BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
evaluasi pembelajaran terdapat pembagiaan menjadi pengukuran, penilaiaan, dan
evaluasi. Dalam pengertian akan
dikemukakan arti umum dari masing-masing konsep pendapat dari ara penulis.
Memang
tidak semua rang menyadari bahwa pekerjaan sehari-hari,kita melakukan evaluasi.
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hai, kira melakukan pengukuran dan penilaiaan.
Dara
dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu : pengukuran,
evaluasi dan penilaiaan. Sementara orang memang cenderung lebih mengartikan
ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehiingga dalam
memakainya hanya tergantung dari kata mana yang siap untu diucapkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
evaluasi pembelajaraan?
2.
Bagaimana perbedaan antara pengukuran, penilaiaan dan evaluasi?
3.
Apa saja tujuan, fungsi kegunaan dari evaluasi?
4.
Bagaimana ruang lingkup evaluasi pembelajaran?
5.
Apa saja prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran?
6.
Apa ciri-ciri dari penilaiaan dalam pendidikan?
7.
Bagaimana macam-macam alat
evaluasi?
8. Bagaimana Teknik-teknik evaluasi?
9. Apa syarat-syarat dan petunjuk dalam
menyusun tes/alat evaluasi
C.
Tujuan
1.
Dapat mengetahui apa makna dari evaluasi pembelajaan
2.
Dapat membedakan makna pengkuran, penilaiaan dan evaluasi
3.
Megetahui tujuan, fungsi dan kegunaan dari evaluasi pembelajaran
4.
Mengetahui ruang lingkup dari evaluasi pembelajaran
5.
Mengetahui Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran
6.
Mengetahui ciri-ciri dari penilaiaan dalam pendidikan
7.
Mengetahui macam-macam alat evaluasi
8.
Mengetahui Teknik-teknik evaluasi
9.
Mengetahui syarat dan petunjuk dalam menyusun tes/alat evaluasi
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.
Pengertian Evaluasi
Untuk dapat
menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran,perlu dilakukan usaha atau
tindakan penilaiaan/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan membandingkan
hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana
(1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau
harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Sejauh
mana keberhasilan seseorang memeberikan
,materi dan sejauh mana sisiwa menyerap materi yang diasjikan dapat diperoleh
imformasinya melalui evaluasi. Suke silverius (1991) menjelaskan , evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada
tujuan pembelajaran (instructual) yang ditetapkan oleh pendididk dan kemudaian
bena-benar diusahakan pencapaianya oleh pendididk dan peserta didik.
Jika seorang
peserta didik merasa tanggung jawab
atas penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi pendidikannya agar
mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Seorang pendidik perlu
untuk mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan peserta didiknya (Pophan
& Baker, 2001).
Tahap evauluasi
ini dilakukan untuk menilai pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa(baik pertanyaan lisan maupun
tulisan). Pertanyaan yang akan diajukan bersumber dari materi yang telah
disampaikan sebelumnya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya penyampaian materi,
dapat dilihat dari bias tidaknya siswa menjawab pertanyaan guru.
2.
Jika pertanyaan diajukan oleh guru belum dapat dijawab oleh
sisiwa(kurang 75%,guru perlu mengulang kembali bagian mater yang belum dikuasi
siswa sampai siswa betul-betul mengerti.
3.
Untuk memperkaya pengetahuan siswa, guru perlu memberikan pekerjaan
rumah (PR) yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan.
4.
Ingatkan siswa waktu pendidikan berikutnya, pokok-pokok materi yang
akan dipelajari dan tugas yang perlu siapkan untuk pertemuan selanjutnya.[1]
B.
Perbedaan Pengukuran, Penilaiaan & Evaluasi
Pengukuran
diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas.Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat seseorang dengan
mudah kita memahami karena aturannya telah diketahui secara umum. Tetapi untuk
mengukur pendengaran, penglihatan, atau kepekaan seseorang jauh lebih kompleks
dari itu, dan tertentu, bukan peserta didik itu sendiri. Dosen dapat mengukur
penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata kuliah tertentu atau kemampuan
dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih,tetapi tidaklah
mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan adalah salah satu
pekerjaan professional guru, instruktur atau dosen. Tanpa kemampuan melakukan
pengukuran pendidikan, seorang guru atau dosen tidak dapat mengetahui dengan
persis dimana ia berada pada suatu saat atau pada suatu kegiatan.
Dari definisi
diatas ada dua karakteristik pengukuran
yang utama yaitu: (1) penggunaan angka atu skala tertentu ; dan (2)
menurut suatu aturan atau formal
tertentu. Sedangkan penilaiaan adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan imformasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument tes
maupun non-tes. Jadi maksud mengadakan penilaiaan adalah mmberi nilai tentang
kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban tehadap petanyaan tentang
apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaiman atau seberapa
jauh suatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program.
Sedangkan
evaluasi dirumuskan beberapa ahli :
1.
Stuffbeam dan Anthony (1985) secara singkat mermusakan evaluasi
sebagai berikut : evaluastion is the
sistemaric assessment of the worth or merit of some objects. Dengan demikian maka evluasi anatara lain
merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi
yanag mengkombinasi penampilan dengan sesuatu nilai tertentu.
2.
Thrndike dan Elizabeth (1981) mengatakan bahwa evaluasi itu
berhubungan dengan pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena
dalam evaluasi juga termasuk penilaian formal
dan penilaian intiutif mengenai kemajuan peserta didik. Evaliasi juga
mencakup tentang apa yang baik dan apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil
pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan penilaian.
Uraian diatas
memeberikan gambaran secara garis besar tentang penilaiaan, dimana peniliaan
dapat dibagi menjadi dua : peniliaan formatif dan penilaiaan sumatif. Peniliaan
formatif memantau sejauh manakah suau proeses pendididkan tela
berjalan sebagaimnaa yang direncanakan. Sedangkan peniliaan sumatif dilakukan
untuk mengetetahui sejauh manakah peserta didik telah dapat berpindah dari
sesuatu unit pengkliah ke unit
berikutnya.
Dari uraian
diatas mengenai pengukuran, penilaian dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa
ketiganya saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya kita
lihat dari perbedaan ketiganya dibawah ini;
1.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif.
2.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
mengambil baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
3.
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur
dan menilai.[2]
C.
Tujuan, Fungsi Kegunaan & Evaluasi
Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada
jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada
yang bersifat khusus. Jika tujuan evaluasi masih bersifat umum, maka tujuan
tersebut perlu diperinci menjadi tujuan khusus sehingga dapat menuntun guru
dalam menyusun soal atau mengembangkan instrument evaluasi lainnya. Ada dua
cara untuk merumuskan tujuan evaluasi bersifat khusus. Pertama, melakukan
perincian ruang lingkup evaluasi. Kedua, melakukan perincian proses mental yang
akan dievaluasi. Cara pertama berhubungan dengan luas pengetahuan sesuai dengan
silabus mata pelajaran dan cara kedua berhubungan dengan jenjang pengetahuan.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efesiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang
tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri. Tujuan penilaian adalah untuk membantu belajar peserta
didik, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan peserta didik, menilai
efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan meningkat efektivitas
pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan,
komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik. Sementara itu, Chittenden
(1994) mengemukakan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah “keeping
track, checking-up, finding-out, and summing-up”
1. Keeping track, yaitu untuk menulusuri dan melacak proses belajar
peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaaan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan
peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran
sehingga guru dengan cepat dapat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan penilaian hasil belajar
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan;
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, baakat, minat, dan sikap peserta
didik terhadap program pembelajaran;
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta
didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan;
4. Untuk menndiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran;
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenis pendidikan tertentu;
6. Untuk menentukan kenaikan kelas;
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Secriven (1967), fungsi evaluasi
dapat dibedakan menjadi du macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian
kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan
menyimpulkan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan dan fungsi ini
dapat digunakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Bila kita melihat secara menyeluruh,
fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Secara psikolagis, peserta didik slalu butuh untuh untuk mengetahui
sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka pada umumnya tidak
berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya melainkan mengacu pada
norma-norma yang berasal dari luar dirinya.
2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah mampu untuk terjun kemasyarakat. Mampu dalam arti bahwa peserta
didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan mmasyarakat
dengan segala karakteristiknya.
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam memperbaiki proses
pembelajarannya.
4. Evaluasi bervungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompok, apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang, atau kurang pandai.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam
menempuh program pendidikannya,
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi,
baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberiakan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwenang, kepala skolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.
Fungsi penilaian hasil belajar adalah
sebagai berikut.
1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menjalankan
program remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak,
penentuan kenaikan kelas, penentuan lulus-tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostic, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik
dan lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya
dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
4. Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi
pembelajaran yang tepat,sesuai dengan tingkat kemampuan pesert didik.[3]
Berdasarkan UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasi belajar peserta didik
dilakukan untuk membantu proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Lebih rinci, M.
Sobry Sutikno ( 2005) menyebutkan diantara kegunaan evaluasi adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2.
Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok
kelasnya.
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses
belajar mengajar.
4.
Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
5.
Membuat diagnosis mengenai kelemahan –kelemahan dan kemampuan
peserta didik.
6.
Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.
7.
Mengetahui status akademis seorang murid dalam kelompok.
8.
Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan.
9.
Memberikan laporan kepada murid dan orang tua.
10.
Sebagai alat motivasi belajar mengajar.
11.
Mengetahui efektifitas cara belajar dan mengajar, apakah yang telah
dilakukan guru benar-benar tepat atau tidak baik yang berkenaan dengan sifat
guru atau sikap murid.
12.
Merupakan bahan feed back (umpan balik) bagi murid, guru dan
program pengajaran.[4]
D.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran
1.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Domain Hasil
Belajar
Menurut Benyamin S.Bloom,
dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang
kemampuan,mulai dari yang sederhana sampe hal yang kompleks, mulai dari hal
yang mudah sampai hal yang kesukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Domain kognitif. Domain ini memili empat jenjang kemampuan, yaitu:
1.
Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntuk peserta didik
untuk dapat mengetahui atau mengenali adanya konsep, prinsip, fakta atau
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2.
Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk memahami atau mengerti tentang materi yang diajarkan oleh guru dan dapat
memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3.
Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menentukan peserta didik
untuk menggunkan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan
teori-teori dalam situasi baru dan konkret.
4.
Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsure-unsur atau
komponen pembentuknya
5.
Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesutau yang baru dengan cara menggabungkan berbagai factor. Hasil
yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.
b)
Domain efektif, yaitu internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan
terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
menggambil sikap sehingga menjadi bagian bagi dirinya dalam membentuk nilai dan
tingkah laku. Domain ini terdiri atas
beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
1.
Kemampuan menerima, yaitu jenjang kemampuan yang menuntu peserta
didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
2.
Kemampuan menanggapi/menjawab, yaitujenjang kemampuan yang menuntuk peserta didik tidak
hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.
3.
Menilai, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten.
4.
Organisasi, yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
memecahkan masalah, membentuk suatu ssistem nilai.
c)
Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan
dengan gerak tubuh, mulai dari gerak yang sederhana sampai dengan yang kompleks
2.
Ruang Lingkup Pembelajaran dalam Perspektif Sistem Pembelajaran
a)
Program pembelajaran yang meliputi:
1.
Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar
2.
Isi/materi pembelajaran
3.
Metode pembelajaran
4.
Media pembelajaran
5.
Sumber belajar
6.
Lingkungan
7.
Penilaian proses dan hasil belajar
b)
Proses pelaksanaan pembelajaran meliputi:
a.
Kegiatan
b.
Guru
c.
Peserta didik
c)
Hasil pembelajaran, baik untuk jenjang pendek (sesuai dengan
indicator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk bidang studi/mata pelajaran),
dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).
3.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian
Proses dan Hasil Belajar
a)
Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat dan bakat
b)
Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran
c)
Kecerdasan peserta didik
d)
Perkembangan jasmani/kesehatan
e)
Keterampialan
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian
Berbasis kelas Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang di selenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004),
maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut.
a)
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pemgetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata
kuliah tertentu.
b)
Kompetensi Rumpun Pelajaran
Kompetensi rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran
atau disiplin ilmuyang lebih spesifik.
c)
Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum.
d)
Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan merupakan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam keadaan berpikir dan bertindak
setelah peserta didik menyelesaikan jenjang tersebut.
e)
Pencapaian Keterampilan
Jenis kecakapan hidup yang perlu dinillai, antara lain:
1)
Keterampilan Pribadi, yang meliputi penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri dan mandiri
2)
Keterampilan Berpikir Rasional yaitu berpikir kritis dan logis,
berpikir sistematis, terampil menyusun
rencana secara sistematis, trampil memecahkan masalah secara sistematis
3)
Ketemapilan Sosial, yang meliputi keterampilan berkomunikasi lisan
dan tertulis, keterampilan kerja sama, kolaborasi, keterampiln berpartisipasi,
keterampilan mengelola konflik, dan keterampilan memengaruhi orang lain
4)
Keteraampilan Akademik, yaiyu keterampilan meraaancanag,
melaksanakan, dan melaporkan penilitian hasil penilaian ilmiah, keterampilan
membuat karya tulis ilmiah, keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan
hasil-hasil penelitian untuk memecahkan maslah, baik berupa proses maupun
produk
5)
Keterampilan Vokasional, keterampilan menemukan algoritma, model,
prosedur untuk mengerjakan suatu tugas.
E.
Prinsip-prinsip Umum Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik,
maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai
berikut.
1. Kontinuitas
Avaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental
karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab
itu, evaluasi pun harus dilakukan dil dan secara kontinu. Hasil evaluasi yang
diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada
waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti
tentang perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak
dapat dilihat dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari
dimensi input.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek guru
harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek
evaluasi itu adalah peserta didik, maka
seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, apektif maupun psikomotor. Begitu juga dengan objek-objek
evaluasi yang lain.
3. Adil dan objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil
tanpa pilih kasih. Kata adil dan objektif memeng mudah diucapkan, tetapi sulit
dilaksanakan. Meskipun demikian, kewajiban manusia adalahharus berikhtiar.
Semua peserta didik harus diberlakukan sama tanpa pandang bulu. Guru juga
hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Oleh sebab itu, sikap like dan dislike, perasaan, keinginan, dan
perasangka yang bersifat negative harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan
atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau
rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama
dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesame guru, kepala
sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa
dihargai.
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh
guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan
menggunakannya alat tersebut. Utuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk
mengerjakan soal.[5]
F.
Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan
Ciri-ciri
penilaian dalam pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam penilaian ini akan
mengukur akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan penyelesaian
soal-soal.
2.
Penggunaan ukuran kuantatif. Penilaian pendidikan bersifat
kuantatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama
pengukuran.setelah itu lalu diinterprestasikan kebentuk kualitatif.
3.
Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang
tetap karena IQ 105 termasuk anak normal.anak lain yang hasil pengukuran IQ.nya
80,menurut unit ukurannya termasuk anak dungu.
4.
Bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu
waktu kewaktu yang lain.
5.
Dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi
kesalahan-kesalahan.adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari beberapa
faktor,yaitu;
a.
Terletak pada alat ukurnya
b.
Terletak pada orang yang melakukan penilaian
c.
Terletak pada anak yang dinilai
d.
Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.
G. Macam-Macam
Alat Evaluasi
Macam
alat evaluasi dapat dilihat dari berbagai segi antara lain;
1.
Menurut pembuatannya
Ditinjau dari
pembuatannya,alat evaluasi (tes) dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu alat
evaluasi buatan guru dan alat evaluasi terstandar.
a.
Alat evaluasi buatan guru
Salah satu
komponen satuan pelajar yang harus dibuat oleh guru sebelum mengajar yaitu alat
evaluasi,dalam hal ini berupa tes (kognitif).ter tersebut termasuk kedalam
jenis alat evaluasi yang dibuat oleh guru tidak terbatas masalah hasiltes hasil
belajar,tetapi bias juga evaluasi non-tes yang berkenaan dengan pengukuran
bidang efektif.dengan demikian alat evaluasi hasil buatan guru adalah alat evaluasi yang sengaja dibuat oleh
guru,baik tes maupun non-tes,yang dipergunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa dalam daerah kognitif,efektif dan psikomotorik.
Ciri-ciri
alat evaluasi buatan guru antara lain adalah:
1)
Evaluasi (tes) buatan guru disusun berdasarkan bahan dan tujuan
intruksional khusus (TIK) yang telah dirumuskan oleh guru dalam satuan
pelajaran untuk kelas yang diajar oleh guru tersebut.
2)
Ruang lingkup evaluasi tersebut menyangkut pengetahuan atau
keterampilan yang relative sempit.
3)
Biasanya disusun oleh guru yang bersangkutan atau beberapa orang
guru dalam bidang studi yang sama.
4)
Soal evaluasi jarang diuji cobakan terlebih dahulu
5)
Evaluasi ditunjukan kepada siswa dalam kelompok yang terbatas yang
diajarkan oleh guru.
b.
Alat evaluasi terstandar
Alat evaluasi
standar atau evaluasi yang dibakukan adalah alat evaluasi yang kualitasnya
terjamin sehingga hasilnya mencerminkan keadaan kemampuan testes sebenarnya.
Ciri-ciri alat evaluasi standar adalah sebagai berikut:
1)
Didasarkan atas bahan dan tujuan yang lebih luas ruang lingkupnya
dari pada tes buatan guru.
2)
Disusun oleh para ahli dan biasanya merupakan tim
3)
Melalui serangkaian uji coba sehingga criteria alat evaluasi yang
baik dapat dipenuhi.
4)
Prosedur yang ditempuh biasannya adalah penyusun pertimbangan,uji
coba, analisis, revisi dan pengeditan.
2.
Menurut tujuannya
Ditinjau
menurut tujuannya untuk mengukur siswa,maka dibedakan atas adanya 3 macam tes
yaitu:
a.
Tes diagnostik
Diagnostic
mengandung makna mendiagnosti yang berarti mencari menyelidiki atau meneliti
penyebab dari suatu hal yang muncul. Tes diagnosis adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahansiswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b.
Tes formatif
Formatif
berasal dari ’form’ yang berarti bentuk yang maksud tes formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk (kognitif, efektif, psikomotorik)
setelah mengikuti suatu program tertentu, dalam hal ini program pengajaran.
Manfaat dari tes formatif adalah:
1)
Untuk mengetahui tingkat penguasan siswa terhadap materi pelajaran
yang disajikan dalam kegiatan belajar mengajar.
2)
Sebagai penguatan bagi siswa dengan hasil tes formatif yang hasil
rata-ratanya baik bisa menambah motifasi belajar (penguatan positif) sebaliknya
bagi siswa yang mendapat nilai kurang baik bias menyadarkan dan memacu dirinya
untuk belajar lebih rajin lagi.
3)
Sebagai diagnostic sesuai dengan tujuan semula dengan
dilaksanakannya tes formatif,tes ini dapat digunakan untuk mengetahui konsep
mana yang belum dikuasai siswa atau mendapat kesuliatn belajar dari materi yang
telah disajikan.
c.
Tes sumatif
Istilah sumatif
berasal dari kata “sum”yang berarti
jumlah,dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui
penguasaan siswa dalam sejumlah materi pelajaran yang telah dipelajari.
Manfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut
adalah:
1)
Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran
tertentu,jika komponen lain turut menentu nilai akhir maka bobot nilai tes
sumatif ini paling besar.
2)
Sebagai alat untuk menentukan perkiraan
3)
Sebagai laporan kemajuan (nilai rapor) yang berguna bagi orang tua,
guru pembimbing penyuluhan, pilihan lain dan siswa itu sendiri.[6]
H.
Teknik-teknik evaluasi
Pada umunnya ada dua teknik
evaluasi, yaitu dengan menggunakan tes dan non-tes.
1)
Tes
a.
Pengertian Tes
Tes adalah alat pengukuran
berupa pertanyaan, perintah, dan petunjjuk yang ditujukan kepada testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
b.
Macam-Macam
Ditinjau dari objek pengukurannya, secara umum tes dibagi dua,
yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achievement
test). Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian dan banyak digunakan dalam
pendidikan ialah sebagai berikut.
1.
Pengukuran sikap
2.
Pengukuran minat
3.
Pengukuran bakat
4.
Tes intelegensi
c.
Jenis Tes
Jika
ditinjau dari fungsinya, maka tes dibagi atas 4 jenis tes berikut ini.
1.
Tes Penempatan (Palacement Test)
Tes
jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan
mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubung dengan pelajaran
yang akan disajikan. Dengan demikian, siswa dapat di tempatkan pada kelompok
yang sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki. Tes ini dapat diterapkan
pada sekolah yang menggunakan sistem individual.
2.
Tes Formatif (Formative Test)
Tes
formatif disajikan ditengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar
peserta didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta
didik dapat mengetau apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik
dapat menguasai materi pelajaran lebih baik.
3.
Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes
diagnostik bertujuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan
perbaikannya. Sepintas lalu, tes ini tanpak seperti tes formatif, namun
penyunannya sangat berbeda dengan tes fermatif atau jenis tes lainnya. Karena
tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, pendidik harus terlebih
dahulu mengetahui bagian mana dari pendidikan yang memberikan kesulitan belajar
pada peserta didik. Hal ini berarti bahan tes formatif harus disajikan terlebih
dahulu untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai oleh peserta
didik.
4.
Tes Sumatif (Summative Test)
Jenis
tes ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang
pendidikan meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir
caturwulan atau semester. Oleh karena itu, tes ini dimaksudkan untuk memberikan
nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan atau pemberian sertifikat bagi
yang telah menyelesaikan pelajaran dengan hasil yang baik. Tingkat kesukaran
soalnya pun bervariasi.
d.
Bentuk Tes
Ditinjau
dari bentukknya, tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
1.
Tes Tertulis (Written Test)
Tes
tertulis ialah tes yang soal dan jawaban diberika oleh siswa berupa bahasa
tulisan. Kelebihannya adalah dapat mengukur kemampuan murid dalam jumlah yang
besar, dalam twmpat yang terpisah dan dalam waktu yang sama. Di samping kelebihan,
juga terdapat kelemahan atau kekurangan anatara lain jika tidak menggunakan
bahasa yang tegas dan lugas.
Secara
umum tes tertulis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a.
Tes esai
Tes
esai dapat digunaka untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur
oleh tes objektif.Tes esai juga sering disebut tes uraian karena menuntut anak
untuk menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Tes
esai juga dapat dibedakan menjadi 2 bentuk tes
seperti berikut ini:
1.
Tes uraian bentuk bebas
Dalam
tes ini, hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan
arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh: Mengapa bangsa indonesia mengalami
krisis ekonomi?
Cara
mengkoreksi tes esai:
a.
Whole method, adalah metode per nomer. Kita mengoreksi pekerjaan
murid untuk setiap nomer.
b.
Separated method, adalah metode per lembar.Kita mengoreksi setiap
lembar jawaban murid sampai selsai.
c.
Cross method, adalah metode bersilang. Mengoreksi jawaban murid
dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor
yang lain.
2.
Tes uraian terbatas
Dalam
tes uraian terbatas ini peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang
di-tanyakan, namun arah dibatasi sehingga kebebasan tersebut menjadi kebebasan
yang terarah. Contoh: Apakah perbedaan filsafat dengan ilmu?
Kelebihan
tes esai:
a.
Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya
sendiri.
b.
Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal.
c.
Tes ini sangat cocok untuk mengukur danm engevaluasi hasil suatu
proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes
objektif.
d.
Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari
kalimat-kalimatnya.
e.
Jawaban diungkapkan dlam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes
ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik,
benar, dan cepat.
f.
Tes ini diganakan untuk dapat melihat peserta didik untuk memilih
fakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat
mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
Kelemahan tes esai:
a.
Sukar dinilai secara tepat
b.
Bahan yang diukur terlalu sedikit sehingga agak sulit untuk
mengukur penguasaan siswa terhadap kurikulum
c.
Sulit mendapaatkan soal yang memiliki standar nasional maupin
internasional
d.
Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.
b.
Tes Objektif
Tes
objekrif ialah tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang
sudah tersedia sehingga peserta didik mrnampilkkan keseragaman data, baik bagi
yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah. Tes objektif sangat
cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntuk proses mental yang tidak
begitu tinggi, seperti kemampuan mengingat
kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan mengerti dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Ada dua macan tes objektif, yaitu
free-response item dan fixed-response item.
1.
Free-response item
Penyusunan
tes objektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh tes objektif, yakni munculnya keseragaman
dan kepastian tentang jawaban yang benar sesuai dengan pertanyaan. Berikut ini
adalah prinsip-prinsip penyusunan tes objektif jenis ini.
a.
Short answer objective item
Digunanakan
untuk mengukur kemampuan hafalan atau ingatan, khususnya kemampuan bidang
matematika dan kemampuan penguasaan kosa kata dalam bahsa asing, maupun
fakta-fakta spesifik, nama-nama tokoh, serta tempat tertentu dalam sejarah.
Contoh:
Siapa nama presiden RI yang bertugas pada tahun 2003?
b.
Completion test
Completion
test merupakan salah satu bentuk tes jawaban bebas, yaitu mbanan butir-butir
soalnya berupa satu kalimat dengan bagian-bagian tertentu yang dianggap penting
dikosongkan sebagai pertanyaan yang mesti dijawab dalam penyelenggaraan tes.
Contoh:
Candi Brobudur terdapat di kota… dan candi Prambana terdapat di kota…
2.
Fixed-response items
Fixed-response
items merupakan bentuk tes objektif karena butiran-butiran soal yang dinberikan
peserta didik disertai dengan altrnatif jawaban sehingga peserta didik dapat
memilih salah satu alternatif yang disediakan. Bentuk tes objektif tipe
fixed-responnse items diantaranya:
a.
Benar-Salah (true-false)
Bentuk
tes benar-salah merupakan pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban
yaitu benar atau salah. Pernyataan tersebut hanya memiliki satu kemungkinan,
yaitu bisa benar atau bisa salah.
Contoh:
B-S Alat untuk mengukur suhu badan adalah termometer.
Tes
ini bisa dimodifikasi dalam bermacam-macaam bentuk, seperti: ya-tidak,
setuju-tidak setuju dan lain-lain.
b.
Pilihan Ganda
Soal
tes pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Ada
beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda ini:
1.
Variasi Negatif
Pernyataan
yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban dan menyediakan satu kemungkinan
jawaban yang salah.
2.
Variansi yang tidak lengkap
Pertanyaan
atau pernyataan memiliki beberapa
kemungkinan jawaban yang belum lengkap.
3.
Varasi berganda
Pemilihan
beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya betuk, tetapi ada satu jawaban yang
paling betul.
4.
Jenis kombinasi
Seperti
tiap alternatif jawaban terdiri atas beberapa alternatif yang membentuk satu
pengertian atau jawaban. Bila kombinasinya diunbah , hal ini akan mengubah
pengertian sehingga menyebabkan jawaban menjadi salah.
c.
Menjodohkan (matching)
Tes
bentuk menjodohkan terdiri atas dua macam kolom paralel, setiap kolom berisi
pernyataan yang satumenempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban,
kemudian peserta didikdiminta untuk menjodohkan kesesuaian antara dua
pernyataan tersebut. Tes ini sering digunakan untuk mengukur informasi dengan
fakta, pengertian, hubungan, dan simbol tertentu.
d.
Latihan Penyusunan (Rearrangement Exercises)
Rearrangement exercises adalah bentuk tes berupa rangkaian kalimat
utuh dan benar, kemudian diceritakan secara tidak beraturan sehingga bentuk
aslinya sulit dikenali. Peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan
urutan yang benar.
2.
Tes Lisan
Tes lisan
adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan
perintah yang diberikan.
3.
Tes perbuatan atau tindakan
Tes
perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari peserta
didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit.
2)
Non Tes
Hal-hal
yang temasuk non tes, seperti:
1.
Observasi
Secara
umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tehadap berbagai
fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
2.
Wawancara
Wawancara
adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai.
3.
Skala Sikap
Skala
sikap merupakan kumpulan-kumpulan pertanyaan mengenai sikap suatu objek. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari.
4.
Check List
Suatu
daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
5.
Ranting Scale
Tidak
hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status ekonomi,
pengetahuan, dan kemampuan.
6.
Angket
Termasuk
alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham
dalam hubungan kausal.
1.
Syarat Dan Petunjuk Dalam Menyusun Tes/Alat Evaluasi
Dalam menyusun
tes/alat evaluasi, ada beberapa syarat dan petunjuk yang perlu diperhatikan,
yakni:
1.
Pendidik harus menetapkan dulu
segi apa yang akan dinilai sehingga betul-betul terbatas serta dapat
memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat kita nilai.
2.
Pendidik harus menetapakan alat evaluasi yang betul-betul valid dan
reliabel yang berarti taraf ketepatan dan ketepatan tes dengan aspek yang akan
diniai.
3.
Penilaian harus objektif yang artinya menilai prestasi peserta
didik sebagaimana adanya.
4.
Hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti
sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan criteria yang berlaku.
5.
Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis yang
artinya dapatdijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik belajar dan
pendidik mengajar.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
2.
Perbedaan pengukuran, penilaian, dan evaluasi diantaranya:
a.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif.Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan mengambil baik buruk.
b.
Penilaian bersifat kualitatif.
c.
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur
dan menilai.
3. Kegunaan evaluasi berdasarkan UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 (1)
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
4.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran diantaranya:
a.
Ruang evaluasi pembelajaran dalam perspektif domain hasil belajar.
b.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif system
pembelajaran.
c.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian
proses dan hasil belajar.
d.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif berbasis
kelas.
5.
Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran yaitu, kontinuitas,
komprehensif, adil dan objektif, praktis.
6.
Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan diantaranya, penilaian
dilakukan secara tidak langsung, penggunaan ukuran secara kuantatif, penilaian
pendidikan menggunakan unuit-unit, bersifat relatif, terjadi kesalahan dalam
penilaian.
7.
Macam-macam evaluasi ada dua antara lain: menurut pembuatannya
yaitu, alat evaluasi buatan guru dan alat evaluasi terstandar. Kemudian menurut
tujuannya yaitu, tes diagnostic, tes formatif, dan tes sumatif.
8.
Ada dua teknik evaluasi yaitu dengan menggunakan tes dan non tes.
9.
Syarat dan petunjuk dalam menyusun tes atau alat evaluasi
diantaranya, pendidik harus menetapkan segi-segi apa yang akan dinilai,
pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang valid dan reliabel, penilaian
harus objektif, hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan
teliti, alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsure diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrahman
Pupuh & Sutikno Sobry, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Islami, PT refika Aditama, Bandung, 2011.
Arifin
Zainudin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung, 2014
Citriadin Yudin. Belajar dan
Pembelajaran. Mataram:2012.
[1]Fathurrahman Pupuh, Sutikno Sobry. Strategi Belajar Mengajar:
Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung:PT Refika Aditama,
2014. Cet 6. Hal 75-76.
[2] Citriadin Yudin. Belajar dan Pembelajaran. Mataram:2012. Hal
127-131.
[3]Arifin Zinal, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung: 2014. Hal 13-18.
[4]Fathurrahman Pupuh, Sutikno Sobry. Strategi Belajar Mengajar:
Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung:PT Refika Aditama,
2014. Cet 6. Hal 76-77.
[5] Arifin Zinal, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung: 2014. Hal 20-31.
[6]Citriadin Yudin. Belajar dan Pembelajaran. Mataram:2012. Hal 136-150.
[7]Fathurrahman Pupuh, Sutikno Sobry. Strategi Belajar Mengajar:
Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung:PT Refika Aditama,
2014. Cet 6. Hal 77-87.
No comments:
Post a Comment