BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kebosananpada dasarnya keadaan yang tidak ingin dialami setiap orang
dalam kehidupan ini. Perasaan bosan tidaklah menyenangkan bagi siapa saja.
Kalau setiap hari kita memakan makanan yang sama terus menerus yang akhirnya
nanti akan berujung pada kebosanan.
Demikian
juga pada dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan
dalam proses pembelajaran menggunakan variasi mengajar dan tidak monoton dalam
proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar siswa tidak menjadi bosan, lebih
perhatian, tidak mengantuk dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan
pembelaran dapat tercapai dengan efektif.
Dalam proses pembelajaran terjadinya variasi
mengajar guru dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media
yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara
guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Penggunaan variasi dalam mengajar
ditujukan kepada perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa Pengertian Variasi ?
2.
Apa Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran ?
3.
Bagaimana Prinsip – prinsip Penerapan Variasi Dalam Proses
Pembelajran ?
4.
Apa Saja Deminsi – deminsi Variasi Dalam Proses Pembelajaran ?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan Pengertian Variasi
2.
Menjelaskan Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
3.
Menjelaskan Prinsip – prinsip Penerapan Variasi Dalam Proses
Pembelajaran
4.
Menjelaskan Deminsi – deminsi Penerapan Variasi Dalam Proses
Pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Variasi
Peserta didik
adalah individu yang unik, heterogen dan memiliki interes yang berbeda – beda .
Siswa ada yang memiliki kecenderungan auditif , yaitu senang mendengarkan ,
visual , senang melihat dan kecenderungan kinestitik , yaitu senang melakukan .
Karena itulah guru harus memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran . Penggunaan multisumber , multimedia , multimetode ,
multistrategi , dan multi model . Biarlah pembelajaran dilakukan secara
klasikal , tapi sentuhan harus individual . Artinya guru perlu menggunakan
ceramah untuk siswa yang auditif , guru perlu menggunakan media , , alat peraga
untuk siswa yang visual , dan guru harus mengadakan diskusi , eksprimen ,
demonstrasi dan praktik untuk siswa yang kinestetik . Bila guru telah melakukan
hal tersebut berarti guru telah menyentuh masing – masing interes siswa . Maka
hasil yan diperoleh akan mendekati penilaian yang sebenarnya . Disamping itu ,
pengunaan variasi dalam kegiatan pembelajaranditujukan untuk mengatasi
kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran yang monoton , dengan
mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih
bermakna dan optimal , sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan ,
antusiasme serta penuh parsitipasi dalam kegiatan pembelajaran.[1]
Selanjutnya, Menurut kamus ilmiah populer, variasi adalah selingan
atau pergantian. Sedangkan, Udin S. Winataputra (2004) sebagaimana yang dikutip
oleh M. Sobry Sutikno, mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat
sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan
yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan
menimbulkan kesan yang unik bagi masing-masing model tersebut. Adapun variasi
dalam proses pembelajaran merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan
pembelajaran.[2]
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar
adakalanya siswa , bahkan guru mengalami kejenuhan . Hal ini tentu menjadi
problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran . Untuk mengatasi kejenuhan
itu perlu diciptakan situasi dan kondisi
belajar mengajar yang bervariasi . Apabila guru mampu menghadirkan proses
mengajar yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi .
Kejenuhan siswa dalam memperoleh
pelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran langsung seperti kurang
perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau ke kamar
kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pembelajaran yang bervariasi
sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal.
B.
Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
Pada dasarnya semua orang
tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya . sesuatu yang membosankan
adalah sesuatu yang tidak menyenangkan . Merasakan makanan yang sama terus –
menerus akan menimbulkan kebosanan ; melihat film yang sama dua kali saja orang
sudah tidak mau , juga karena bosan . Orang akan lebih suka bila hidup itu
diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.[3]
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007) menjelaskan bahwa
dalam konteks pembelajaran, variasi diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Agar perhatian siswa meningkat
Selama proses pembelajaran berlangsung , siswa dituntut untuk
memperhatikan materi , sikap dan teladan yang diberikan guru . Apabila
perhatian siswa berkurang apalagi tidak memperhatikan sama sekali, sulit
diharapkan jika siswa mengetahui dan memahami apa yang diurakan guru.
Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa
pada materi pelajaran , contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru
kurang mamapu , jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah
kurang kondusif (ribut) , dll. Karena itu , tujuan pembelajaran akan tercapai
manakala kendala- kendala diatas dapat teratasi, disamping siswa mau dan mampu
mencerna pelajaran yang diberikan guru dengan penuh perhatian . Dengan
perhatian penuh tersebut diharapkan siswa akan mampu menguasai materi pelajaran
yang diberikan guru .
2.
Memotivasi siswa
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam
stimulus tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnyatidak ada gerakan
menuju kearah tujuan tersebut. Begitu juga dalam belajar , guru dapat mengamati
perbedaan prestasi siswa yang satu dengan lainnya. Hasil pengamatan niscaya
akan menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai seorang siswa salah
satunya terkait dengan besarnya motivasi yang ia miliki.
Dengan demikian , dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan
penting dalam belajar . Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar , tidak akan
mendapatkan kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiei harus
menjaga motivasinya , guru juga hendaknya membantu siswa untuk enjaga dan
meningkatkan motivasi belajarnya. Dalam konteks itulah variasi yang dilakukan
oleh guru berkontribusi besar untuk membantu siswa agar lebih termotivasi dalam
belajar.
Pada setiap siswa sesungguhnya memiliki potensi yang sama terhadap
motivasi , atau lazim disebut dengan “motivasi intrinsik”. Paran guru
dalam hal ini ada dua .
Pertama
, mempertebal
motivasi intrinsik siswa .
Kedua
, guru merupakan
faktor motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar dalam rangka agar
siswa termotivasi untuk belajar . Melalui proses pembelajaran bervariasi itulah
berarati guru telah mamapu menghadirkan motivasi eksrinsik bagi siswa
3.
Menjaga Wibawa Guru
Guru adalah orang yang diguguh dan ditiru . Guru hendaklah
menyadari bahwa kehadiranya sewaktu membelajarkan tidak seluruh siswa
menyayanginya . Banyak guru yang kehadiranya di kelas disambut dengan senyum
kecut, diterawai , bahkan adakalanya siswa menggunjing guru , baik melalui
singgungan ( tidak langsung ) atau menggunjing ketika guru itu selesai
membelajarkan .
Faktor ketidak senangan siswa terhadap guru umum – nya terjadi
sebagai reaksi terhadap perilaku saat membelajarkan . Umpamanya , Ketika
membelajarkan guru duduk saja . Cara ini mengundang gunjingan dari siswa ,
umpamanya siswa menyebut “ pak Ambeyen “
Dengan memperhatikan penjelasan tersebut , maka untuk menghindari
berbagai kejadiaan yang dapat merendahkan wibawa guru , salah satunya guru
harus mampu membelajarkan dengan penuh percaya diri , memiliki kesiapaan mental
dan intelektual , memiliki kekayaan metode , keluluasan teknik , dansebagainya
. Dengan kata lain , guru harus memiliki bentuk dan model pembelajara yang
bervariasi .
4.
Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran
Guru yang memiliki kemampuan variasi membelajarkan, terlebih dahulu
ditentukan oleh penguasaanya terhadap seluruh elemen – elemen pembelajaran
seperti materi, metode, media, pendekatan dan teknik pembelajaran. Jika hal itu
kurang, apalagi tidak dikuasai. maka sangat sulit mendambakan seorang guru yang
memiliki variasi membelajarkan secara tepat dan diterima oleh siswa .
Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuaan guru memiliki
variasi membelajarkan bergantung dari ketersediaan fasilitas yang ada di kelas
atau sekolah. Sebab , sangat disadari bahwa fasilitas merupakan kelengkapan
belajar yang harus ada di sekolah . Fungsi fasilitas antara lain sebagai alat
bantu , peraga dan sumber belajar ( Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain ,
1996 ) . Jika guru mampu menghadirkan pembelajaran yang bervariasi maka dengan
sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan
pembelajaran yang bervariasi . atau setidak – tidaknya siswa secara kreatif
menyediakan berbagai fasiltas yang memungkinkan ketika guru membelajarkan
tersedia fasilitas yang memadai.[4]
5.
Menghilangkan Kejenuhan Dalam Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah kegiatan yang berat apabila tidak
didasarkan pada minat dan dorongan yang kuat . Belajar dan mengajar sering pula
dihinggapi rasa jenuh yang dapat menurunkan prestasi belajar tersebut . Hal ini
akan dapat diatasi antara lain dengan menghilangkan rasa kejenuhan yang
menghinggapi dengan cara menumbuhkan suasana belajar mengajar yang
menggairahkan , menyenangkan , dan menggembirakan melalui upaya pengembangan
variasi dalam mengajar. [5]
C.
Prinsip – Prinsip Penggunaan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
Menurut M. Sobry Sutikno, Ada tiga prinsip penerapan variasi dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.
Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu , relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai , materi pembelajaran , dan sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa. Penggunaan variasi yang
wajar dan beragam sangat dianjurkan . sebaliknyan , pemakaian yang berlebihan
akan menimbulkan kebingungan , malah dapat mengganggu proses pembelajaran .
Disamping itu , memilih metode yang terlalu banyak untuk masing–masing kegiatan
pembelajaran juga aka bisa mengganggu .
2.
Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.
Sejalan dengan perinsip a dan b, komponen variasi tertentu
memerlukan susunan dan perencanaan yang baik . Artinya , secara eksplisit
dicantumkan dalam rencana pembelajaran . Akan tetapi , apa bila diperlukan ,
komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan sesuai
dengan kebutuhan .
D.
Diminsi – Diminsi Variasi Dalam Proses Pembelajaran
Seperti yang di jelaskan oleh M. Sobry Sutikno, bahwa
dalam proses pembelajaran , ada beberapa deminsi variasi yang harus
diperhatikan dalam proses pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1.
Variasi Gaya Guru dalam Membelajarkan
Variasi gaya guru dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan
dengan baik , akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat
serta semangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta
semangat siswa dalam belajar . Beberapa diantaranya yang termasuk variasi gaya
guru dalam membelajarkan, diantaranyasebagai berikut:
a.
Penguatan Variasi Suara
Tidak dapat dipungkiri bahwa suara guru memiliki peranan penting
dalam melahirkan kaulitas variasi .
Karena itu , intonasi, nada, volume dan kecepatan suara guru perlu diatur
dengan baik . Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi
lemah , dari tinggi menjadi rendah, dari
cepat berubah menjadi lambat , dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat
memberikan tekanan pada kata – kata tertentu .Pendekatan ini penting agar siswa
mengetahui hal – hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang
disampaikan guru .
Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam
materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek – aspek yang
terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya . Umpamanya , guru
menggunakan kalimat “ sekali lagi bapak ibu tekankan “ atau “ coba anda
perhatikan “ dan sebagainya
b.
Kontak pandang
Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa , selama menyampaikan
materi pelajaran , tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang keluar , ke
atas atau ke siswa tertentu saja . Guru hendaklah beragi pandangan kepada
selruh siswa . Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa di perhatikan dan
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ngobrol atau gaduh.
Kontakpandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi (
seperti membesarkan mata tanda tercengang ) . atau dapat juga digunakan untuk
mengetahui perhatian dan pemahaman siswa .
c.
Pemberian Waktu
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran , siswa perlu diberi
waktu utnuk menelaah kembali atau
mengorganisasikan pertanyaan . Ketika guru berhenti , siswa memiliki kesempatan
menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari pernyataan – pernyataan guru
yang belum jelas .
d.
Gerakan Anggota Badan dan Mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru , gerakan kepala dan badan adalah
aspek yang amat penting dalam berkomunikasi . Ekspresi wajah , misalnya
tersenyum , mengerutkan dahi , cemberut , menaiikan alis , kelihatan
tertarik dengan memperhatikan , dan lain
– lain . Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara , misalnya
mengangguk , menggeleng , mengankat atau merendahkan kepala . Gerakan tangan
juga bisa dilakukan , seperti jari digunakan untuk menunjuk , menggoyang –
goyangkan tangan , dan lain – lain .
e.
Pindah Posisi
Perpindahan posisi selain
bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh , juga agar perhatian siswa
tidak monoton . Dengan bergerak , berarti guru tidak berada dalam satu posisi
saja , melainkan ia berpindah –pindah . Perpindahan posissi guru hendaklah
karena maksud – maksud tertentu dan dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan
. Umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang ribut , maka dengan
perpindahan posisi guru kesebelah kanan , siswa menjadi tidak ribut . Dengan
demikian , selama menyampaikan materi seorang guru hendaklah tidak seperti
patung ( berdiri saja ) atau tidak seperti orang yang lumpuh ( duduk saja ) .
Guru perlu berpindah secara leluasa seperti mengelilingi siswa atu bergerak
pindah posisi di depan kelas . Perlu diingat bahwa perpindahan – perpindahan
yang di lakukan oleh guru tidak boleh terlalu berlebihan .
Dalam buku yang di tulis
oleh M. Sobry Sutikno, Berikut ini akan dijelaskan beberapa petunjuk praktis perpindahan posisi
guru dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a.
Jangan membiasakan menerangkan sambil berjalan mondar mandir tetapi
juga jangan membiasakan menerangkan hanya sambil duduk saja .
b.
Jangan biasakaan bergerak bebas dalam kelas , hal ini terkandung
maksud sambil memberikan dorongan dan memberikan rasa dekat dan sekaligus sambi
mengontrol tingkah laku sisswa . Bergerak harus dilakukan secara proposional .
c.
Jangan membiasakan menerangkan selalu sambil menulis menghadap
papan tulis atau membelakangi siswa terlalu lama , karena hal tersebut akan
memicu siswa untuk bermain .
2.
Variasi dalam Penggunaan
Media
Dalam aktivitas pembelajaran , media dapat di definasikan sebagai
sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang
berlangsung antara guru dengan siswa . Penggunaaan media ini akan menghindari
kejenuhan siswa terhadap gurunya atau terhadap mteri pelajaran yang disampaikan
guru . Melalui media , ada alih pandang , dengar dan objek perhatian yang
mungkin lebih menarik dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja .
Bahkan melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap
pelajaran akan lebih baik .
Ada tiga komponen dalam
variasi media , yaitu media pandang , ( visual ) , media dengar ( audio ) dan media taktil .Ketiga
media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti berganti – ganti bahkan
mungkin ketiganya digunakan . Penggunaan variasi media ini karena besar
kemungkinan tiap anak mempunyai kesenangan yang berbeda dalam menggunakan alat
indra untuk belajar , maka pendekatan
multiindra ini akan dapat memenuhi selera anak yang berbeda tersebut . Ketiga
jenis variasi media tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a)
Variasi Media Pandang
Media pandang yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
diantaranya buku , majalah , globe , peta , film – film strip , TV , gambar ,
grafik , papan tulis , poster dan sebagainya. Media ini berguna untuk:
1)
Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang
konkret
2)
Agar siswa memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran ;
3)
Membantu penumbuhan watakkreatif dan mandiri siswa ;
4)
Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan
berkesinambungan
5)
Memberikan pengalaman baru dan unik .
b)
Variasi Media Dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi
proses belajar siswa . Selain keras – lemah , tinggi - rendah , cepat – lambat
, dan gembira atau sedih dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru,
diperlukan juga media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan
merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu . Bisa saja guru merekam suaranya
dirumah atau merekam suara lain yang patut didengarkan dan punya relevansi
dengan materi pelajaran .
c)
Variasi Media Taktil ( Media yang dapat Diraba atau Dimanipulasi )
Media taktil merupakan media pembelajaran yang dapat disentuh ,
diraba , atau dimanipulasikan . Dalam hal ini akanmelibatkan siswa dalam
kegiatan penyusunana atau pembuatan model , yang hasilnya dapat disebut sebagai
media taktil . Media seperti model , patung , dan sebagainya , dapat diberikan
kepada siswa untuk diraba dan dimanipulasi . Penggunaan media ini pada dasarnya
memotivasi siswa untuk kreatif.
3.
Variasi Pola Interaksi
Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru menurut Nana
Sudjana ( 1989 ), seperti yang di kutip oleh M. Sobry Sutikno dalam bukunya berikut
ini:
a.
Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah . Dalam
komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima
aksi . Guru aktif dan siswa fasif . Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi
satu arah, atau komunikasi sebagai aksi
b.
Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah .
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu
pemberi aksi dan penerima aksi . Di sini , sudah terlihat hubungan dua arah ,
tetapi terbatas antara guru siswa secara individual . Keduanya dapat saling
memberi dan menerima . Komonokasi ini lebih baik dari pada yang pertama , sebab
kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
c.
Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi .
Komunikasi ini tidak hanya melibtkan interaksi dinamis antara guru
dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya . Proses pembelajaran dengan pola
komunikasi ini mengarah kepada proses
pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal , sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif . Diskusi simulasi merupakan starategi yang
dapat mengembangkan komunikasi ini.
Dalam pola interaksi ,guru bisa
menggunakan metode pembelajaram secara bervariasi , tentunya harus disesuaika
dengan tujuan , materi pembelajaran serta situasi dan kondisi . Sususna atau
bentuk kelas dapat dirubah sesuai dengan kegiatan belajar tertentu . Dlam
kegiatan diskusi , susunan meja meligkar lebih cocok daripada susunan klasik
dengan meja – meja siswa berderet kebelakang dan meja guru terletak di depan
kelas . Belajar bebas ( sendiri ) dapat diatur di salah satu pojok yang
disediakan untuk itu , bila mungkin ,di ruang khusus dalam perpustakaan.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi pembelajaran adalah suatu kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Deminsi – deminsi variasi dalam proses pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu
variasi dalam gaya guru dalam membelajarkan , variasi dalam penggunakan media dan bahan pengajaran, dan
variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adapun
prinsip-prinsip dari penggunaan variasi pembelajaran sebagai berikut:
1. Variasi hendaknyan
digunakan dengan maksud tertentu , relevan
dengan tujuan yang hendalk dicapai , materi pembelajaran , dan sesuai
dengan tingkat kemampuan sisiwa
2. Menggunakan
variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar
mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
- Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan
direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai
dengan umpan balik yang diterima dari siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno , Strategi Belajar
Mengajar , Refika Aditama, Bandung ,
2007.
M. Sobry Sutikno , Media dan
Pembelajaran , Holistika Lombok ,
2015.
H. Abuddin Nata , Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran , Jakarta Kencana , 2009.
[1] Lihat Dr. Rusman , Model –model Pembelajaran , ( Jakarta :
RajaGrafindo Persada , 2012 ) , hlm . 85.
[2] M. Sobry Sutikno. Media dan
Pembelajaran, ( Holistika Lombok, 2015 ), hal. 141-142.
[3]Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar, (
Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 91-92.
[4]M. Sobry Sutikno. Media dan Pembelajaran, ( Holistika Lombok:
2015), hal. 142-145.
[5]Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (
Jakarta: Kencana, 2011), hal. 286.
[6] M. Sobry Sutikno. Media
dan Pembelajaran, ( Holistika Lombok: 2015), hal. 146- 152.
No comments:
Post a Comment