BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengajaran
merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan
kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem
terdiri dari berbagai komponen berupa
tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan
menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari
siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat
pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar.
Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah
mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Istilah
penilaian, pengukuran, assement dan evaluasi sering dirancukan. Selain itu guru
dalam menyusun instrument penilaian sering tidak memahami tahap yang tepat
sehingga instrumen tersbut menjadi tida terstandar. Berangkat dari hal tersebut
kami berkenan menyusun tulisan berjudul “pengembangan alat evaluasi” dengan
urutan pembahasan sebagai berikut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
konsep dasar evaluasi pembelajaran?
2.
Apa
saja fungsi dan jenis-jenis evaluasi pembelajaran?
3.
Apa
saja cara-cara yang dapat digunakan dalam evaluasi?
4.
Bagaianakah
teknik mengembangkan alat evaluasi?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
konsep dasar evaluasi pembelajaran.
2.
Mengetahui
fungsi dan jenis-jenis evaluasi pembelajaran.
3.
Mengetahui
cara-cara yang dapat digunakan dalam evaluasi.
4.
Mengetahui
teknik mengembangkan alat evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi
sering digunakan dalam pendidikan. Dalam konteks ini, evaluasi berarti
penilaian atau pengukuran. Namun, banyak dari kita yang belum memahami secara
tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Bahkan, banyak orang
mengartikan ketiganya dengan satu pengertian yang sama. Hal ini karena orang
hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai. Karena biasanya,
aktivitas mengukur sudah termasuk di dalamnya. Pengukuran, penilaian, dan
evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan
dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara berurutan.
Pengukuran pada
dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik.
Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu
objek. Selain itu, pengukuran juga pada dasarnya merupakan kuantifikasi suatu
objek tau gejala. Semua gejala atau objek dinyatakan dalam bentuk angka atau
skor, dan objek yang diukur bisa berupafisik maupun non fisik.[1]
Pengukuran
objek fisik seperti berat badan, tinggi badan, luas lapangan, jumlah siswa, dan
lainsebagainy dilakukan secara langsug. Sedangkan objek non fisik misalnya
prestasi belajar, prestasi kerja, kejujuran, percaya diri dilakukan secara
tidak langsung, yaitu melalui pemberian stimulus.
Atau dengan
kata lain, pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas tertentu. Dalam pengukuran harus menggunakan alat ukur
(tes atau non- tes). Alat ukur tersebut harus memiliki derajat validitas dan
reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-
variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.[2]
Kegiatan
evaluasi hasil belajar memerlukan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran.
Kegiatanpengukuran memerlukan instrument yang diharapkan menghasilkan data yang
shahih dan andal. Kegiatan pengukuran dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
dalam bentuk tugas- tugas rumah, kuis, ulangan tengah semester, dan akhir
semester[3].
Istilah
penilaian merupakan alih bahasa dari assessment,
bukan dari istilah evaluation.
Depdikbud mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan
hasil yang telah dicapai siswa. Kata “menyeluruh” disini mengandung arti bahwa
penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu
saja, tetapi juga mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai.
Sedangkan
Gronlund mengartikan penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari
pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/ data untuk menentukan sejauh
mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses atau kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan- keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu.[4]
Penilaian harus
dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan proses
dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan untuk menilai hasil
belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan
belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus
digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip
pedagogis.[5]
Selanjutnya,
tentang istilah evaluasi. Secara harfiah, evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “evaluation”. Sedangkan dalam Bahasa Arab
yakni “at- taqdir”yang berarti
penilaian atau penaksiran.
Berikut ini
beberapa pengertian evaluasi dari para ahli.
1.
Menurut
Cross, evaluasi meruapakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan
telah dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi
dengan tujuan suatu kegiatan mengukur derajat, di mana suatu tujuan dapat
dicapai. Sebenarnya, evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti,
mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil
keputusan.[6]
2.
Stufflebeam,
mendefinisikan evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.[7]
3.
Menurut
Bloom, evaluasi adalahpengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan
apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan
sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.[8]
4.
Zainul
dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai proses
pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non- tes.[9]
5.
Arikunto
mengungkapkan bahwa evaluasiadalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
mengukur keberhasilan program pendidikan.[10]
Atau
singkatnya, evaluasi adalah suatu proses
untuk menggambarkan siswa dan menimbanya dari segi nilai dan arti.
Berdasarkan
pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipahami lebih lanjut:
1.
Evaluasi
adalah suatu proses, bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu. Baik yang menyangkut nilai atau
arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu
adalahevaluasi. Memebahas evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai
kualitas sesuatu.
2.
Tujuan
evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti.
3.
Dalam
proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan . melalui pertimbangan inilah
ditentukan nilai dan arti/ makna dari sesuatu yang sedang dievaluasi.
4.
Pemberian
pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu.
Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah
suatu prosesyang adapat diklasifikasikan sebagai evaluasi.
Berdasarkan
uraian di atas, makadapat diambil kesimpulan tentang perbedaan antara evaluasi,
pengukuran, dan penilaian dalam pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria judgment atau
tindakan dalam pembelajaran. Sedangkan penilaian dalam pembelajaran ialah suatu
usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,
serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah dicapai
oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Sementara itu, pengukuran
merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang
bersifat numerik.[11]
Merancang alat evaluasi
merupakan salah satu langkah yang tidak boleh ditinggalkan dalam perencanaan
desine pembelajaran.Melalui evaluasi yang tepat bukan saja kita dapat
menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran,akan tetapi juga
sekaligus dapat melihat efektivitas program desine yang kita rencanakan.Hamalik
menjelaskan betapa pentingnya perencanaan evaluasi sebagai berikut:
Pertama, rencana evaluasi membantu kita untuk menetukan apakah
tujuan telah dirumuskan dalam artian tingkah laku.Hal ini akan memudahkan
perencanaan suatu tes untuk mengukur prestasi belajar siswa.Selanjutnya ia
mengatakan bahawa penulisan suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa dan
jika perlu mengadakan revisi sebelum kita merancang pengajaran.
Kedua, berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada itu,selanjutnya
kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.Dengan
informasi itu dapat diketahui apakah siswa telah memahami tujuan,apakah mereka
telah mencapainya dan sebagainya.
Ketiga, rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk
merancang tes.Untuk menyuusun suatu tes yang baik,diperluakan persiapan yang
matang yang mungkin akan menyita waktu yang cukup banyak.
Atas dasar ketiga hal
tersebut,kemampuan untuk mengembangkan alat evaluasi merupakan suatu keharusan
bagi seorang desiner pembelajar.
B.
Fungsi
dan Jenis-Jenis Evaluasi pembelajaran
Melalui evaluasi yang tepat kita dapat
mengukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
1.
Fungsi
evaluasi
Ada beberapa fungsi evaluasi antara lain:
a.
Dari
hasil evaluasi siswa dapat menentukan arus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukan
b.
Siswa
akan tahu bagaimana yang akan dipelajari dan bagaimana yang tidak dipelajari
c.
Evaluasi
memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum. Informasi ini sangat
dibutuhkan untuk guru maupun pengembang kurikulum untuk perbaikan program
selanjutnya
d.
Evaluasi
berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan
tujuan khusus yang ingin dicapai
2.
Jenis-Jenis
Evaluasi
Sehubungan dengan fungsi-fungsi evaluasi, maka ditentukan sejumlah
jenis penilaian sebagai berikut.
a.
Evaluasi
sumatif, yakni untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa. Oleh
karena itu,evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan siswa setelah
berakhirnya suatu program pembelajaran, maka evaluasi sumatif biasanya
dilakukan pada akhir semester.
b.
Evaluasi
penempatan, yakni menempatkan para siswa dalam situasi belajar mengajar yang
serasi.
c.
Evaluasi
diagnostik untuk membantu para siswa mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang
mereka hadapi.
d.
Evaluasi
formatif berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat kemajuan belajar
siswa. Print (1993) menjelaskan: formatif
evaluation is directed toward providing information on learner
performance at one on more point during the learning process. Oleh karena
evaluasi dilakukan selama program pembelajaran berlangsung, maka dari itu
evaluasi dapat pula berfungsi sebagai memperbaiki proses pembelajaran. Artinya,hasil
dari evaluasi tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam
upaya memperbaiki kinerjanya.
3.
Evaluasi
pada Akhir Caturwulan, Tahun Ajaran (EBTA), dan Keseluruhan Program Pengajaran
Evaluasi
itu berlangsung dalam jangka panjang. Tujuan dari penilaian tersebut untuk
menentukan kemajuan belajar masing-masing siswa. Hasil penilaian itu penting
sebagai laporan kepada orang tua dan untuk menentukan kenakan serta kelulusan
siswa. Evaluasi sumatif bermaksud menilai keseluruhan aspek perubahan tingkah
laku siswa yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil
evaluasi formatif dan sumatif berguna dalam rangka kegiatan diagnostik dan
penempatan siswa. Diagnostik berfungsi sebagai pemberian bimbingan kepada siswa
yang menghadapi kesulitan belajar. Penempatan siswa berkenaan dengan penentuan
diterima atau tidaknya siswa pada sekolah tertentu, penempatan di sekolah, dan
di kelas yang sesuai dengan informasi tentang siswa yang bersangkutan.
4.
Ujian
nasional
Ada beberapa
alasan UN didukung antara lain :
Pertama,UN
adalah alat untuk mengukur dan mendongkrak kualitas pendidikan,dengan asumsi
penyelenggaraan UN dapat memacu kinerja sekolah untuk mencapai standar
kelulusan yang ditetapkan pusat.
Kedua,dalam
sebuah negara yang begitu luas dengan berbagai karakteristik dan budaya yang
berbeda,UN dapat dianggap sebagai kontrol dan alat pemersatu bangsa.
Ketiga,melalui
penyelenggaraan Ujian Nasional ini dapat meningkatkan persaingan antar sekolah
dan ujungnya persaingan antar daerah dalam meningkatkan kinerja.
Keempat,UN
juga dapat dijadikan sebagai alat akuntabilitas pndidikan dewasa ini kepada
masyarakat.
Adapun sisi negatif yang dpat ditimbulkan
dari diadakannya UN antara lain: Pertama,menumpulkan
kurikulum dengan penekanan lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian
berfikirdan memcahkan masalah.
Kedua,mengajar demi ujian.Guru mengajar
pengetahuan dan keahlian yang akan diujikan saja.
Ketiga,diskriminasi.Disadari
atau tidak,kelulusan siswa yang ditentukan oleh hasil UN menimbulkan
diskriminasi bagi siswa dan sekolah khususnya siswa yang berasal dari kelas
sosial ekonomi rendah dan sekolah yang ada jauh dari kualitas kota yang tinggi.
C.
Cara-cara
dalam evaluasi
Tes hasil belajar dapat dibedakan atass
beberapa jenis antara lain tes kelompok dengan tes individu. Dilihat dari cara
penyusunananya tes dijeniskan menjadi dua juga anatara lain tes hasil buata
guru dengan tes standar. Tes buatan guru biasanya tidak mementingkan tingkat
validitas dan reabilitas. Hal ini dikarenakan tes yang dibikin guru mencangkup
materi yang terbatas. Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tersebut tes standar dapat
memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan datang. Tes ini
biasanya dgunakan untuk menyeleksi, misalnya penerimaan mahasiswa baru dan
penerimaan pegawai dsb.
Dilihat dari cara pelaksanaannya,tes dapat
dibedakan menjadi tes tulis,tes lisan dan tes perbuatan.
1.
Tes
tertulis
Dalam melaksanakan
tes tertulis, guru menyiapkan butir-butir tes secara tertulis dan para
siswa pun memberikan jawaban secara
tertulis pula. Evaluasi secara tertulis ini dapat dilaksanakan dalam tes bentuk
objektif dan tes bentuk uraian. Tes
bentuk objektif dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
a.
Tes
benar/salah.
Soal
ini dibuat dalam bentuk pertanyaan. Tugas murid menetapkan apakah pertanyaan
itu benar atau salah. Agar tidak terjadi kekacauan dalam menentukan pilihan,
soal tes hendaknya secara tegas membedakan benar dan salahnya suatu pernyataan
berdasarkan konsep tertentu.
Contoh
:
Lingkarilah
B bila pernyataan ini benar,atau S bila pernyataan tersebut salah.
B-S
1.Semua benda dapat mengantarkan arus listrik
b.
Tes
pilihan ganda.
Bentuk
so’al ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban,satu diantaranya daalah
jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar itu dari
sejumlah kemungkinan yang tersedia, contoh: pilihlah satu kemungkinan jawaban
yang benar dengan melingkari huruf A, B, C atau D yang terdapat di depan
jawaban tersebut. Contoh : yang dimaksud dengan organisasai adalah.
a.
Pindahnya
penduduk dari pulau ke pulau
b.
Pindahnya
penduduk dari satu negara ke negara lain
c.
Pindahnya
penduduk dari desa ke dessa
d.
Pindahnya
penduduk dari kota ke desa
c.
Tes
menjodohkan.
Dalam
bentuk ini,siswa diminta menjoohkan secara tepat setip butir so,al dengan
pasangannya pada kemungkinan jawaban.
Contoh:
Jodohkan
butir so’al bagian A dengan B
Bagian
A
1. filifina
2. malaysia
3. muangthai
4. jepang
Bagian
B
a. bangkok
b. manila
c. bejing
d. kuala
lumpur
e. tokyo
bentuk
so’al ini harus mencantumkan penjodoh yang lebih banyak dari jumlah butir soal.
d.
Tes
melengkapi/jawaban singkat.
Bentuk
ini terdiri dari serangkaian pernyataan/paragraf yang dihilangkan sebagian
unsurnya,sehingga tidak lengkap.Siswa diminta melengkapi element atau paragraf
tersebut.
Contoh:
Bintang
bersel tunggal disebut....
e.
Tes
bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraikan apa yang
terdapat dalam pikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Adapun
tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
a.
Tes uraian
terbatas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan bentuk uraian yang
terarah.
Contoh
: sebutkan ciri-ciri seorang pemimpin yang bersifat diktator.
Tes
uraian terbatas lebih mudah memeriksanya, karena dapat (lebih mudah) ditetapkan standar jawaban yang
benar.
Tes
bentuk uraian ini umumnya dianggap tepat apabila kita akan mengevaluasi
kemampuan siswa dalam :
1)
Menganalisis
masalah secara ilmiah.
2)
Menarik
kesimpulan tentang sesuatu.
3)
Menyusun
gagasan secara konseptual.
4)
Melukiskan
suatu proses.
5)
Menguraikan
sebab-akibat.
6)
Mendiskusikan
masalah.
b.
Tes uraian
bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
Contoh
: Apa yang akan terjadi apabila pemerintah suatu negara dipimpin oleh seorang
diktator?
Siswa
akan menjawab secara bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kelemahan
bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab jawaban
sifatnya beraneka ragam.
2.
Tes
lisan
Dalam melaksanakan
tes lisan ini, guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung
diminta menjawab secara lisan pula. Tes ini dapat dilaksanakan baik secara
individual maupun secara kelompok, namun pada umumnya dilakukan secara
individual. Tes ini mudah dilakukan jika jumlah siswa yang dinilai cukup
terbatas.
3.
Tes
perbuatan
Dalam tes ini
siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan jenis
keterampilan yang terkandung dalam TIK. Tes yang diberikan guru dalam praktek
pelajaran Olahraga, Keterampilan, dan sejenisnya adalah contoh-contoh dari tes
perbuatan. Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada
siswa, misalnya :
a.
Siswa
diminta melakukan lompat tinggi.
b.
Siswa
diminta membuat patung dari tanah liat.
D.
Teknik Mengembangkan instrument / Alat penilaian (assesment)
Lebih lanjut, Dalam
buku panduan asesmen yang diterbitkan BSNP (2007), teknik asesmen adalah
sebagai berikut[12]:
1. Tes
tertulis merupakan suatu teknik asesmen yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,
benar-salah dan menjodohkan, sedangkan
tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian.
2. Observasi
atau pengamatan adalah teknik asesmen yang dilakukan dengan menggunakan indera
secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang akan diamati.
3.
Tes
praktik atau tes kinerja adalah teknik asesmen yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes tulis
keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi dan tes praktik kerja. Tes tulis
keterampilan digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik yang
diekspresikan dalam kertas, misalnya peserta didik diminta untuk membuat desain
atau sketsa gambar.
4. Penugasan
merupakan suatu teknik asesmen yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan
tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penu-gasan dapat diberikan
dalam bentuk individual atau kelompok.
Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa proyek. Pekerjaan
rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan
kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan melakukan latihan. Proyek adalah
suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pela-poran
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data
lapangan.
5. Tes
lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara pe-serta didik
dengan seorang atau beberapa penguji.
Pertanyaan dan jawab-an diberikan secara lisan dan spontan. Tes jenis
ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penyekoran.
6. Asesmen
portofolio merupakan asesmen yang dilakukan dengan cara menilai portofolio
peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengeta-hui minat, perkembangan,
prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
7. Jurnal
merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi nformasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap
peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
8.
Asesmen
diri merupakan teknik asesmen dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang
menjadi tujuan pembelajaran.
9. Asesmen
antar teman merupakan teknik asesmen dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal. Untuk itu
perlu ada pedoman asesmen antarteman yang memuat indikator perilaku yang
dinilai.
Sebelum
mengemukakan langkah-langkah dalam mengembangkan instrument penilaian. Berikut
dijabarkan prosedur umum yang dilakukan di dalam melakukan assesment. Tahapan
pokok dalam proses asesmen meliputi tiga tahapan, yaitu 1) tahap persiapan; 2)
tahap pengumpulan informasi; dan 3) tahap pertimbangan. Langkah-langkah dalam
penilaian tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini.
(Gambar 1.
Langkah-Langkah Proses Penilaian)
Pada tahap
perencanaan pertama kali yang kita lakukan adalah menentukan apa yang hendak
kita nilai apakah menilai aspek kognitif, afektif atau psikomotor (contoh
:aspek kognitif). Selanjutnya menentukan jenis instrument yang akan kita
gunakan sesuai dengan aspek yang telah ditentukan (contoh: tes tulis).
Instrument bukanlah sesuatu yang muncul dengan mudah dan asal-asalan, akan
tetapi melewati serangkaian proses. Proses tersebut diantaranya menyusun
kisi-kisi, menulis butir soal/pernyataan, membuat pedoman penskroran atau rubrik
penilaian, serta menguji soal.
1. Menyusun Kisi-kisi :
Kisi-kisi merupakan pemetaan soal yang diturunkan dari indikator pembelajaran
yang telah ditetapkan, tujuannya adalah untuk menjaga kesesuaian apa yang
diajar dengan apa yang hendak di ukur melalui instrument. Hal yang perlu
diingat dalam menyusun butir soal pada kisi kisi adalah memperhatikan kata
operasional yang digunakan untuk tetap sesuai dengan ranah dan jenjangnya.
Contoh kisi-kisi instrument penilaian dalam bentuk tes tertulis dapat dilihat
pada lampiran satu.
2. Menulis Soal : setelah
membuat kisi-kisi barulah soal ditulis dan diurutkan sesuai dengan nomor soal
3. Membuat kunci jawaban atau rubrik penilaian: kunci jawaban diterapkan pada jenis instrument berbentuk tes
objektif. Sementara rubrik penilaian diterapkan pada jenis instrument berbentuk
tes uraian dan penilaian non tes lainnya. Fungsinya adalah sebagai patokan
kualitas jawaban siswa. Contoh dapat dilihat pada lampiran dua.
4. Membuat pedoman penskoran :
merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan skor siswa. Rumus yang sering
dipakai biasanya sebagai berikut.
5. Membuat Pedoman penilaian : merupakan
acuan kita untuk menilai apakah skor yang dicapai siswa dapat dikatakan lulus
atau tidak, baik atau buruk, dan kriteria-kriteria kualitatif lainnya. Teknik
yang dipakai terdiri atas dua jenis yakni penilaian acuan patokan (PAP) dan
penilaian acuan normatif (PAN). PAP merupakan teknik yang menggunakan suatu
acuan yang telah ditetapkan sebelumnya seperti KKM, artinya skor siswa akan
kita bandingkan dengan KKM untuk menentukan lulus tidaknya. Sementara PAN
membandingkan skor siswa dengan skor rata-rata siswa pada kelompoknya, artinya
artinya siswa dikatakan lulus apabila mencapai skor ≥ skor rata-rata kelas.
6. Menguji soal : setelah komponen diatas terpenuhi, instrument tidak serta-merta
dapat langsung digunakan, akan tetapi harus diuji terlebih dahulu validitas dan
reabilitasnya. Di dalam buku Ensyclopedia of Educational Evaluation yang di
tulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is
valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih
kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak di ukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” di sebut dengan istilah
“sahih”. Uji Validitas dibagi dua yakni validitas logis dan validitas
empiris. Validitas logis adalah menguji
keterbacaan instrument atau konstruksi kebahasaan instrument dengan melibatkan
ahli. Validitas empiris adalah menguji keterlaksanaan instrument, artinya
instrument yang telah disusun diujicoakan secara langsung pada siswa kemudian
skor siswa diuji menggunakan rumus tertentu yakni r product momonet. Contoh penggunaan rumus ini dapat dilihat pada
lampiran tiga. Hasil dari ujicoba empiris dapat juga digunakan untuk melakukan
uji reabilitas instrument. Reablilitas
dapat diartikan keajegan instrument dalam mengukur. Contoh dapat dilihat pada
lampiran empat.
Setelah
instrument disusun berdasarkan urutan diatas maka instrument yang kita buat
dapat dikatakan telah terstandar.
Selanjutnya kita dapat melaksanakan pengukuran menggunakan instrument
tersebut untuk mengetahui hasil belajar siswa kita. Hasil dari pengukuuran
tentunya berupa satuan kuantitatif atau angka. Sehingga untuk menjudgement
angka tersebut kita harus melakukan
pertimbangan berdasarkan pedoman penilaian yang telah kita buat. Kemudian
berdasarkan hasil penilaian tersebut kita dapat membuat keputusan-keputusan
untuk pembelajaran selanjutnya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Evaluasi
merupakan proses pengukuran penilaian. Pengukuran terjadi ketika kita
memperoleh hasil belajar siswa berbentuk angka (kuantitatif). Penilaian terjadi
ketika kita menterjemahkan skor hasil belajar siswa kedalam satuan kualitatif.
Untuk dapat mengukur dengan baik maka kita memerlukan instrument terstandar
yang melewati rangkaian proses yang sistematis.
B.
Saran
Penulis
menyadari bahawa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran perbaikan sebagai acuan untuk membuat
makalah selanjunta. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya
dalam penyusunan evaluasi pembelajaran. Untuk memahami topik dalam tulisan ini
secara mendalam, disarankan untuk membaca berbagai refrensi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amri Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya
Arifin Zainal. 2012.
Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Model Penilaian
Kelas, Jakarta: Depdiknas
Mardapi Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Pendidikan. Yogyakarta:Nuha Medika
Oemar Hamalik. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Cet-10. Jakarta : PT Bumi Aksara
Rizema Putra Sitiatava. 2013.
Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Yogyakarta: Diva Press,
R. Ibrahim dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta
[1] Djemari
Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta:Nuha
Medika, 2012), h. 7.
[2] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke- 4, h.
4.
[3] Djemari
Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, h. 9
[4] Zainal
Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 4.
[5] Ibid.,
h. 5.
[6] Sofan Amri,
Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, ( Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya, 2013), h. 207.
[7] Sitiatava
Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), h. 73.
[8] Ibid.
[9] Ibid
[10] Ibid., h.74
[11] Ibid.,
h.17
[12] Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Model Penilaian Kelas, Jakarta:
Depdiknas
No comments:
Post a Comment