KERANGKA TEORI
1.
Life
Skill
Masyarakat
Pengertian
kecakapan hidup, lebih luas dari keterampilan untuk bekerja. Kecakapan hidup
dapat dipilih menjadi Dua jenis, yaitu[1]:
a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang mecakup kecakapan mengenal diri (Self awareness), dan kecakapan berpikir
rasional (Thinking Skill);
b. Kecakapan Sosial (Social Skill);
Kecakapan
kesadaran diri itu pada dasarnya
merupakan penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota
masyarakat dan warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannnya bermanfaat bagi diri sendiri
dan lingkungannya.
Kecalapan
berpikir rasional mencakup antara
lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil
keputusan (information processing and
decision making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif
(creative problem solving skill), dua
kecakapan tersebut (kesadaran diri dan
berpikir rasional) merupakan kecakapan personal.
Kecakapan sosial
atau kecakapan antar-personal (inter-personal skill) mencakup antara
lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication
skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration
skill). Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu
ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi disini bukan sekedar menyampaikan
pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan
menumbuhkan hubungan yang harmonis.
Kecakapan
bekerjasama sangat diperlukan karena sabagai mahluk sosial, dalam kehidupan
sehari-hari manusia akan bekerja dengan manusia lain, kerjasama bukan sekedar
“kerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling
menghargai dan saling membantu. Dua kecakapan hidup yang diuraikan di atas
(kecakapan personal dan kecakapan sosial) biasanya disebut sebagai kecakapan
hidup yang bersifat umum atau kecakapan
hidup generic (general life skill/GLS). Kecakapan hidup tersebut diperlukan
oleh siapapun, baik mereka yang bekerja, mereka yang tidak bekerja dan mereka
yang sedang menempuh pendidikan[2].
Kecakapan
hidup yang bersifat spesifik (specific
life skill/SLS) diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang
khusus tertentu. Untuk mengatasi problema “mobil yang mogok” tentu diperlukan
kecakapan khusus tentang misin mobil. Untuk memecahkan masalah dagangan yang
tidak laku, tentu diperlikan kecakapan pemasaran. Untuk mampu melakukan
pengembangan biologi molekuler tentunya diperlukan keahlian di bidang
bio-teknologi.
Kecakapan
hidup yang bersifat khusus biasanya disebut juga sebagai kompetensi teknis (tehnical competencies) yang terkait
dengan materi mata-pelajaran dan mata-diklat tertentu dan pendekatan
pembelajaran. Seperti disebut dibagian depan, specific life skill (SLS)
mencakup kecakapan pembangunan akademik (kecakapan akademik) dan kecakapan
vakasional yang terkai dengan pekerjaan tertentu.
a.
Manfaat Life
Skill
Pendidikan Life Skill merupakan terobosan progresif
bagi dunia pendidikan di Negeri ini, sehingga harus dimanfaatkan secara
maksimal. Manfaat dari pendidikan Life
Skill ini luar biasa bagi dinamisasi dan revitalisasi dunia pendidikan di
tengah kompetisi massif di segala aspek kehidupan sekarang ini. Secara khusus,
pendidikan kecakapan hidup (Life Skill)
memiliki beberapa tujuan[3]:
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik
sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah
untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip
pendidikan berbasis keluasan (broad based education).
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
yang ada di masyarakat, sesuai dengan prisip manajemen berbasis sekolah (school-based management).
4. Memberikan wawasan yang luas dalam
mengembangkan karir.
5. Memberikan bekal dengan latihan dasar
tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Lebih
spesifik, menurut Slamet PH (2002), tujuan pendidikan kecakapan hidup dapat
dikemukakan sebagai berikut. Pertama,
memberdayakan asset kualitas batiniah, sikap, dan perbuatan lahiriah peserta
didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman(patos)
nilai-nilai kehidupan sehari-hari, sehingga dapat digunakan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kedua,
memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karier, yang dimulai dari
pengenalan diri, eksplorasi karier, orientasi karier, dan penyiapan karier. Ketiga, memberikan bekal dasar dan
latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan
sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik menghadapi kehidupan masa depan
yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus. Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong meningkatkan kemandirian
sekolah, partisipasi stakeholder, dan
fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah. Kelima, mempasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan
kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental dan fisik,
kemiskinan, criminal, pengangguran, lingkungan sosial, dan fisik, narkoba dan
kekerasan dan kemajuan ipteks[4].
Secara
umum, manfaat pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai
bekal dalam menghadapi dalam memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik
sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga Negara.
Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan
pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional
akan meningkat secara bertahap.
Adapun manfaat
pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik secara pribadi yang
mandiri, warga masyarakat, dan warga Negara. Sementara itu, bagi kalangan
pendidikan maupun masyarakat luas dapat memahami konsep kecakapan hidup dan
menerapkannya sesuai prinsip pendidikan berbasisi keluasan (broad based education).
Sebagai suatu
konsep, pendidikan kecakapan hidup tentu terbuka dan memang akan terus
berkembang, namun paling tidak semua pihak terkait dapat menyamakan persepsi
tentang apa itu kecakapan hidup (Life
Skill), pendidikan kecakapan hidup, serta pendidikan berbasis keluasan (broad based education), dan
pendidikan berbasis masyarakat (community-based education).
Manfaat lain
pendidikan kecakapan hidup adalah bagi pribadi peserta didik, dan juga bagi
lingkungan di mana peserta didik itu berbeda, atau bagi masyarakat luas.
Manfaat bagi pribadi peserta didik diantaranya, pendidikan Life Skills dapatkan meningkatkan kualitas berpikir, kualitas
kalbu, dan kualitas fisik. Sementara bagi masyarakat, pendidikan kecakapan
hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan Madani dengan beberapa
indikator, yaitu peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan prilaku destruktif
sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat
secara harmonis[5].
No comments:
Post a Comment