Saturday, 24 February 2018

MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari  berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Istilah penilaian, pengukuran, assement dan evaluasi sering dirancukan. Selain itu guru dalam menyusun instrument penilaian sering tidak memahami tahap yang tepat sehingga instrumen tersbut menjadi tida terstandar. Berangkat dari hal tersebut kami berkenan menyusun tulisan berjudul “pengembangan alat evaluasi” dengan urutan pembahasan sebagai berikut.
B.     Rumusan Masalah
   1.      Bagaimanakah konsep dasar evaluasi pembelajaran?
   2.      Apa saja fungsi dan jenis-jenis evaluasi pembelajaran?
   3.      Apa saja cara-cara yang dapat digunakan dalam evaluasi?
   4.      Bagaianakah teknik mengembangkan alat evaluasi?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar evaluasi pembelajaran.
2.      Mengetahui fungsi dan jenis-jenis evaluasi pembelajaran.
3.      Mengetahui cara-cara yang dapat digunakan dalam evaluasi.
4.      Mengetahui teknik mengembangkan alat evaluasi.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi sering digunakan dalam pendidikan. Dalam konteks ini, evaluasi berarti penilaian atau pengukuran. Namun, banyak dari kita yang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Bahkan, banyak orang mengartikan ketiganya dengan satu pengertian yang sama. Hal ini karena orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai. Karena biasanya, aktivitas mengukur sudah termasuk di dalamnya. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara berurutan.
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Selain itu, pengukuran juga pada dasarnya merupakan kuantifikasi suatu objek tau gejala. Semua gejala atau objek dinyatakan dalam bentuk angka atau skor, dan objek yang diukur bisa berupafisik maupun non fisik.[1]
Pengukuran objek fisik seperti berat badan, tinggi badan, luas lapangan, jumlah siswa, dan lainsebagainy dilakukan secara langsug. Sedangkan objek non fisik misalnya prestasi belajar, prestasi kerja, kejujuran, percaya diri dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pemberian stimulus.
Atau dengan kata lain, pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas tertentu. Dalam pengukuran harus menggunakan alat ukur (tes atau non- tes). Alat ukur tersebut harus memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel- variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.[2]
Kegiatan evaluasi hasil belajar memerlukan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran. Kegiatanpengukuran memerlukan instrument yang diharapkan menghasilkan data yang shahih dan andal. Kegiatan pengukuran dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk tugas- tugas rumah, kuis, ulangan tengah semester, dan akhir semester[3].
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari assessment, bukan dari istilah evaluation. Depdikbud mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Kata “menyeluruh” disini mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi juga mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai.
Sedangkan Gronlund mengartikan penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/ data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan- keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.[4]
Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan untuk menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis.[5]
Selanjutnya, tentang istilah evaluasi. Secara harfiah, evaluasi  berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “evaluation”. Sedangkan dalam Bahasa Arab yakni “at- taqdir”yang berarti penilaian atau penaksiran.
Berikut ini beberapa pengertian evaluasi dari para ahli.
1.      Menurut Cross, evaluasi meruapakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan mengukur derajat, di mana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya, evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil keputusan.[6]
2.      Stufflebeam, mendefinisikan evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.[7]
3.      Menurut Bloom, evaluasi adalahpengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.[8]
4.      Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non- tes.[9]
5.      Arikunto mengungkapkan bahwa evaluasiadalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.[10]
Atau singkatnya, evaluasi  adalah suatu proses untuk menggambarkan siswa dan menimbanya dari segi nilai dan arti.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipahami lebih lanjut:
1.      Evaluasi adalah suatu proses, bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu. Baik yang menyangkut nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalahevaluasi. Memebahas evaluasi berarti mempelajari bagaimana  proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.
2.      Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
3.      Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan . melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti/ makna dari sesuatu yang sedang dievaluasi.
4.      Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu prosesyang adapat diklasifikasikan sebagai evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, makadapat diambil kesimpulan tentang perbedaan antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian dalam pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria judgment atau tindakan dalam pembelajaran. Sedangkan penilaian dalam pembelajaran ialah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Sementara itu, pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.[11]
      Merancang alat evaluasi merupakan salah satu langkah yang tidak boleh ditinggalkan dalam perencanaan desine pembelajaran.Melalui evaluasi yang tepat bukan saja kita dapat menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran,akan tetapi juga sekaligus dapat melihat efektivitas program desine yang kita rencanakan.Hamalik menjelaskan betapa pentingnya perencanaan evaluasi sebagai berikut:
      Pertama, rencana evaluasi membantu kita untuk menetukan apakah tujuan telah dirumuskan dalam artian tingkah laku.Hal ini akan memudahkan perencanaan suatu tes untuk mengukur prestasi belajar siswa.Selanjutnya ia mengatakan bahawa penulisan suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa dan jika perlu mengadakan revisi sebelum kita merancang pengajaran.
      Kedua, berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada itu,selanjutnya kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.Dengan informasi itu dapat diketahui apakah siswa telah memahami tujuan,apakah mereka telah mencapainya dan sebagainya.
      Ketiga, rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes.Untuk menyuusun suatu tes yang baik,diperluakan persiapan yang matang yang mungkin akan menyita waktu yang cukup banyak.
      Atas dasar ketiga hal tersebut,kemampuan untuk mengembangkan alat evaluasi merupakan suatu keharusan bagi seorang desiner pembelajar.
B.     Fungsi dan Jenis-Jenis  Evaluasi pembelajaran
      Melalui evaluasi yang tepat kita dapat mengukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
1.      Fungsi evaluasi
      Ada beberapa fungsi evaluasi antara lain:
a.       Dari hasil evaluasi siswa dapat menentukan arus bagaimana proses  pembelajaran yang perlu dilakukan
b.      Siswa akan tahu bagaimana yang akan dipelajari dan bagaimana yang tidak dipelajari
c.       Evaluasi memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan untuk guru maupun pengembang kurikulum untuk perbaikan program selanjutnya
d.      Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai
2.      Jenis-Jenis Evaluasi
Sehubungan dengan fungsi-fungsi evaluasi, maka ditentukan sejumlah jenis penilaian sebagai berikut.
a.       Evaluasi sumatif, yakni untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa. Oleh karena itu,evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan siswa setelah berakhirnya suatu program pembelajaran, maka evaluasi sumatif biasanya dilakukan pada akhir semester.
b.      Evaluasi penempatan, yakni menempatkan para siswa dalam situasi belajar mengajar yang serasi.
c.       Evaluasi diagnostik untuk membantu para siswa mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang mereka hadapi.
d.      Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Evaluasi formatif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk melihat kemajuan belajar siswa. Print (1993) menjelaskan: formatif  evaluation is directed toward providing information on learner performance at one on more point during the learning process. Oleh karena evaluasi dilakukan selama program pembelajaran berlangsung, maka dari itu evaluasi dapat pula berfungsi sebagai memperbaiki proses pembelajaran. Artinya,hasil dari evaluasi tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya memperbaiki kinerjanya.
3.      Evaluasi pada Akhir Caturwulan, Tahun Ajaran (EBTA), dan Keseluruhan Program Pengajaran
Evaluasi itu berlangsung dalam jangka panjang. Tujuan dari penilaian tersebut untuk menentukan kemajuan belajar masing-masing siswa. Hasil penilaian itu penting sebagai laporan kepada orang tua dan untuk menentukan kenakan serta kelulusan siswa. Evaluasi sumatif bermaksud menilai keseluruhan aspek perubahan tingkah laku siswa yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil evaluasi formatif dan sumatif berguna dalam rangka kegiatan diagnostik dan penempatan siswa. Diagnostik berfungsi sebagai pemberian bimbingan kepada siswa yang menghadapi kesulitan belajar. Penempatan siswa berkenaan dengan penentuan diterima atau tidaknya siswa pada sekolah tertentu, penempatan di sekolah, dan di kelas yang sesuai dengan informasi tentang siswa yang bersangkutan.
4.      Ujian nasional
            Ada beberapa alasan UN didukung antara lain :
      Pertama,UN adalah alat untuk mengukur dan mendongkrak kualitas pendidikan,dengan asumsi penyelenggaraan UN dapat memacu kinerja sekolah untuk mencapai standar kelulusan yang ditetapkan pusat.
      Kedua,dalam sebuah negara yang begitu luas dengan berbagai karakteristik dan budaya yang berbeda,UN dapat dianggap sebagai kontrol dan alat pemersatu bangsa.
      Ketiga,melalui penyelenggaraan Ujian Nasional ini dapat meningkatkan persaingan antar sekolah dan ujungnya persaingan antar daerah dalam meningkatkan kinerja.
      Keempat,UN juga dapat dijadikan sebagai alat akuntabilitas pndidikan dewasa ini kepada masyarakat.
      Adapun sisi negatif yang dpat ditimbulkan dari diadakannya UN antara lain:       Pertama,menumpulkan kurikulum dengan penekanan lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian berfikirdan memcahkan masalah.
      Kedua,mengajar demi ujian.Guru mengajar pengetahuan dan keahlian yang akan diujikan saja.
Ketiga,diskriminasi.Disadari atau tidak,kelulusan siswa yang ditentukan oleh hasil UN menimbulkan diskriminasi bagi siswa dan sekolah khususnya siswa yang berasal dari kelas sosial ekonomi rendah dan sekolah yang ada jauh dari kualitas kota yang tinggi.
C.     Cara-cara dalam evaluasi
      Tes hasil belajar dapat dibedakan atass beberapa jenis antara lain tes kelompok dengan tes individu. Dilihat dari cara penyusunananya tes dijeniskan menjadi dua juga anatara lain tes hasil buata guru dengan tes standar. Tes buatan guru biasanya tidak mementingkan tingkat validitas dan reabilitas. Hal ini dikarenakan tes yang dibikin guru mencangkup materi yang terbatas. Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tersebut tes standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan datang. Tes ini biasanya dgunakan untuk menyeleksi, misalnya penerimaan mahasiswa baru dan penerimaan pegawai dsb.
      Dilihat dari cara pelaksanaannya,tes dapat dibedakan menjadi tes tulis,tes lisan dan tes perbuatan.
1.      Tes tertulis
            Dalam melaksanakan tes tertulis, guru menyiapkan butir-butir tes secara tertulis dan para siswa  pun memberikan jawaban secara tertulis pula. Evaluasi secara tertulis ini dapat dilaksanakan dalam tes bentuk objektif dan tes bentuk uraian.  Tes bentuk objektif dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
a.       Tes benar/salah.
Soal ini dibuat dalam bentuk pertanyaan. Tugas murid menetapkan apakah pertanyaan itu benar atau salah. Agar tidak terjadi kekacauan dalam menentukan pilihan, soal tes hendaknya secara tegas membedakan benar dan salahnya suatu pernyataan berdasarkan konsep tertentu.
Contoh :
Lingkarilah B bila pernyataan ini benar,atau S bila pernyataan tersebut salah.
B-S 1.Semua benda dapat mengantarkan arus listrik
b.      Tes pilihan ganda.
Bentuk so’al ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban,satu diantaranya daalah jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar itu dari sejumlah kemungkinan yang tersedia, contoh: pilihlah satu kemungkinan jawaban yang benar dengan melingkari huruf A, B, C atau D yang terdapat di depan jawaban tersebut. Contoh : yang dimaksud dengan organisasai adalah.
a.       Pindahnya penduduk dari pulau ke pulau
b.      Pindahnya penduduk dari satu negara ke negara lain
c.       Pindahnya penduduk dari desa ke dessa
d.      Pindahnya penduduk dari kota ke desa

c.       Tes menjodohkan.
Dalam bentuk ini,siswa diminta menjoohkan secara tepat setip butir so,al dengan pasangannya pada kemungkinan jawaban.
Contoh:
Jodohkan butir so’al bagian A dengan B
Bagian A
1. filifina
2. malaysia
3. muangthai
4. jepang
Bagian B
a. bangkok
b. manila
c. bejing
d. kuala lumpur
e. tokyo
bentuk so’al ini harus mencantumkan penjodoh yang lebih banyak dari jumlah butir soal.
d.      Tes melengkapi/jawaban singkat.
Bentuk ini terdiri dari serangkaian pernyataan/paragraf yang dihilangkan sebagian unsurnya,sehingga tidak lengkap.Siswa diminta melengkapi element atau paragraf tersebut.
Contoh:
Bintang bersel tunggal disebut....
e.       Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraikan apa yang terdapat dalam pikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Adapun tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
a.                 Tes uraian terbatas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan bentuk uraian yang terarah.
Contoh : sebutkan ciri-ciri seorang pemimpin yang bersifat diktator.
Tes uraian terbatas lebih mudah memeriksanya, karena dapat  (lebih mudah) ditetapkan standar jawaban yang benar.
Tes bentuk uraian ini umumnya dianggap tepat apabila kita akan mengevaluasi kemampuan siswa dalam :
1)      Menganalisis masalah secara ilmiah.
2)      Menarik kesimpulan tentang sesuatu.
3)      Menyusun gagasan secara konseptual.
4)      Melukiskan suatu proses.
5)      Menguraikan sebab-akibat.
6)      Mendiskusikan masalah.
b.      Tes uraian bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
Contoh : Apa yang akan terjadi apabila pemerintah suatu negara dipimpin oleh seorang diktator?
Siswa akan menjawab secara bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kelemahan bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab jawaban sifatnya beraneka ragam.
2.      Tes lisan
            Dalam melaksanakan tes lisan ini, guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta menjawab secara lisan pula. Tes ini dapat dilaksanakan baik secara individual maupun secara kelompok, namun pada umumnya dilakukan secara individual. Tes ini mudah dilakukan jika jumlah siswa yang dinilai cukup terbatas.
3.      Tes perbuatan
            Dalam tes ini siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan jenis keterampilan yang terkandung dalam TIK. Tes yang diberikan guru dalam praktek pelajaran Olahraga, Keterampilan, dan sejenisnya adalah contoh-contoh dari tes perbuatan. Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, misalnya :
a.       Siswa diminta melakukan lompat tinggi.
b.      Siswa diminta membuat patung dari tanah liat.
D.    Teknik Mengembangkan instrument / Alat penilaian (assesment)
Lebih lanjut, Dalam buku panduan asesmen yang diterbitkan BSNP (2007), teknik asesmen adalah sebagai berikut[12]:
  1. Tes tertulis merupakan suatu teknik asesmen yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya  berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah dan menjodohkan,  sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian.
  2. Observasi atau pengamatan adalah teknik asesmen yang dilakukan dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang akan diamati.
   3.      Tes praktik atau tes kinerja adalah teknik asesmen yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi dan tes praktik kerja. Tes tulis keterampilan digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik yang diekspresikan dalam kertas, misalnya peserta didik diminta untuk membuat desain atau sketsa gambar.
  4. Penugasan merupakan suatu teknik asesmen yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penu-gasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.  Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan melakukan latihan. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pela-poran secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.
   5. Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara pe-serta didik dengan seorang atau beberapa penguji.  Pertanyaan dan jawab-an diberikan secara lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penyekoran.
  6. Asesmen portofolio merupakan asesmen yang dilakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengeta-hui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
  7. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi nformasi kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
   8.      Asesmen diri merupakan teknik asesmen dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran.
 9. Asesmen antar teman merupakan teknik asesmen dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal. Untuk itu perlu ada pedoman asesmen antarteman yang memuat indikator perilaku yang dinilai.
Sebelum mengemukakan langkah-langkah dalam mengembangkan instrument penilaian. Berikut dijabarkan prosedur umum yang dilakukan di dalam melakukan assesment. Tahapan pokok dalam proses asesmen meliputi tiga tahapan, yaitu 1) tahap persiapan; 2) tahap pengumpulan informasi; dan 3) tahap pertimbangan. Langkah-langkah dalam penilaian tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini.

(Gambar 1. Langkah-Langkah Proses Penilaian)
Pada tahap perencanaan pertama kali yang kita lakukan adalah menentukan apa yang hendak kita nilai apakah menilai aspek kognitif, afektif atau psikomotor (contoh :aspek kognitif). Selanjutnya menentukan jenis instrument yang akan kita gunakan sesuai dengan aspek yang telah ditentukan (contoh: tes tulis). Instrument bukanlah sesuatu yang muncul dengan mudah dan asal-asalan, akan tetapi melewati serangkaian proses. Proses tersebut diantaranya menyusun kisi-kisi, menulis butir soal/pernyataan, membuat pedoman penskroran atau rubrik penilaian, serta menguji soal.
  1.  Menyusun Kisi-kisi : Kisi-kisi merupakan pemetaan soal yang diturunkan dari indikator pembelajaran yang telah ditetapkan, tujuannya adalah untuk menjaga kesesuaian apa yang diajar dengan apa yang hendak di ukur melalui instrument. Hal yang perlu diingat dalam menyusun butir soal pada kisi kisi adalah memperhatikan kata operasional yang digunakan untuk tetap sesuai dengan ranah dan jenjangnya. Contoh kisi-kisi instrument penilaian dalam bentuk tes tertulis dapat dilihat pada lampiran satu.
   2.  Menulis Soal : setelah membuat kisi-kisi barulah soal ditulis dan diurutkan sesuai dengan nomor soal
   3.   Membuat kunci jawaban atau rubrik penilaian: kunci jawaban diterapkan pada jenis instrument berbentuk tes objektif. Sementara rubrik penilaian diterapkan pada jenis instrument berbentuk tes uraian dan penilaian non tes lainnya. Fungsinya adalah sebagai patokan kualitas jawaban siswa. Contoh dapat dilihat pada lampiran dua.
   4.    Membuat pedoman penskoran : merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan skor siswa. Rumus yang sering dipakai biasanya sebagai berikut.

  5.    Membuat Pedoman penilaian : merupakan acuan kita untuk menilai apakah skor yang dicapai siswa dapat dikatakan lulus atau tidak, baik atau buruk, dan kriteria-kriteria kualitatif lainnya. Teknik yang dipakai terdiri atas dua jenis yakni penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan normatif (PAN). PAP merupakan teknik yang menggunakan suatu acuan yang telah ditetapkan sebelumnya seperti KKM, artinya skor siswa akan kita bandingkan dengan KKM untuk menentukan lulus tidaknya. Sementara PAN membandingkan skor siswa dengan skor rata-rata siswa pada kelompoknya, artinya artinya siswa dikatakan lulus apabila mencapai skor ≥ skor rata-rata kelas.
  6.  Menguji soal : setelah komponen diatas terpenuhi, instrument tidak serta-merta dapat langsung digunakan, akan tetapi harus diuji terlebih dahulu validitas dan reabilitasnya. Di dalam buku Ensyclopedia of Educational Evaluation yang di tulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” di sebut dengan istilah “sahih”. Uji Validitas dibagi dua yakni validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis  adalah menguji keterbacaan instrument atau konstruksi kebahasaan instrument dengan melibatkan ahli. Validitas empiris adalah menguji keterlaksanaan instrument, artinya instrument yang telah disusun diujicoakan secara langsung pada siswa kemudian skor siswa diuji menggunakan rumus tertentu yakni r product momonet. Contoh penggunaan rumus ini dapat dilihat pada lampiran tiga. Hasil dari ujicoba empiris dapat juga digunakan untuk melakukan uji reabilitas  instrument. Reablilitas dapat diartikan keajegan instrument dalam mengukur. Contoh dapat dilihat pada lampiran empat.
      Setelah instrument disusun berdasarkan urutan diatas maka instrument yang kita buat dapat dikatakan telah terstandar.  Selanjutnya kita dapat melaksanakan pengukuran menggunakan instrument tersebut untuk mengetahui hasil belajar siswa kita. Hasil dari pengukuuran tentunya berupa satuan kuantitatif atau angka. Sehingga untuk menjudgement angka  tersebut kita harus melakukan pertimbangan berdasarkan pedoman penilaian yang telah kita buat. Kemudian berdasarkan hasil penilaian tersebut kita dapat membuat keputusan-keputusan untuk pembelajaran selanjutnya.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
   A.    Simpulan
Evaluasi merupakan proses pengukuran penilaian. Pengukuran terjadi ketika kita memperoleh hasil belajar siswa berbentuk angka (kuantitatif). Penilaian terjadi ketika kita menterjemahkan skor hasil belajar siswa kedalam satuan kualitatif. Untuk dapat mengukur dengan baik maka kita memerlukan instrument terstandar yang melewati rangkaian proses yang sistematis.
   B.     Saran
Penulis menyadari bahawa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran perbaikan sebagai acuan untuk membuat makalah selanjunta. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya dalam penyusunan evaluasi pembelajaran. Untuk memahami topik dalam tulisan ini secara mendalam, disarankan untuk membaca berbagai refrensi lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Amri Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya
Arifin Zainal. 2012.  Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Model Penilaian Kelas, Jakarta: Depdiknas
Mardapi Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:Nuha Medika
Oemar Hamalik. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Cet-10. Jakarta : PT Bumi Aksara
Rizema Putra Sitiatava. 2013.  Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Yogyakarta: Diva Press,
R. Ibrahim dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta






[1] Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta:Nuha Medika, 2012), h. 7. 
[2] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke- 4, h. 4. 
[3] Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, h. 9
[4] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 4.
[5] Ibid., h. 5.
[6] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, ( Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013), h. 207. 
[7] Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 73. 
[8] Ibid.
[9] Ibid
[10] Ibid., h.74
[11] Ibid., h.17
[12] Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Model Penilaian Kelas, Jakarta: Depdiknas

No comments:

Post a Comment

Entri Populer