Saturday, 17 February 2018

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN VARIASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kebosananpada dasarnya keadaan yang tidak ingin dialami setiap orang dalam kehidupan ini. Perasaan bosan tidaklah menyenangkan bagi siapa saja. Kalau setiap hari kita memakan makanan yang sama terus menerus yang akhirnya nanti akan berujung pada kebosanan.
Demikian juga pada dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan variasi mengajar dan tidak monoton dalam proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar siswa tidak menjadi bosan, lebih perhatian, tidak mengantuk dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan pembelaran dapat tercapai dengan efektif.
Dalam proses pembelajaran terjadinya variasi mengajar guru dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Penggunaan variasi dalam mengajar ditujukan kepada perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.
B.     Rumusan masalah

1.      Apa Pengertian Variasi ?
2.      Apa Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran ?
3.      Bagaimana Prinsip – prinsip Penerapan Variasi Dalam Proses Pembelajran ?
4.      Apa Saja Deminsi – deminsi Variasi Dalam Proses Pembelajaran ?

C.    Tujuan

1.      Menjelaskan Pengertian Variasi
2.      Menjelaskan Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
3.      Menjelaskan Prinsip – prinsip Penerapan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
4.      Menjelaskan Deminsi – deminsi Penerapan Variasi Dalam Proses Pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Variasi 
Peserta didik adalah individu yang unik, heterogen dan memiliki interes yang berbeda – beda . Siswa ada yang memiliki kecenderungan auditif , yaitu senang mendengarkan , visual , senang melihat dan kecenderungan kinestitik , yaitu senang melakukan . Karena itulah guru harus memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran . Penggunaan multisumber , multimedia , multimetode , multistrategi , dan multi model . Biarlah pembelajaran dilakukan secara klasikal , tapi sentuhan harus individual . Artinya guru perlu menggunakan ceramah untuk siswa yang auditif , guru perlu menggunakan media , , alat peraga untuk siswa yang visual , dan guru harus mengadakan diskusi , eksprimen , demonstrasi dan praktik untuk siswa yang kinestetik . Bila guru telah melakukan hal tersebut berarti guru telah menyentuh masing – masing interes siswa . Maka hasil yan diperoleh akan mendekati penilaian yang sebenarnya . Disamping itu , pengunaan variasi dalam kegiatan pembelajaranditujukan untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran yang monoton , dengan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal , sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan , antusiasme serta penuh parsitipasi dalam kegiatan pembelajaran.[1]
Selanjutnya, Menurut kamus ilmiah populer, variasi adalah selingan atau pergantian. Sedangkan, Udin S. Winataputra (2004) sebagaimana yang dikutip oleh M. Sobry Sutikno, mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan yang unik bagi masing-masing model tersebut. Adapun variasi dalam proses pembelajaran merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan pembelajaran.[2]
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa , bahkan guru mengalami kejenuhan . Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran . Untuk mengatasi kejenuhan itu  perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi . Apabila guru mampu menghadirkan proses mengajar yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi .
            Kejenuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran langsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau ke kamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pembelajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal.
B.     Tujuan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
 Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya . sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan . Merasakan makanan yang sama terus – menerus akan menimbulkan kebosanan ; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau , juga karena bosan . Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.[3]
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007) menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran, variasi diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:
  1.      Agar perhatian siswa meningkat
Selama proses pembelajaran berlangsung , siswa dituntut untuk memperhatikan materi , sikap dan teladan yang diberikan guru . Apabila perhatian siswa berkurang apalagi tidak memperhatikan sama sekali, sulit diharapkan jika siswa mengetahui dan memahami apa yang diurakan guru.
Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa pada materi pelajaran , contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru kurang mamapu , jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah kurang kondusif (ribut) , dll. Karena itu , tujuan pembelajaran akan tercapai manakala kendala- kendala diatas dapat teratasi, disamping siswa mau dan mampu mencerna pelajaran yang diberikan guru dengan penuh perhatian . Dengan perhatian penuh tersebut diharapkan siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan guru .
   2.      Memotivasi siswa
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnyatidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Begitu juga dalam belajar , guru dapat mengamati perbedaan prestasi siswa yang satu dengan lainnya. Hasil pengamatan niscaya akan menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai seorang siswa salah satunya terkait dengan besarnya motivasi yang ia miliki.
Dengan demikian , dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan penting dalam belajar . Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar , tidak akan mendapatkan kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiei harus menjaga motivasinya , guru juga hendaknya membantu siswa untuk enjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya. Dalam konteks itulah variasi yang dilakukan oleh guru berkontribusi besar untuk membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar.
Pada setiap siswa sesungguhnya memiliki potensi yang sama terhadap motivasi , atau lazim disebut dengan “motivasi intrinsik”. Paran guru dalam hal ini ada dua .
Pertama , mempertebal motivasi intrinsik siswa .
Kedua , guru merupakan faktor motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar dalam rangka agar siswa termotivasi untuk belajar . Melalui proses pembelajaran bervariasi itulah berarati guru telah mamapu menghadirkan motivasi eksrinsik bagi siswa
  3.      Menjaga Wibawa Guru
Guru adalah orang yang diguguh dan ditiru . Guru hendaklah menyadari bahwa kehadiranya sewaktu membelajarkan tidak seluruh siswa menyayanginya . Banyak guru yang kehadiranya di kelas disambut dengan senyum kecut, diterawai , bahkan adakalanya siswa menggunjing guru , baik melalui singgungan ( tidak langsung ) atau menggunjing ketika guru itu selesai membelajarkan .
Faktor ketidak senangan siswa terhadap guru umum – nya terjadi sebagai reaksi terhadap perilaku saat membelajarkan . Umpamanya , Ketika membelajarkan guru duduk saja . Cara ini mengundang gunjingan dari siswa , umpamanya siswa menyebut “ pak Ambeyen “
Dengan memperhatikan penjelasan tersebut , maka untuk menghindari berbagai kejadiaan yang dapat merendahkan wibawa guru , salah satunya guru harus mampu membelajarkan dengan penuh percaya diri , memiliki kesiapaan mental dan intelektual , memiliki kekayaan metode , keluluasan teknik , dansebagainya . Dengan kata lain , guru harus memiliki bentuk dan model pembelajara yang bervariasi .
  4.      Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran
Guru yang memiliki kemampuan variasi membelajarkan, terlebih dahulu ditentukan oleh penguasaanya terhadap seluruh elemen – elemen pembelajaran seperti materi, metode, media, pendekatan dan teknik pembelajaran. Jika hal itu kurang, apalagi tidak dikuasai. maka sangat sulit mendambakan seorang guru yang memiliki variasi membelajarkan secara tepat dan diterima oleh siswa .
Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuaan guru memiliki variasi membelajarkan bergantung dari ketersediaan fasilitas yang ada di kelas atau sekolah. Sebab , sangat disadari bahwa fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah . Fungsi fasilitas antara lain sebagai alat bantu , peraga dan sumber belajar ( Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , 1996 ) . Jika guru mampu menghadirkan pembelajaran yang bervariasi maka dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai  fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pembelajaran yang bervariasi . atau setidak – tidaknya siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasiltas yang memungkinkan ketika guru membelajarkan tersedia fasilitas yang memadai.[4]
   5.      Menghilangkan Kejenuhan Dalam Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah kegiatan yang berat apabila tidak didasarkan pada minat dan dorongan yang kuat . Belajar dan mengajar sering pula dihinggapi rasa jenuh yang dapat menurunkan prestasi belajar tersebut . Hal ini akan dapat diatasi antara lain dengan menghilangkan rasa kejenuhan yang menghinggapi dengan cara menumbuhkan suasana belajar mengajar yang menggairahkan , menyenangkan , dan menggembirakan melalui upaya pengembangan variasi dalam mengajar. [5]
C.    Prinsip – Prinsip Penggunaan Variasi Dalam Proses Pembelajaran
Menurut M. Sobry Sutikno, Ada tiga prinsip penerapan variasi dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 
1.      Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu , relevan dengan tujuan yang hendak dicapai , materi pembelajaran , dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.  Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan . sebaliknyan , pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan , malah dapat mengganggu proses pembelajaran . Disamping itu , memilih metode yang terlalu banyak untuk masing–masing kegiatan pembelajaran juga aka bisa mengganggu .
2.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.      Sejalan dengan perinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik . Artinya , secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pembelajaran . Akan tetapi , apa bila diperlukan , komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan sesuai dengan kebutuhan .

D.    Diminsi – Diminsi Variasi Dalam Proses Pembelajaran
Seperti yang di jelaskan oleh M. Sobry Sutikno,  bahwa  dalam proses pembelajaran , ada beberapa deminsi variasi yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
  1.      Variasi Gaya Guru dalam Membelajarkan
Variasi gaya guru dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan dengan baik , akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar . Beberapa diantaranya yang termasuk variasi gaya guru dalam membelajarkan, diantaranyasebagai berikut:
   a.       Penguatan Variasi   Suara
Tidak dapat dipungkiri bahwa suara guru memiliki peranan penting dalam  melahirkan kaulitas variasi . Karena itu , intonasi, nada, volume dan kecepatan suara guru perlu diatur dengan baik . Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi lemah ,  dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat , dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada kata – kata tertentu .Pendekatan ini penting agar siswa mengetahui hal – hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru .
Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek – aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya . Umpamanya , guru menggunakan kalimat “ sekali lagi bapak ibu tekankan “ atau “ coba anda perhatikan “ dan sebagainya
  b.      Kontak pandang
Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa , selama menyampaikan materi pelajaran , tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang keluar , ke atas atau ke siswa tertentu saja . Guru hendaklah beragi pandangan kepada selruh siswa . Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa di perhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ngobrol atau gaduh.
Kontakpandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi ( seperti membesarkan mata tanda tercengang ) . atau dapat juga digunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman siswa .
  c.       Pemberian Waktu
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran , siswa perlu diberi waktu utnuk menelaah kembali  atau mengorganisasikan pertanyaan . Ketika guru berhenti , siswa memiliki kesempatan menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari pernyataan – pernyataan guru yang belum jelas .
  d.      Gerakan Anggota Badan dan Mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru , gerakan kepala dan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi . Ekspresi wajah , misalnya tersenyum , mengerutkan dahi , cemberut , menaiikan alis , kelihatan tertarik  dengan memperhatikan , dan lain – lain . Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara , misalnya mengangguk , menggeleng , mengankat atau merendahkan kepala . Gerakan tangan juga bisa dilakukan , seperti jari digunakan untuk menunjuk , menggoyang – goyangkan tangan , dan lain – lain .
   e.       Pindah Posisi
Perpindahan posisi  selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh , juga agar perhatian siswa tidak monoton . Dengan bergerak , berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja , melainkan ia berpindah –pindah . Perpindahan posissi guru hendaklah karena maksud – maksud tertentu dan dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan . Umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang ribut , maka dengan perpindahan posisi guru kesebelah kanan , siswa menjadi tidak ribut . Dengan demikian , selama menyampaikan materi seorang guru hendaklah tidak seperti patung ( berdiri saja ) atau tidak seperti orang yang lumpuh ( duduk saja ) . Guru perlu berpindah secara leluasa seperti mengelilingi siswa atu bergerak pindah posisi di depan kelas . Perlu diingat bahwa perpindahan – perpindahan yang di lakukan oleh guru tidak boleh terlalu berlebihan .
 Dalam buku yang di tulis oleh M. Sobry Sutikno, Berikut ini akan dijelaskan  beberapa petunjuk praktis perpindahan posisi guru dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a.       Jangan membiasakan menerangkan sambil berjalan mondar mandir tetapi juga jangan membiasakan menerangkan hanya sambil duduk saja .
b.      Jangan biasakaan bergerak bebas dalam kelas , hal ini terkandung maksud sambil memberikan dorongan dan memberikan rasa dekat dan sekaligus sambi mengontrol tingkah laku sisswa . Bergerak harus dilakukan secara proposional .
c.       Jangan membiasakan menerangkan selalu sambil menulis menghadap papan tulis atau membelakangi siswa terlalu lama , karena hal tersebut akan memicu siswa untuk bermain .
   2.       Variasi dalam Penggunaan Media  
Dalam aktivitas pembelajaran , media dapat di definasikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru dengan siswa . Penggunaaan media ini akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya atau terhadap mteri pelajaran yang disampaikan guru . Melalui media , ada alih pandang , dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja . Bahkan melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran akan lebih baik .
Ada tiga komponen  dalam variasi media , yaitu media pandang , ( visual ) , media  dengar ( audio ) dan media taktil .Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti berganti – ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan . Penggunaan variasi media ini karena besar kemungkinan tiap anak mempunyai kesenangan yang berbeda dalam menggunakan alat indra  untuk belajar , maka pendekatan multiindra ini akan dapat memenuhi selera anak yang berbeda tersebut . Ketiga jenis variasi media tersebut, diantaranya sebagai berikut:
  a)      Variasi Media Pandang
Media pandang yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya buku , majalah , globe , peta , film – film strip , TV , gambar , grafik , papan tulis , poster dan sebagainya. Media ini berguna untuk:
1)      Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret
2)      Agar siswa memiliki perhatian optimal  terhadap materi pelajaran ;
3)      Membantu penumbuhan watakkreatif dan mandiri siswa ;
4)      Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan
5)      Memberikan pengalaman baru dan unik .
  b)      Variasi Media Dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar siswa . Selain keras – lemah , tinggi - rendah , cepat – lambat , dan gembira atau sedih dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, diperlukan juga media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu . Bisa saja guru merekam suaranya dirumah atau merekam suara lain yang patut didengarkan dan punya relevansi dengan materi pelajaran .
   c)      Variasi Media Taktil ( Media yang dapat Diraba atau Dimanipulasi )
Media taktil merupakan media pembelajaran yang dapat disentuh , diraba , atau dimanipulasikan . Dalam hal ini akanmelibatkan siswa dalam kegiatan penyusunana atau pembuatan model , yang hasilnya dapat disebut sebagai media taktil . Media seperti model , patung , dan sebagainya , dapat diberikan kepada siswa untuk diraba dan dimanipulasi . Penggunaan media ini pada dasarnya memotivasi siswa untuk kreatif.
  3.      Variasi Pola Interaksi
Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru menurut Nana Sudjana ( 1989 ), seperti yang di kutip oleh M. Sobry Sutikno dalam bukunya berikut ini:
  a.       Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah . Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi . Guru aktif dan siswa fasif . Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi
   b.      Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah .
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi . Di sini , sudah terlihat hubungan dua arah , tetapi terbatas antara guru siswa secara individual . Keduanya dapat saling memberi dan menerima . Komonokasi ini lebih baik dari pada yang pertama , sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
   c.       Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi .
Komunikasi ini tidak hanya melibtkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya . Proses pembelajaran dengan pola komunikasi  ini mengarah kepada proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal , sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif . Diskusi simulasi merupakan starategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.
Dalam pola interaksi ,guru bisa menggunakan metode pembelajaram secara bervariasi , tentunya harus disesuaika dengan tujuan , materi pembelajaran serta situasi dan kondisi . Sususna atau bentuk kelas dapat dirubah sesuai dengan kegiatan belajar tertentu . Dlam kegiatan diskusi , susunan meja meligkar lebih cocok daripada susunan klasik dengan meja – meja siswa berderet kebelakang dan meja guru terletak di depan kelas . Belajar bebas ( sendiri ) dapat diatur di salah satu pojok yang disediakan untuk itu , bila mungkin ,di ruang khusus  dalam perpustakaan.[6]
  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan 
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi pembelajaran  adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
 Deminsi – deminsi variasi dalam proses pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya guru dalam membelajarkan , variasi dalam penggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adapun prinsip-prinsip dari penggunaan variasi pembelajaran  sebagai berikut:
1.      Variasi hendaknyan digunakan dengan maksud tertentu , relevan  dengan tujuan yang hendalk dicapai , materi pembelajaran , dan sesuai dengan tingkat kemampuan sisiwa
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
  1. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno , Strategi Belajar Mengajar ,  Refika Aditama, Bandung , 2007.
M. Sobry Sutikno , Media dan Pembelajaran ,  Holistika Lombok , 2015.
H. Abuddin Nata , Perspektif  Islam tentang Strategi Pembelajaran ,  Jakarta Kencana , 2009.


  



[1] Lihat Dr. Rusman , Model –model Pembelajaran , ( Jakarta : RajaGrafindo Persada , 2012 ) , hlm . 85.
[2]  M. Sobry Sutikno. Media dan Pembelajaran, ( Holistika Lombok, 2015 ), hal. 141-142.
[3]Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 91-92. 

[4]M. Sobry Sutikno. Media dan Pembelajaran, ( Holistika Lombok: 2015), hal. 142-145. 

[5]Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2011), hal. 286. 

[6]   M. Sobry Sutikno. Media dan Pembelajaran, ( Holistika Lombok: 2015), hal.  146- 152. 

No comments:

Post a Comment

Entri Populer