BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan disadari satu kebenaran fundamental, yakni bahwa kunci keberhasilan
mempersiapkan dan menciptakan guru-guru yang profesional, yang memiliki
kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk merencanakan pendidikan di masa
depan. Berkaitan mempersiapkan guru yang
berkualitas dimasa depan, dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini dihadapkan
pada persoalan bagaimana meningkatkan kualitas sekitar 3 juta guru yang sekarang ini sudah bertugas di
ruang-ruang kelas. Perhatian utama
pendidikan sekarang adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat.
Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas
mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan
pendidikan dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Kurikulum
memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan
arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring dengan perkembangan jaman
dan tuntutan dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi
dalam pendidikan. Inovasi pendidikan akan berjalan dan mencapai sasarannya jika
progam pendidikan tersebut dirancang dan di implementasikan sesuai dengan
kondisi dan tuntutan jaman.
Sebagai
implikasi dari pentingnya inovasi pendidikan menuntut kesadaran tentang peranan
guru. Seabagai tenaga professional, guru merupakan pintu gerbang inovasi
sekaligus gerbang menuju pembangunan yang terintegrasi. Hal ini dikarenakan
pembangunan dapat terlaksana jika dimulai dari membangun manusianya terlebih
dahulu. Tanpa manusia yang cakap, terampil, berpengetahuan, cerdas, kreatif dan
bertanggung jawab maka pembangunan yang terintegrasi tidak akan dapat
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, setiap guru dan tenaga
kependidikan lain harus memahami kurikulum dengan sebaik- baiknya.
Kurikulum dan
pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu
rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak
diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa
kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung
secara efektif. Persoalan tentang bagaimana mengembangkan suatu kurikulum,
ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan.
Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk
mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh
karena itu, proses mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan
sistem nilai (value system) yang berlaku beserta perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat itu. kurikulum berfungsi mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh
karena itu, proses pengembangannya juga harus memperhatikan segala aspek yang
terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut yang mendorong begitu
kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus secara terus menerus
dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan
tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dari Kurikulum
Sebelum penulis memaparkan lebih
jauh tentang pengembangan kurikulum di sini penulis terlebih dahulu memaparkan
beberapa definisi dari kurikulum sebagai berikut: Kata
kurikulum “bukan berasal dari bahasa Indonesia,tetapi berasal dari bahasa
latin,kata dasarnya adalah “Currere” secara harfiah berarti lapangan perlombaan
lari. Jadi “Curiculum” emula berarti “ a running course, or race corce,
especially a chariotrace corse” yang jalur pacu,lapangan tersebut ada garis
start dan batas finish dan secara tradisional kurikulum disajikan seperten dan
ai itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang. Terdapat pula dalam prancis
“Courier” artinya to “run” berlari.dalam
lapangan pendidikan pengertian teersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah
ditentukan secar pasti, dari mana mulai mana mulai diajarkan dan kapan
diakhiri,dan bagaimana cara untuk manguasai bahan agar agar dapat mencapai
kelulusan. Galen dan Alexander mengatakan kurikulum adalah segala usaha yang
dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi anak belajar,baik didalam maupn di
luar kelas.
Menurut Grayson ( 1978) kurikulum adalah suatu perncanaan untuk
mendapatkan keluaran ( out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.UUSPN
No.20 tahun 2003 pasal 1,ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seoerangkat
rencana dan pengaturan memngenai tujuan,isi,dan bahan pelajaran serta cara yang
digunnakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari
definisi yang dikemukakan oleh Robert M.Hutchins (1936) yang menyatakan” The curriculum should include
grammer,reding,theoretic,and logic, and mathematic,and addition ant the
secondary level introduce the great books of the western world”
B.
Definisi
Dari Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan
kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri
dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Definisi
lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan
kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses
ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi
belajar mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan
spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat
pengukur pengembanagn kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, rencana
unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar
mengajar.
Berikut ini adalah
beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
- Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan
(goals dan general objectifes) yang jelas.
- Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan
prosedur pengembangan kurikulum.
- Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan
terjadinya proses belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat
siswa.
- Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong
difersitas diantara para pelajar.
- Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi
belajar mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat
pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
- Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan
karakteristik siswa pengguna.
- The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum
yang banyak di gunakan di sekolah.
- Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk
memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa .
- Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang
memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara
guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
- Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan
antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
C. Prinsip-prinsip
Pengembangan Kurikulum
Agar
kurikulum dapat berpungsi sebagai pedoman,maka ada sejumlah prinsip-prinsip
dalam proses pengembangannya adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip
relevansi
Kurikulum
merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang
pengetahuan,sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat.oleh sebab itu,pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam
kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.inilah yang disebut dengan
prisip relevansi.
Ada dua macam relevansi,yaitu relevansi
internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap
kurikulum harus memiliki keserasian antara-antara komponen-komponennya,yaitu
keserasian anatar tujuan yang akan dicapai,isi, materi materi atau pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan zserta
alat penilaian untuk melihat
ketercapaian tujuan.
Relevansi
eksternal berkaitan dengan keserasian anatara tujuan ,isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.Ada tiga macam relevansi eksternal
dalam pengembangan kurikulum :pertama relevan dengan lingkkungan hidup peserta
didik.Artinya,bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kkurikulum hendaklah
disesuiaka dengnan kondisi lingkungan sekitar siswa.contohnya untuk siswa yang
ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota,seperti
keramaian dan rambu-rambu lalu lintas ,tata cara dan pelayanan Bank,kantor pos,
dan lain sebagainya..
Kedua,relevan
dengan oerkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang.
Artinya, isi kurikulum harus sesuaia dengan situasi dan klondisi yang sedang
berkembang.
Ketiga, relevan
dengan tuntutan dunia pekerjaan.Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah
harus mampu memenuhi dunia kerja.untuk sekolah jurusan contohnya,kalau dahulu
di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana agar siswa mampu mengunakan Mesin
tik sebagai alat untuk keperluan surat menyurat, maka sekarang mesintik sudah
tidak banyak digunakan,akan tetapi yang lebih banyak digunakan Komputer. Dengan
demikian,keterampilan mengoperasikan computer harus di ajarkan.
2.
Prinsip
fleksibelitas
Apa yang
diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi
kenyataan yamng ada.bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kkurang,latar belakang atau kemampuan dasaar siswa yang rendah,atau
mungkinsarana dan oerasarana yang ada disekolah tidak memadai.kurikulu harus
bersifat lentu atau fleksibel.Artinya kurikulum itu harus bisa dilaksanakan
sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikkulum yang
kaku atau tidak fleksibel atau sulit di terapkan.Prinsip fleksibilitas memiliki dua sis: pertama,
fleksibel bagi guru,yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi
guru untuk mengembangkan program pengjarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.kedua,fleksibel bagi siswa,artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
3.
Prinsip
kontinuitas
Prinsip ini
mengandung bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara
materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.Dalamm
penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk
mempelajari suatu materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk
mempelajari suatu materi pelajaran pad ajenjang yang lebih tinggi telah
diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang yang
sebelumnya. Prinsipini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak
terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang memungkinkkan program
pengajaran tidak efektif dan efisien,akakn tetapi juga untuk keberhasilan siwa
dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.
Untuk menjaga
agar prinsip kontinuitas itu berjalan,maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada
setiap jenjang pendidikan, misalnya para pengembang pendidikan pada jenjang
sekolah dasar, jenjang SLTP,jejang SLTA, dan bahkan dengan para pengembang
kurikulum di perguruan tinggi.
4.
Prinsip Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana
dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan
dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.terdapat dua sisi efektifitas
dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektifitas berhubungan dengan
kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kkurikullum di dalam
kelas.kedua,efektifitas kegiatan siswa dalm melaksankan kegiatan
belajar.efektifitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan dalam
mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.sebagai contoh,apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu
semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman
kurikkulum ,ternyata dalm jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikakn 4
atau 5 program saja. Berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu
tidak efektif.
Efektifitas kegiatan
siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan sesuai dengan jangka waktu terntentu. Sebagai contoh apabila
ditetapkan dallm satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran,ternyata hanya sebagian saja dapat
dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran siswa
tidak efektif.
5.
Efisiensi
Prinsip
efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,suara,dan biaya
yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.kkurikulum dikatakan memilliki
tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana,biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.batapa pun bagus dan
idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan,saran dan perasarana yang
sangat khusus serta mahal pula harganya,maka kurikulum itu tidak praktis dan
sukar untuk dilaksanakan,kurikul harus dirancang untuk dapat digunakan dalam
segala keterbatasan.(Wina Sanjaya: 2010 hal: 39-42)
D. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan
kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi
sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi
dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu
faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu
kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya,
maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan
sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif.
Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam
pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.
Murray Printr (1993) mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut:
v Implementers
v Adafter
v Developers
v Recearchers
Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk
mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru
hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan
kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab
dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum
bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena
itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi
guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk
melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan
profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya
sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi
kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik
sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana
para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal
yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan
hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran
guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.
Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan
dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan
isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa
yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai
pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik,
visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan
siswa.
Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum
researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab
untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan
kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran
dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti
kurikulum adalah PTK dan Lesson Study. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam
implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian
sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan
kualitas kinerjanya (Wina Sanjaya:2010 hal 30). Sedangkan lesson study
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja
sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/guru satu tingkat
kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu
belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari
perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi
oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama
atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dalam
Sumardi, 2009).
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum
dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral
desentral:
1. Peranan
Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum
yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum
yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro.
Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli.
Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum
dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu,
atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk
satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut
dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut
Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan
pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan
kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan
yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,
minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan media mengajar yang
bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang
tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam
implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi
guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Implementasi
kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan
dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para
siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan
motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta
memberikan pengarahan dan bimbingan.
2. Peranan
Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi
disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau
daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan
wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah
tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah
atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk
kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama,
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua,
kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri
dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada
motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri,
mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan
terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Beberapa
kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang
membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang
tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk
diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/
wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/
wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara
nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.
3. Peranan
Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
Untuk mengatasi
kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya
dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola
secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan
guru dalam dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang
dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam
penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana
pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk
sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen
dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai
perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.
Karena
guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami
dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum
di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana
dan evaluator kurikulum.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uaraian di atas
penulis simpulkan bahwasanya yang di maksud dengan kurikulum adalah adalah suatu perncanaan untuk mendapatkan keluaran ( out-comes)
yang diharapkan dari suatu pembelajaran.adapun yang dimaksu dengan Pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh
yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan
harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.
Pengembanagnn kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan
hal – hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan yang meliputi asumsi,
tujuan pengembangan kurikulum, penilaian kebutuhan, konten kurikulum, sumber
materi kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum dan keadaan di
masa mendatang. Dalam penyusunan kurikulumterdapat beberapa prinsi-prinsip
dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
:prinsip
relevansi
Prinsip
fleksibilitas
Prinsip
kontinuitas
Prinsip
efektifitas
Prisip
efisiensi
Adapun peran guru
dalam pengembangan kurikulum itu sebagai berikut:
Implementers
Adafter
Developers
Recearchers
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Prof. DR. 2007. Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Prakatek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. DR.M.Pd.2006. Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana
Khaeruddin, Drs. MA, Dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Semarang: Pilar Media
Hamalik, Oemar. Prof. DR. 2007. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Dakir, Drs. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Renika Cipta .
Nasution, Prof. 1982 Asas-asas Kurikulum. Bandung :
Jemmars.
No comments:
Post a Comment