisik beserta fungsi-fungsinya (psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
      Dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan memiliki konsenkuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertumbuhan fisik, misalnya, bagaimana agar anak dapa tmemfungsikan kakinya untuk berjalan, tangannya untuk memegang, dan lain-lain.
Menginjak masa usia TK proses yang pendidikan bukan hanya sekadar melatih organ tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna, akan tetapi juga  mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembangkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan lain-lain.
Pada masa usia SD, dunia khayal anak berubah menuju dunia nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkertakan, yang berarti peran pedidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar. Seiring dengan pertumbuhan fisiologis yang semakin sempurna, berkembang jugalah keberanian anak untuk mengeksplor segala sesuatu, yang bukan saja keberanian dalam menggunakan organ tubuhnya akantetapi, keberanian mental-inteletual anak. Anak sudah mulai kritis untuk bertanya segala sesuatu yang nyata, dan guru pun dituntut untuk mengimbangi keberanian tersebut dengan menjawab sesuatu yang pertanyakan.
Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang di ajarkan tidak perlu lagi menggunakan alat yang hanya berfungsi mengkonkretkan yang diajarkan.Untuk dapat menghitung 2+2 tidak perlu lagi menggunakan biji kacang atau yang lainnya, anak sudah mampu berpikir tampa bantuan benda-benda lagi. Mengembangkan kemampuan berpikir mealui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpiki rabstrak. Guru harus siap mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk mempermudah siswa belajar. Idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri, tanggung jawab untuk keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan hanya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.

   B.     Bentuk Perkembangan Siswa
Ada 3 perkembangan yang terjadi pada setiap manusia, yakni perkembangan motoric, kognitif dan perkembangan social dan moral.
1.      Perkembangan motoric
Perkembangan motoric adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga usia dua puluh satu-dua puluh tahun.
Gerakan  motoric anak berkembang dari mulai gerakan-gerakan yang muncul secara alamiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan koordinasi antara gerakan fisik dan mental. Ada 3 faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan motoric anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang tua dan guru, yaitu :
a)      Pertumbuhan dan perkembangan system syaraf;
b)      Peertumbuhan otot-otot;
c)      Perubahan struktur jasmani.

2.      Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan dengan perilaku mental seseorang yang meliputi; pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.
Para ahli psikologi kognitif memandang bahwa perkembangan kognitif sudah mulai berjalan sejak manusia lahir kedunia yakni sejak manusia menggunakan kemampuan sensorik motoriknya.
Untuk memahami perkembangan kognitif siswa , salah satu teori banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh piaget (1896-1980) yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif. Menurut piaget kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarkan dan membimbing  perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembangan kognitif dari piaget, yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk semua orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal. Melalui fungsi akan terjadi kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan kedalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai tantangan yang datang dari luar. Sedangkan struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan. Piaget berpendapat bahwa dalam memahami lingkungan itu anak bersifat aktif. Artinya, pengetahuan itu dibentuk dan diciptakan sendiri.. anak tidak menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya.
Menurut piaget, perkembangan kognitif setipa individu berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu, yaitu ada 4 fase :
1)      Sensori-motor (0-2 tahun)
Pada fase ini kemampuan kognitif anak masih sangat terbatas, piaget mengistilahkannya dengan kemampuan bersifat primitif, artinya masih didasarkan kepada perilaku yang terbuka. Kemampuan kognitif atau inteligensi yang dimiliki anak pada masa ini merupakan intelegensi dasar yang amat berarti dan menentukan untuk perkembangan kognitif selanjutnya.
2)       Pra-operasional (2-7 tahun)
Pada fase ini ditandai dengan beberapa ciri : pertama adanaya kesadaran dalam diri anak tetap eksisnya suatu benda, artinya pandangan terhadap bendasudah tidak memulai mengandalkannya indranya seperti pada masa sensori-motor. Kedua, pada fase ini kemampuan anak dalam berbahasa mulai berkembang. Melalui pengalamannya anak dapat mengenal dan memberikan objek dengan nama-nama sesuai dengan gagasan yang telah dibentuknya dalam otak. Anak akan mampu mengekspresikan sesuatu dengan kalimat pendek namun efektif. Ketiga pada fase ini dinamakan juga fase intuisi, sebab pada masa ini anak mulai mengetahui perbedaan antata objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau kelasnya. Keempat, pandangan terhadap dunia, pada fase ini bersifat ‘animistic” artinya, bahwa segal sesuatu yang bergerak di duni ini adlah hidup. Kelima, pada fase ini pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh sifatnya ‘egocentric”. Ia akan beranggapan bahwa cara pandang orang lain terhadap objek sama seperti dirinya. Ia tidak dapat berkerja sama secara efektif dalam kelompok-kelompok.
3)      Operasional konkret (7-11 tahun)
Dikatakan demikian karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang dijumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang ia temukan secara langsung, misalnya tentang beratnya, warnanya dan strukturnya. Ia juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas  yang dapat ia lakukan dengan menggunakan benda-benda ditemuinya itu. Selain kemampuan-kemampuan yang dimiliki sebelumnya, anak memperoleh tambahan kemapuan yang disebut dengan system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan ini sangat penting  artinya bagi anak untuk mengkordinasikan pemikirina suatu ide dalam peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.. kemampuan suatu langkah berpikir ini, kelak menjadi dasar terbentuknya intelegensi. Intelegensi adalah suatu proses, yaitu tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pikiran dan pengetahuan manusia, disamping ini merupakan proses pembentukan pemahaman.
Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi: conservation (pengekalan), addition of classes (penambahan golongan benda) dan multification of classes (pelipatgandaan golongan benda).
4)      Operasional formal (12-14 tahun ke atas)
Dinamakan fase operasinal formal karena pada masa ini pola pikir anak sudah sistematik dan meliputi proses-proses yang kompleks. Operasionalnya tidak lagi terbatas pada semata-mata pada hal-hal yang konkret, akan tetapi juga dilakukan pada operasional lainnya. Dengan menggunakan logika yang lebih tinggi tingkatannya, seperti misalnya, berpikir hipotesis-deduktif, berpikir rasional, berpikir abstrak, berpikir proposional, mengevaluasi informasi, san lain sebagainya. Aktivitas proses berpikir pada fase ini mulai menyerupai cara berpikir orang dewasa, karena kemampuannya sudah berkembang pada hal-hal yang bersifat abstrak. Anak sudah mampu memprediksi berbagai macam kemungkinan.
3. Perkembangan Sosial Dan Moral
Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setipa perancang pembelajaran. Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap siswa.
Menurut piaget(santerock, 2007), ada dua tahap perkembangan moral anak
a)      Heteronomous moraliti yang berlangsung dari kira-kira usia 4-7 pada tahap ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa diubah dan tidak bisa di kontrol oleh orang. Aturan adalah sesuatu yang mengikat yang mutlak yang harus dipatuhi dan tidak bisa dilanggar, oleh karena itu anak kecil akan merasa takut kalau suatu saat ia melakukan pelanggaran terhadap aturan. Semakin besar anak akan timbul pemahaman, bahwa hukuman itu akan ada manakala pelanggaran yang dibuat diketahui oleh orang lain, bahkan lebih dari itu hukuman pada dasarnya bisa dihindari. Oleh karena itu anak yang sudah memiliki otonomi moral menganggap hukuman itu adalah bagian  dari huungan  sosial manusia yanhg bisa dinegosiasikan.
b)      Autonomous yang berlangsung sejak usia 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini anak menggap bahwa aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu perbuatan niatan sang pelaku harus dipikirkan oleh sebab itu tidak semua pelanggaran ada konsekuensi hukuman pada masa 7-10 tahun piaget menanamkannya seagai masa transisi.
Teori lain yang dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1976) perkembangan moral anak terdiri dari tiga level dan tiga level terdiri dari dua tahap :
a)      Praconventional reasoning. Pada level ini anak tidak menunjukan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran eksternal level ini terdiri atas dua tahap yakni tahap ketaatan dan hukum serta tahap pemuasan kebutuhan
b)      Convesional  reasoning. Pada level ini internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara internal pada standar tertentu yang ditetapkan oleh orang lain seperti orang tua atau aturan sosial level ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap citra anak baik dan tahap hukum dan peraturan.
c)      Postconvetional reasoning pada level ini moralitas sudah sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal. Anak mengetahui aturan moral yang harus ditaati kemudian mengeksplorasi dan menentukan aturan moral mana yang terbaik untuk dirinya. Pada level ini terdiri atas tahap memperhatikan hak perseorangan dan tahap memperhatikan prinsip-prinsip etik.
C. Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran
1. Melatih kemampuan dan pengembangan fisik
            Perkembangan fisik manusia berkembang secara bertahap proses pendidikan harus sesuai dengan irama perkembangan fisik siswa. Proses pendidikan yang sudah mampu berkembang sesuai dengan irama perkembangan fisik yang dimiliki setiap anak akan menjadi modal sebagai dasar untuk perkembangan yang lebih lanjut. Pendidikan yang dilaksanakan pada usia TK misalnya, diarahkan untuk lebih memfungsikan setiap organ tubuh. Pada masa usia ini, otot-otot anak masih belum sempurna dan masih belum proposional. Seiring dengan perkembangan aspek lain belum matang, maka pendidikan pada usia ini difokuskan pada berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bekal melaksanakan tugas pendidikan.
            Ketika anak memasuki usia SD perkembangan fisik anak semakin proposional. Artinya organ-organ tubuh serasi. Hal ini terbukti misalnya ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan kiri, ukura panjang kaki lebih serasi dengan ukuran panjang badan dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka pendidikan dalam konteks pengembangan kemampuan organ tubuh harus seimbang dengan tingkat kematangan intelektual anak. Ketika anak memasuki usia remaja misalnya, usia memasuki SLTP dan SLTA, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh semakin sempurna, baik dilihat dari bentuk dan proposionalnya maupun dari kekuatannya. Arti penting dari pendidikan pada masa ini adalah memberi keterampilan-keterampilan yang berguna untuk kehidupannya kelak, sebab belajar keterampilan atau motorlearning dapat dilakukan manakala seseorang telah memiliki kemampuan yang melibatkan kemampuan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya secara baik dan sempurna. Untuk anak yang tidak dapat memfungsikan fisiknya dengan baik akan sulit mengebangkan keterampilan. Misalnya untuk anak yang memiliki kelainan dalam perkembangan kaki akan sulit melatih keterampilan berlari; anak yang tidak berkembang dalam memfungsikan telinga sebagai alat pendengaran akan sulit melakukan latihan dalam mengenal nada-nada not sehingga akan sulit mengembangkan keterampilan bernyanyi.
            Dengan demikian, melatih kemampuan fisik atau organ-organ tubuh setiap siswa sesuai dengan taraf  perkembangan mereka menjadi begitu penting. Ketidaksempernaan pengembangan fungsi fisik anak akan mempengaruhi aspek lainnya baik aspek kognitif maupun aspek moral.
2.  Pembelajaran pengembangan aspek kognitif
            Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual yakni kemampuan anak dalam menggunakan otak untuk berfikir. Kemampuan anak dalam menggunakan otak adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh manusia sehingga memembedakan dengan manusia lain. Otak adalah bagian dari jaringan kabel listrik yang menyebar keseluruh tubuh dan terus menerus mengirim dan menerima pesan (meiyer, 2002) dikatakan juga bahwa otak memiliki lebih dari 100.000 mil kabel kabel ini desebut dengan akson dan dendrit mempunyai jutaan interaksi perdetik dengan dirinya sendiri dengan jaringan yang disebarkan keseluruh dan dengan zat-zat kimia yang diangkut melalui aliran darah. Memang sampai sekarang manusia belum menemukan teori otak secara lengkap dan diterima oleh semua pihak. Otak adalah misteri yang sulit untuk dipahami. Yang jelas karena kemampuan otak kehebatan manusia itu ada.
            Salah satu teori juga mengatakan yaitu teori otak teriune yang berarti tree in one (Davemeyer, 2002), menurut teori ini otak terdiri dari tiga bagian yaitu otak reting, sistem linmik dan neokorteks, ketiga bagian otak terdapat pada gambar dibawah ini.
v  Otak reptil adalah otak yang paling sederhana. Tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Disinilah pusat perilaku naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta. Otak reptil diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar kekuasaan.
v  Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat sosila dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka panjang.
v  Nekorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya. Misalnya mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan kedepan, dan berkreasi. Otak ini yang membuat manusia berbeda dengan manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan.
Teori tang sangat berpengaruh dalam mengembakan kemampuan dalam berpikir adalah teori perkembangan kognitif yang dikemukan oleh piaget. Menurut Santrock (2007) ada beberapa hal yang bisa dijadikan panduan dalam menerapkan teori piaget untuk pendidikan seperti dikemukakan berikut :
a)      Gunakan pendekatan kontruktifistik ;
b)      Fasilitasi mereka untuk belajar;
c)      Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pikiran anak;
d)     Gunakan penilaina terus menerus;
e)      Tingkatkan kemampuan intelektual murid.

3.      Pendidkan moral siswa
Terdapat bebeprapa hal yang berkaitan dengan pendidikan moral : yakni pendidikan karakter, klarifikasi nilai, dan pendidikan moral kognitif.
a.       Pendidikan karakter
Merupakan pendidikan yang bersentuhan langsung dengan pembentukan moral anak. Pendidikan karakter adalah proses mengajari anak dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka melakukan tindakan-tindakan tak bermoral yang membahayakan orang lain dan membahayakn dirinya sendiri seperti perlilaku berbohong, menipu dan mencuri.
b.      Klarifikasi nilai
Merupakan proses memberikan bantuan kepada setiap anak untuk memahami dan menyadari (mengklarifikasi) untuk apa hidup serta mengklarifikasi bentuk-bentuk perilaku apa yang layak dikerjakan. Dalam pendekatan ini, anak didirong untuk mendefinisikan nilai diri mereka sendiri dan memahami nilai diri orang lain.
c.       Pendidikan moral kognitif
Adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti keadilan saat moral mereka berkembang. ( Santrock, 2007).
Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan moral anak dalam proses pendidikan disekolah seperti yang dikemukana Honigh dan Wittner (1996) sebagai berikut:
   a)      Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
   b)      Jadilah contoh perilaku proposial
   c)      Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku anti sosial
   d)     Antu siswa siswa untuk menentukan dan memahami perasaan orang lain.



BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simmpulkan bahwa: terdapat keunikan-keunikan yang terjadi pada diri manusia.
a.    Manusia berbeda dengan manusia yang lain, seperti halnya binatang maupun tumbuhan, perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya.
b.    Baik secara fisiologis atau pun psikologis manusia adalah makhluk yang statis, akan tetapi makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan.
c.    Dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakteristik yang berbeda.
Ada 3 perkembangan yang terjadi pada setiap manusia, yakni perkembangan motoric, kognitif dan perkembangan social dan moral.
Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran untuk Melatih kemampuan dan pengembangan fisik, Pembelajaran pengembangan aspek kognitif, dan Pendidkan moral siswa.

  
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sumanto. 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori. Yogyakarta: CAPS

No comments:

Post a Comment

Entri Populer