Wednesday, 17 January 2018

MAKALAH PROPESI KEGURUAN PENDIDIK PROFESIONAL MEMILIKI KEMAMPUAN DALAM MENGEMBANNGAN KURIKULUM


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan disadari satu kebenaran  fundamental, yakni bahwa kunci keberhasilan mempersiapkan dan menciptakan guru-guru yang profesional, yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk merencanakan pendidikan di masa depan.  Berkaitan mempersiapkan guru yang berkualitas dimasa depan, dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini dihadapkan pada persoalan bagaimana meningkatkan kualitas sekitar 3  juta guru yang sekarang ini sudah bertugas di ruang-ruang kelas.  Perhatian utama pendidikan sekarang adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Inovasi pendidikan akan berjalan dan mencapai sasarannya jika progam pendidikan tersebut dirancang dan di implementasikan sesuai dengan kondisi dan tuntutan jaman.
Sebagai implikasi dari pentingnya inovasi pendidikan menuntut kesadaran tentang peranan guru. Seabagai tenaga professional, guru merupakan  pintu gerbang inovasi sekaligus gerbang menuju pembangunan yang terintegrasi. Hal ini dikarenakan pembangunan dapat terlaksana jika dimulai dari membangun manusianya terlebih dahulu. Tanpa manusia yang cakap, terampil, berpengetahuan, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab maka pembangunan yang terintegrasi tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, setiap guru  dan tenaga kependidikan lain harus memahami kurikulum dengan sebaik- baiknya.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Persoalan tentang bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem nilai (value system) yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat itu.  kurikulum berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh karena itu, proses pengembangannya juga harus memperhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus secara terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.





BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Dari  Kurikulum
Sebelum penulis memaparkan lebih jauh tentang pengembangan kurikulum di sini penulis terlebih dahulu memaparkan beberapa definisi dari kurikulum sebagai berikut: Kata kurikulum “bukan berasal dari bahasa Indonesia,tetapi berasal dari bahasa latin,kata dasarnya adalah “Currere” secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Jadi “Curiculum” emula berarti “ a running course, or race corce, especially a chariotrace corse” yang jalur pacu,lapangan tersebut ada garis start dan batas finish dan secara tradisional kurikulum disajikan seperten dan ai itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang. Terdapat pula dalam prancis “Courier” artinya to “run”  berlari.dalam lapangan pendidikan pengertian teersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secar pasti, dari mana mulai mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri,dan bagaimana cara untuk manguasai bahan agar agar dapat mencapai kelulusan. Galen dan Alexander mengatakan kurikulum adalah segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi anak belajar,baik didalam maupn di luar kelas.
Menurut Grayson ( 1978) kurikulum adalah suatu perncanaan untuk mendapatkan keluaran ( out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.UUSPN No.20 tahun 2003 pasal 1,ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seoerangkat rencana dan pengaturan memngenai tujuan,isi,dan bahan pelajaran serta cara yang digunnakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi yang dikemukakan oleh Robert M.Hutchins (1936) yang menyatakan” The curriculum should include grammer,reding,theoretic,and logic, and mathematic,and addition ant the secondary level introduce the great books of the western world”
B.   Definisi Dari Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
  1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objectifes) yang jelas.
  2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
  3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
  4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas diantara para pelajar.
  5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
  6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna.
  7. The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak di gunakan di sekolah.
  8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa .
  9. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
  10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif,  afektif, dan psikomotorik.
C.  Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulum dapat berpungsi sebagai pedoman,maka ada sejumlah prinsip-prinsip dalam proses pengembangannya adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan,sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.oleh sebab itu,pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.inilah yang disebut dengan prisip relevansi.
 Ada dua macam relevansi,yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara-antara komponen-komponennya,yaitu keserasian anatar tujuan yang akan dicapai,isi, materi materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan zserta alat penilaian  untuk melihat ketercapaian tujuan.
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian anatara tujuan ,isi, dan proses belajar siswa yang tercakup  dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum :pertama relevan dengan lingkkungan hidup peserta didik.Artinya,bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kkurikulum hendaklah disesuiaka dengnan kondisi lingkungan sekitar siswa.contohnya untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota,seperti keramaian dan rambu-rambu lalu lintas ,tata cara dan pelayanan Bank,kantor pos, dan lain sebagainya..
Kedua,relevan dengan oerkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuaia dengan situasi dan klondisi yang sedang berkembang.
Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan.Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja.untuk sekolah jurusan contohnya,kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana agar siswa mampu mengunakan Mesin tik sebagai alat untuk keperluan surat menyurat, maka sekarang mesintik sudah tidak banyak digunakan,akan tetapi yang lebih banyak digunakan Komputer. Dengan demikian,keterampilan mengoperasikan computer harus di ajarkan.
2.        Prinsip fleksibelitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yamng ada.bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kkurang,latar belakang atau kemampuan dasaar siswa yang rendah,atau mungkinsarana dan oerasarana yang ada disekolah tidak memadai.kurikulu harus bersifat lentu atau fleksibel.Artinya kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikkulum yang  kaku atau tidak fleksibel atau sulit di terapkan.Prinsip  fleksibilitas memiliki dua sis: pertama, fleksibel bagi guru,yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengjarannya sesuai dengan kondisi yang ada.kedua,fleksibel bagi siswa,artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
3.    Prinsip kontinuitas
Prinsip ini mengandung bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.Dalamm penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pad ajenjang yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang yang sebelumnya. Prinsipini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang memungkinkkan program pengajaran tidak efektif dan efisien,akakn tetapi juga untuk keberhasilan siwa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan,maka perlu ada  kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalnya para pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP,jejang SLTA, dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
4.          Prinsip Efektifitas
   Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu  kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.terdapat dua sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kkurikullum di dalam kelas.kedua,efektifitas kegiatan siswa dalm melaksankan kegiatan belajar.efektifitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan dalam mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.sebagai contoh,apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikkulum ,ternyata dalm jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikakn 4 atau 5 program saja. Berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektifitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu terntentu. Sebagai contoh apabila ditetapkan dallm satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran,ternyata hanya sebagian saja dapat  dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran siswa tidak efektif.
5.         Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,suara,dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.kkurikulum dikatakan memilliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana,biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.batapa pun bagus dan idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan,saran dan perasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya,maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan,kurikul harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.(Wina Sanjaya: 2010 hal: 39-42)    
D.   Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.
Murray Printr (1993) mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut:
v Implementers
v Adafter
v Developers
v Recearchers
Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.
Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya (Wina Sanjaya:2010 hal 30). Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dalam Sumardi, 2009).
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral:
1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum  makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk  satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan.
2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uaraian di atas penulis simpulkan bahwasanya yang di maksud dengan kurikulum adalah adalah suatu perncanaan untuk mendapatkan keluaran ( out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.adapun yang dimaksu dengan Pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Pengembanagnn kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal – hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan yang meliputi asumsi, tujuan pengembangan kurikulum, penilaian kebutuhan, konten kurikulum, sumber materi kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum dan keadaan di masa mendatang. Dalam penyusunan kurikulumterdapat beberapa prinsi-prinsip dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
*      :prinsip relevansi
*      Prinsip fleksibilitas
*      Prinsip kontinuitas
*      Prinsip efektifitas
*      Prisip efisiensi
Adapun peran guru dalam pengembangan kurikulum itu sebagai berikut:
*      Implementers
*      Adafter
*      Developers
*      Recearchers

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Prof. DR. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Prakatek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. DR.M.Pd.2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana
Khaeruddin, Drs. MA, Dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Semarang: Pilar Media
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2007. Proses  Belajar  Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Dakir, Drs. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Renika Cipta .
Nasution, Prof. 1982  Asas-asas Kurikulum. Bandung : Jemmars.


No comments:

Post a Comment

Entri Populer