Pendidikan
Berbasis Life Skill
pendidikan Life Skill dapat diartikan sebagai
pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar
kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna
bagi perkembangan kehidupan peserta
didik. Dengan demikian, pendidikan Life
Skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran
agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik
siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.
Merancang dan
mewujudkan pendidikan yang sukses adalah suatu keniscayaan. Lembaga pendidikan
mempunyai kewajiban yang tidak bias dihindari untuk merancang dan melaksanakan
pendidikan sukses. Dari pendidikan sukses inilah, Indonesia akan mampu
melahirkan generasi masa depan yang siap menghadapi segala situasi, dan kondisi
siap menjadi pioneer dan mengubah
sejarah kehidupan manusia, siap menjadi pemimpin peradaban dunia[1].
Tak seharusnya
dunia pendidikan hanya melakukan rutinitas tanpa progresivitas. Justru, yang
harus dilakukan secara konsisten adalah senantiasa melakukan perubahan,
inovasi, dan pengembangan terus menerus kearah yang lebih baik, melihat
tantangan dunia global yang berjalan dengan massif dan eskalatif. Tidak ada
waktu untuk berleha-leha, pasif, dan menunggu bola. Mental proaktif harus
dikedepankan, mental progresif harus dikembangkan, dan mental inivatif harus
ditanamkan. Tidak ada sesuatu yang sukses dengan rutinitas belaka, sementara
dunia luar sudah demikian berkembang pesat. Tidak ada sesuatu yang tiba-tiba
tanpa kegigihan dan keuletan dalam berproses. Tidak ada sesuatu yang membuat
orang terkagum-kagum, kecuali setelah melalui cucuran keringat, perjuangan
keras dan panjang, serta tidak mundur menghadapi segala macam rintangan dan
tantangan silih berganti.
Tidak ada cara
lain mengejar ketertinggalan kemunduran bangsa ini kecuali dengan berjuang
keras mencurahkan segala kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi secara dinamis dan progresif. Itulah salah satu kunci kebangkitan Jepang yang membuat selurh
dunia kagum setelah dibumihanguskan amerika dan sekutunya pada Perang Dunia II.
Tidak ada penyesalan, mundur kebelakang atau perasaan kalah, justru kekalahan
tersebut menjadi momentum berharga yang berhasil meneguhkan harga diri,
bertekat bula mengunsung masa depan dengan menjadikan pendidikan menjadi ujung
tombak, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fokus utama perhatian didikasi
nasionalismenya. Mereka bukan bermental
Imitatif, tapi bermental transformative dan inovatif dalam melakukan pengembangan
sains dan teknologi terus-menerus.
Dalam konteks
ini, peningkatan mutu pendidikan menjadi suatu keniscayaan sejarah yang tidak
bias ditolak dan ditunda-tunda. Perubahan dunia berjalan dengan cepat
meniscayakan insan pendidikan meresponnya dengan cepat dan efektif pula.
Peningkatan mutu menjadi target yang harus dipenuhi.
No comments:
Post a Comment