KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillah,
segala puji hanya milik Allah Swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya
kepada kita semua sehingga kita bisa melakukan aktivitas kita dengan baik,
sehingga tugas makalah
Perencanaan Pembelajaran ini bisa diselesaikan dengan baik.
Shalawat
dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang
telah mengayomi kita semua dengan cinta kasih serta perjuangan beliau sehingga
kita bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan mampu
kita menghitungnya.
Kami dari
kelompok 12 menyadari bahwa
selama pembuatan makalah ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan bagi kami selaku penulis pada khususnya, Amin.
Wassalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Mataram, 11
Mei 2017
Penyusun
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan lembaga pendidikan khususnya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat di masyarakat.
Dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan memiliki konsenkuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang
diberikan oleh
orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertumbuhan fisik, misalnya,
bagaimana agar
anak dapat
memfungsikan kakinya untuk berjalan, tangannya untuk memegang, dan
lain-lain.
Perkembangan fisik manusia berkembang secara bertahap
proses pendidikan harus sesuai dengan irama perkembangan fisik siswa. Proses
pendidikan yang sudah mampu berkembang sesuai dengan irama perkembangan fisik
yang dimiliki setiap anak akan menjadi modal sebagai dasar untuk perkembangan
yang lebih lanjut.
Untuk memahami perkembangan kognitif siswa, salah
satu teori banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh piaget
(1896-1980) yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif. Menurut piaget
kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarkan dan
membimbing perilaku anak.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengapa
siswa dikatakan sebagai Makhluk yang Unik?
2. Bagaimana bentuk perkembangan siswa?
3.
Bagaimana
Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses
Pembelajaran?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui siswa sebagai makhluk yang unik.
2.
Untuk
mengetahui bentuk perkembangan siswa.
3.
Untuk
mengetahui Penerapan Setiap Aspek Perkembangan
Dalam Proses Pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Siswa Sebagai Makhluk Yang Unik
1.
Ciri-Ciri Keunikan Siswa
Tujuan lembaga pendidikan khususnya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat di masyarakat. Dengan
kata lain, tugas penddidikan
yang berlangsung disekolah adalah mengembangkan manusia menjadi subjek yang aktif yang
mampumengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya agar mereka dapat hidup dan dapat mengembangkan kehidupannya di
masyarakat yang selalu berubah.
Terdapat keunikan-keunikan yang
terjadi pada diri manusia.
a. Manusia berbeda dengan manusia yang lain, seperti halnya binatang maupun tumbuhan, perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya.
b. Baik secara fisiologis atau punpsikologis manusia adalah makhluk yang statis,
akan tetapi makhluk yang dinamis,
makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan manusia ada dalam kurva normal. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain,
secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri
yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah.
Perkembangan fisik itu juga di ikuti oleh perkembangan psikis, yang mungkin saja perkembangan aspek ini lebih lambat dibandingkan perkembangan aspek fisik. Perkembangan semacam inilah yang harus dipahami dan disadari oleh setiap guru.
c. Dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakteristik yang
berbeda.
2.
Peran pendidikan dalam perkembangan siswa
Dilihat dari perubahan dalam setiap individu, ada dua bnetuk perubahan, yakni perubahan jasmani dan perubahan fisik dan perubahan fungsi fisik itu sendiri. Perkembangan fisik adalah perubahan yang
berkaitan dengan tumbuh kembangnya organ-organ
tubuh manusia,
sehingga perubahan ini akan dibatasi oleh waktu, artinya manakala sudah sampai pada tingkat kematangan fisik (maturation),
perubahan itu tidak akan berkembang lagi, inilah yang
dinamakan dengant umbuhan. Berbeda dengan perkembangan. Perkembangan bukan saja menunjuk pada perubahan fisik saja akan tetapi, sekaligus perubahan akan fungsi setiap organ. Oleh karena itu, perkembangan tidak terbatas oleh waktu.Selama manusia itu hidup, maka selama itu pula akan terjadi proses
perkembangan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan fisik beserta fungsi-fungsinya
(psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan memiliki konsenkuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang
diberikan oleh
orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertumbuhan fisik, misalnya, bagaimana agar anak dapa tmemfungsikan kakinya untuk berjalan, tangannya untuk memegang, dan
lain-lain.
Menginjak masa usia TK proses yang
pendidikan bukan hanya sekadar melatih organ tubuhnya
agar berfungsi lebih sempurna, akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembangkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan
lain-lain.
Pada masa usia SD, dunia khayal anak berubah menuju dunia nyata yang konkret.
Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkertakan, yang berarti peran pedidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental
psikologis anak.
Pada masa ini, peran guru sebagai
orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar. Seiring dengan pertumbuhan fisiologis yang semakin sempurna, berkembang jugalah keberanian anak untuk mengeksplor segala sesuatu, yang bukan saja keberanian dalam menggunakan organ
tubuhnya akantetapi,
keberanian mental-inteletual anak.
Anak sudah mulai kritis untuk bertanya segala sesuatu yang nyata, dan
guru pun dituntut untuk mengimbangi keberanian tersebut dengan menjawab sesuatu yang
pertanyakan.
Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang di ajarkan tidak perlu lagi menggunakan alat yang hanya berfungsi mengkonkretkan yang
diajarkan.Untuk dapat menghitung 2+2 tidak perlu lagi menggunakan biji kacang atau yang lainnya, anak sudah mampu berpikir tampa bantuan benda-benda lagi. Mengembangkan kemampuan berpikir mealui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpiki rabstrak. Guru harus siap mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang
berperan untuk mempermudah siswa belajar. Idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri, tanggung jawab untuk keberhasilannya,
sehingga tugas dan peran guru bukan hanya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
B.
Bentuk Perkembangan Siswa
Ada
3 perkembangan yang terjadi pada setiap manusia, yakni perkembangan motoric,
kognitif dan perkembangan social dan
moral.
1.
Perkembangan motoric
Perkembangan
motoric adalah perkembangan
yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga usia dua puluh satu-dua puluh tahun.
Gerakan motoric anak berkembang dari mulai gerakan-gerakan yang
muncul secara alamiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan koordinasi antara gerakan fisik dan mental. Ada 3
faktor penting
yang dapat mempengaruhi kemampuan motoric anak atau perkembangan motor
skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang
tua dan
guru, yaitu :
a) Pertumbuhan dan perkembangan system
syaraf;
b) Peertumbuhan otot-otot;
c) Perubahan struktur jasmani.
2.
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang
berkenaan dengan perilaku mental
seseorang yang meliputi; pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.
Para
ahli psikologi kognitif memandang bahwa perkembangan kognitif sudah mulai berjalan sejak manusia lahir kedunia yakni sejak manusia menggunakan kemampuan sensorik motoriknya.
Untuk
memahami perkembangan kognitif siswa , salah satu teori banyak digunakan adalah
seperti yang dikemukakan oleh piaget (1896-1980) yang terkenal dengan teori
perkembangan kognitif. Menurut piaget kemampuan kognitif merupakan suatu yang
fundamental yang mengarkan dan membimbing
perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori
perkembangan kognitif dari piaget, yaitu konsep
tentang fungsi dan konsep tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk semua
orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal. Melalui
fungsi akan terjadi kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi
pengetahuan kedalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai
tantangan yang datang dari luar. Sedangkan struktur merupakan seperangkat
keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami
lingkungan. Piaget berpendapat bahwa dalam memahami lingkungan itu anak
bersifat aktif. Artinya, pengetahuan itu dibentuk dan diciptakan sendiri.. anak
tidak menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya.
Menurut
piaget, perkembangan kognitif setipa individu berlangsung dalam tahapan-tahapan
tertentu, yaitu ada 4 fase :
1)
Sensori-motor (0-2 tahun)
Pada
fase ini kemampuan kognitif anak masih sangat terbatas, piaget
mengistilahkannya dengan kemampuan bersifat primitif, artinya masih didasarkan
kepada perilaku yang terbuka. Kemampuan kognitif atau inteligensi yang dimiliki
anak pada masa ini merupakan intelegensi dasar yang amat berarti dan menentukan
untuk perkembangan kognitif selanjutnya.
2)
Pra-operasional
(2-7 tahun)
Pada
fase ini ditandai dengan beberapa ciri : pertama adanaya kesadaran dalam diri
anak tetap eksisnya suatu benda, artinya pandangan terhadap bendasudah tidak
memulai mengandalkannya indranya seperti pada masa sensori-motor. Kedua,
pada fase ini kemampuan anak dalam berbahasa mulai berkembang. Melalui
pengalamannya anak dapat mengenal dan memberikan objek dengan nama-nama sesuai
dengan gagasan yang telah dibentuknya dalam otak. Anak akan mampu
mengekspresikan sesuatu dengan kalimat pendek namun efektif. Ketiga
pada fase ini dinamakan juga fase intuisi, sebab pada masa ini anak mulai
mengetahui perbedaan antata objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau
kelasnya. Keempat, pandangan terhadap dunia, pada fase ini bersifat
‘animistic” artinya, bahwa segal sesuatu yang bergerak di duni ini adlah hidup.
Kelima,
pada fase ini pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat
dipengaruhi oleh sifatnya ‘egocentric”. Ia akan beranggapan bahwa cara pandang
orang lain terhadap objek sama seperti dirinya. Ia tidak dapat berkerja sama
secara efektif dalam kelompok-kelompok.
3)
Operasional konkret (7-11 tahun)
Dikatakan
demikian karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang
dijumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berpikir tentang objek-objek
atau benda yang ia temukan secara langsung, misalnya tentang beratnya, warnanya
dan strukturnya. Ia juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas yang dapat ia lakukan dengan menggunakan
benda-benda ditemuinya itu. Selain kemampuan-kemampuan yang dimiliki
sebelumnya, anak memperoleh tambahan kemapuan yang disebut dengan system of operations (satuan langkah
berpikir). Kemampuan ini sangat penting
artinya bagi anak untuk mengkordinasikan pemikirina suatu ide dalam
peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.. kemampuan suatu
langkah berpikir ini, kelak menjadi dasar terbentuknya intelegensi. Intelegensi
adalah suatu proses, yaitu tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari
semua pikiran dan pengetahuan manusia, disamping ini merupakan proses
pembentukan pemahaman.
Kemampuan
kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi: conservation (pengekalan), addition
of classes (penambahan golongan benda) dan
multification of classes (pelipatgandaan golongan benda).
4)
Operasional formal (12-14 tahun ke atas)
Dinamakan
fase operasinal formal karena pada masa ini pola pikir anak sudah sistematik
dan meliputi proses-proses yang kompleks. Operasionalnya tidak lagi terbatas
pada semata-mata pada hal-hal yang konkret, akan tetapi juga dilakukan pada
operasional lainnya. Dengan menggunakan logika yang lebih tinggi tingkatannya,
seperti misalnya, berpikir hipotesis-deduktif, berpikir rasional, berpikir
abstrak, berpikir proposional, mengevaluasi informasi, san lain sebagainya.
Aktivitas proses berpikir pada fase ini mulai menyerupai cara berpikir orang
dewasa, karena kemampuannya sudah berkembang pada hal-hal yang bersifat
abstrak. Anak sudah mampu memprediksi berbagai macam kemungkinan.
3.
Perkembangan Sosial Dan Moral
Perkembangan sosial dan moral siswa
merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setipa perancang pembelajaran.
Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam
proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah
akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap
siswa.
Menurut piaget(santerock, 2007), ada dua tahap
perkembangan moral anak
a)
Heteronomous moraliti yang berlangsung dari kira-kira usia 4-7 pada tahap
ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa
diubah dan tidak bisa di kontrol oleh orang. Aturan adalah sesuatu yang
mengikat yang mutlak yang harus dipatuhi dan tidak bisa dilanggar, oleh karena
itu anak kecil akan merasa takut kalau suatu saat ia melakukan pelanggaran
terhadap aturan. Semakin besar anak akan timbul pemahaman, bahwa hukuman itu
akan ada manakala pelanggaran yang dibuat diketahui oleh orang lain, bahkan
lebih dari itu hukuman pada dasarnya bisa dihindari. Oleh karena itu anak yang
sudah memiliki otonomi moral menganggap hukuman itu adalah bagian dari huungan
sosial manusia yanhg bisa dinegosiasikan.
b)
Autonomous yang berlangsung sejak usia 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini
anak menggap bahwa aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu
perbuatan niatan sang pelaku harus dipikirkan oleh sebab itu tidak semua
pelanggaran ada konsekuensi hukuman pada masa 7-10 tahun piaget menanamkannya seagai
masa transisi.
Teori lain yang
dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1976) perkembangan moral anak terdiri dari
tiga level dan tiga level terdiri dari dua tahap :
a)
Praconventional reasoning. Pada level ini anak tidak menunjukan
internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan
ganjaran eksternal level ini terdiri atas dua tahap yakni tahap ketaatan dan
hukum serta tahap pemuasan kebutuhan
b)
Convesional reasoning. Pada level
ini internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara internal pada
standar tertentu yang ditetapkan oleh orang lain seperti orang tua atau aturan
sosial level ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap citra anak baik dan tahap
hukum dan peraturan.
c)
Postconvetional reasoning pada level ini moralitas sudah sepenuhnya
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal. Anak mengetahui
aturan moral yang harus ditaati kemudian mengeksplorasi dan menentukan aturan
moral mana yang terbaik untuk dirinya. Pada level ini terdiri atas tahap
memperhatikan hak perseorangan dan tahap memperhatikan prinsip-prinsip etik.
C. Penerapan
Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran
1.
Melatih
kemampuan dan pengembangan fisik
Perkembangan
fisik manusia berkembang secara bertahap proses pendidikan harus sesuai dengan
irama perkembangan fisik siswa. Proses pendidikan yang sudah mampu berkembang
sesuai dengan irama perkembangan fisik yang dimiliki setiap anak akan menjadi
modal sebagai dasar untuk perkembangan yang lebih lanjut. Pendidikan yang
dilaksanakan pada usia TK misalnya, diarahkan untuk lebih memfungsikan setiap
organ tubuh. Pada masa usia ini, otot-otot anak masih belum sempurna dan masih
belum proposional. Seiring dengan perkembangan aspek lain belum matang, maka
pendidikan pada usia ini difokuskan pada berfungsinya organ-organ tubuh sebagai
bekal melaksanakan tugas pendidikan.
Ketika
anak memasuki usia SD perkembangan fisik anak semakin proposional. Artinya
organ-organ tubuh serasi. Hal ini terbukti misalnya ukuran tangan kanan tidak
lebih panjang dari tangan kiri, ukura panjang kaki lebih serasi dengan ukuran
panjang badan dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka pendidikan dalam
konteks pengembangan kemampuan organ tubuh harus seimbang dengan tingkat
kematangan intelektual anak. Ketika anak memasuki usia remaja misalnya, usia
memasuki SLTP dan SLTA, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh semakin
sempurna, baik dilihat dari bentuk dan proposionalnya maupun dari kekuatannya.
Arti penting dari pendidikan pada masa ini adalah memberi keterampilan-keterampilan
yang berguna untuk kehidupannya kelak, sebab belajar keterampilan atau
motorlearning dapat dilakukan manakala seseorang telah memiliki kemampuan yang
melibatkan kemampuan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya secara baik dan
sempurna. Untuk anak yang tidak dapat memfungsikan fisiknya dengan baik akan
sulit mengebangkan keterampilan. Misalnya untuk anak yang memiliki kelainan
dalam perkembangan kaki akan sulit melatih keterampilan berlari; anak yang
tidak berkembang dalam memfungsikan telinga sebagai alat pendengaran akan sulit
melakukan latihan dalam mengenal nada-nada not sehingga akan sulit
mengembangkan keterampilan bernyanyi.
Dengan
demikian, melatih kemampuan fisik atau organ-organ tubuh setiap siswa sesuai
dengan taraf perkembangan mereka menjadi
begitu penting. Ketidaksempernaan pengembangan fungsi fisik anak akan
mempengaruhi aspek lainnya baik aspek kognitif maupun aspek moral.
2. Pembelajaran pengembangan aspek kognitif
Aspek
kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual yakni kemampuan anak dalam
menggunakan otak untuk berfikir. Kemampuan anak dalam menggunakan otak adalah
salah satu karakteristik yang dimiliki oleh manusia sehingga memembedakan
dengan manusia lain. Otak adalah bagian dari jaringan kabel listrik yang
menyebar keseluruh tubuh dan terus menerus mengirim dan menerima pesan (meiyer,
2002) dikatakan juga bahwa otak memiliki lebih dari 100.000 mil kabel kabel ini
desebut dengan akson dan dendrit mempunyai jutaan interaksi perdetik dengan
dirinya sendiri dengan jaringan yang disebarkan keseluruh dan dengan zat-zat
kimia yang diangkut melalui aliran darah. Memang sampai sekarang manusia belum
menemukan teori otak secara lengkap dan diterima oleh semua pihak. Otak adalah
misteri yang sulit untuk dipahami. Yang jelas karena kemampuan otak kehebatan
manusia itu ada.
Salah
satu teori juga mengatakan yaitu teori otak teriune yang berarti tree in one
(Davemeyer, 2002), menurut teori ini otak terdiri dari tiga bagian yaitu otak
reting, sistem linmik dan neokorteks, ketiga bagian otak terdapat pada gambar
dibawah ini.
v Otak reptil adalah otak yang paling sederhana. Tugas
utama otak ini adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis
seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Disinilah pusat perilaku
naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta. Otak
reptil diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar kekuasaan.
v Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan
besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat sosila
dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka
panjang.
v Nekorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya.
Misalnya mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan
masalah, merencanakan kedepan, dan berkreasi. Otak ini yang membuat manusia
berbeda dengan manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan.
Teori tang sangat
berpengaruh dalam mengembakan kemampuan dalam berpikir adalah teori
perkembangan kognitif yang dikemukan oleh piaget. Menurut Santrock (2007) ada
beberapa hal yang bisa dijadikan panduan dalam menerapkan teori piaget untuk
pendidikan seperti dikemukakan berikut :
a)
Gunakan pendekatan kontruktifistik ;
b)
Fasilitasi mereka untuk belajar;
c)
Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pikiran anak;
d)
Gunakan penilaina terus menerus;
e)
Tingkatkan kemampuan intelektual murid.
3.
Pendidkan moral siswa
Terdapat
bebeprapa hal yang berkaitan dengan pendidikan moral : yakni pendidikan
karakter, klarifikasi nilai, dan pendidikan moral kognitif.
a.
Pendidikan karakter
Merupakan
pendidikan yang bersentuhan langsung dengan pembentukan moral anak. Pendidikan
karakter adalah proses mengajari anak dengan pengetahuan moral dasar untuk
mencegah mereka melakukan tindakan-tindakan tak bermoral yang membahayakan
orang lain dan membahayakn dirinya sendiri seperti perlilaku berbohong, menipu
dan mencuri.
b.
Klarifikasi nilai
Merupakan
proses memberikan bantuan kepada setiap anak untuk memahami dan menyadari
(mengklarifikasi) untuk apa hidup serta mengklarifikasi bentuk-bentuk perilaku
apa yang layak dikerjakan. Dalam pendekatan ini, anak didirong untuk
mendefinisikan nilai diri mereka sendiri dan memahami nilai diri orang lain.
c.
Pendidikan moral kognitif
Adalah
pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal
seperti keadilan saat moral mereka berkembang. ( Santrock, 2007).
Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan moral anak
dalam proses pendidikan disekolah seperti yang dikemukana Honigh dan Wittner
(1996) sebagai berikut:
a)
Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
b)
Jadilah contoh perilaku proposial
c)
Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku anti sosial
d)
Antu siswa siswa untuk menentukan dan memahami perasaan orang lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas dapat di simmpulkan bahwa: terdapat keunikan-keunikan yang
terjadi pada diri manusia.
a. Manusia berbeda dengan manusia yang lain, seperti halnya binatang maupun tumbuhan, perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya.
b. Baik secara fisiologis atau pun psikologis manusia adalah makhluk yang statis,
akan tetapi makhluk yang dinamis,
makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan.
c. Dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakteristik yang
berbeda.
Ada 3 perkembangan yang terjadi pada setiap manusia, yakni perkembangan motoric,
kognitif dan perkembangan social dan
moral.
Penerapan Setiap Aspek Perkembangan Dalam Proses
Pembelajaran untuk Melatih kemampuan dan pengembangan fisik,
Pembelajaran pengembangan aspek kognitif,
dan Pendidkan moral siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya Wina.
2011. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sumanto.
2014. Psikologi Perkembangan Fungsi dan
Teori. Yogyakarta: CAPS
No comments:
Post a Comment