Thursday 23 November 2017

Krangka Teori Skripsi Metode Catatan Terbimbing Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits


BAB II
KERANGKA TEORI
A.    Metode Catatan Terbilang
1.      Pengertian Metode Catatan Terbimbing
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.[9]
Secara etimologi “guided note taking” berasal dari bahasa inggris yang secara umum bermakna “pengambilan catatan terbimbing”. Metode pembelajaran guided note taking adalah metode yang menekankan pada peningkatan kemampuan dalam menangkap point-point penting dari teks lisan yang didengar, dengan cara memberikan panduan yang berbentuk kisi-kisi yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Metode guided note taking merupakan metode dimana guru menyiapkan bagan atau skema atau yang lain yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan-catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran.[10]
Tujuan penerapan strategi pembelajaran guided note taking adalah metode agar metode ceramah yang dikembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.[11]
Tujuan penerapan strategi catatan terbimbing secara umum, yaitu:
a.        Memfokuskan perhatian siswa pada point-point penting
b.      Menciptakan kerjasama antar aggota dalam kelompok ketika metode tersebut dilakukan secara kelompok
c.       Menciptakan interaksi persepsi antar anggota kelompok dalam menangkap point-point penting dalam teks
Pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar, misalnya berupa handout dari materi ajar yang akan disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi bagian point-point yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dengan handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata konci. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dikosongkan agar para siswa tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlansung, peserta didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi selesai, mintalah peserta didik membacakan handoutnya.
Ciri-ciri pembelajaran dengan metode catatan terbimbing (guided note taking), secara umum sebagai berikut:
a.       Adanya teks lisan yang harus disimak oleh peserta didik.
b.      Adanya kisi-kisi yang berupa pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang belum sempurna yang diberikan kepada peserta didik sebagai fokus konsentrasi mereka dalam menyimak teks.
c.       Adanya produk yang berupa resume dari teks yang disimak.
Langkah-langkah catatan terbimbing (guided note taking) sebagai berikut:
a.       Memberikan peserta didika bahan ajar yang berisi ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai metode ceramah.
b.      Mengosongkan bagian poin-poin yang dianggap penting sehingga akan terdapat ruang-ruang kosong dalam bahan ajar tersebut.
c.       Bagikan bahan ajar (handout) kepada peserta didik. Jelaskan bahwa handout sengaja dikosongkan beberapa poin penting dengan tujuan agar peserta didik tetap berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang akan disampaikan.
d.      Setelah selsai menyampaikan materi, minta peserta didik untuk membacakan hasil catatannya.
e.       Berikan klarifikasi.
Metode catatan terbimbing (guided note taking) dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan-kelebihan metode catatan terbimbing (guided note taking) adalah:
1.      Metode pembelajaran ini cocok kelas dasar dan kecil.
2.      Metode pembelajaran ini dapat digunakan sebelum, selama berlansung, atau sesuai kegiatan pembelajaran.
3.      Metode pembelajaran ini cukup berguna untuk materi pengantar.
4.      Dan lain-lain.
Adapun kekurangan-kekurangan metode  guided note taking dalam pembelajaran adalah:
1.      Jika metode guided note taking digunakan sebegian metode pembelajaran pada setiap meteri pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang sangat panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
3.      Terkadang sulit dalam pelaksana karena guru harus mempersiapkan handout atau rencana terlebih dahulu, dengan memiliah bagian atau materi mana yang harus dikosongkan dan mempertimbangkan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk belajar dengan metode tersebut, dan lain-lain.
B.     Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
1.      Pengertian Al-Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah mata pelajaran agama islam pada madrasah ibtidaiyah yang memberikan pemahaman kepada siswa tentang Al-Quran dan hadits sebagai sumber ajaran agama islam. Dalam hal ini pendidikan agama mengembangkan kemempuan siswa untuk memperteguh iman dan takwa kepada Allah serta berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut lainnya.
Dalam buku studi ilmu Al-Qur’an telah disebutkan bahwa pengertian Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ketika membacanya mendapatkan ibadah.
2.      Tujuan dan fungsi mata pelajaran al-qur’an Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits  mempunyai tujuan dan fungsi, dan tujuan itu sendiri agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.
Sedangkan fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada madrasah memiliki fungsi sebagai berikut:
a.       Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
b.      Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menujumanusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwakepada Allah Swt.
d.      Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari
C.    Prestasi Belajar
a.         Pengertian prestasi
Prestasi adalah suatu keberhasilan seseorang dalam belajar. Inilah yang menjadi harapan bagi semua orang atau siswa akan tetapi prestasi tidak semua orang yang bisa meraihnya. Tujuan ini membawa keharusan bagi seseorang dalam konstruksinya untuk selalu mengacu pada perencanaan program belajar.
Seorang guru harus pandai-pandai untuk memilih metode pengajaran yang dipakai dalam kelas untuk mengajarkan semua siswa agar nantinya siswa-siswa bisa meraih tujuan dari pembelajaran. Untuk mengetahuai prestasi belajar siswa, guru harus menggunakan tes atau penilaian tentang prestasi.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.[12]
Belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, karena belajar adalah the process of acquiring knowledge (belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan).[13]
Dalam pembelajaran ini guru diharapkan mampu merubah siswa menjadi siswa yang berprilaku seperti apa makna dari belajar itu sendiri, karena siswa membutuhkan pengajaran dan bimbingan dari guru untuk bisa merubah diri menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh sebab itu guru diminta untuk menilai siswa, apakah siswa tersebut sudah mampu untuk menjadi siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau belum.
Hampir semua ahli teori belajar, baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme, menekankan pentingnya umpan balik berupa nilai guna meningkatkan belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi siswa. Paling tidak, para siswa yang mengetahui akan adanya tes cenderung untuk belajar dan mempelajari apa yang diperkirakannya akan ditanyakan dalam tes. Dalam hal ini kita dapat mengatakan bahwa tes merupakan faktor yang memotivasi dan mengarahkan siswa dalam belajar. Apabila tes yang digunakan itu memang mengukur prestasi secara benar maka unsur motivasi dan pengarahan yang dimiliki oleh tes tersebut adalah sangat berharga.[14]
Sedangkan belajar adalah secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari intraksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut pandangan behavioristik teori belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya intraksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil intraksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.[15]
b.         Konsep prestasi belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[16] menyatakan bahwa tinjauan tentang teori belajar dapat dijelaskan berdasarkan beberapa pendapat:
a)             Menurut Gestalt, dalam belajar yang terpenting adalah adanya penyesuian pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
b)             Menurut Bruner, belajar tidak mengubah tinggah laku seseorng tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Oleh karena itu, dalam proses belajar diutamakan partisipasi aktif dari setiap siswa dan mengenal dengan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan. Dalam hal ini guru harus berusaha agar setiap siswa berperan aktif dan meningkatkan minat serta bimbingan agar mencapai tujuan tertentu.
c)             Menurut Piaget, Perkembangam proses belajar pada anak-anak yaitu struktur mental yang dimiliki anak berbeda dengan orang dewasa. Kemudian perkembangan mental pada anak melalui tahapan tertentu yang dipengaruhi oleh kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan equilibrasi yaitu proses dari faktor-faktor diatas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental.
d)            Menurut Gagne, belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.[17]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses atau upaya untuk memperoleh pengetahuan yang diikuti oleh perubahan tingkah laku, kebiasan, tindakan yang lebih baik dari sebelumnya.
c.         Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum
Dalam belajar di sekolah, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1)        Faktor intern (dalam), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berasal dari dalam diri siswa yang belajar, yang meliputi:
a)             Fisiologis, terdiri dari kondisi fisiolog secara umum  (kesehatan) dan kondisi panca indra (terutama penglihatan dan pendengaran).
b)            Kondisi psikologis, antar lain : kecerdasan, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematagan dan kesiapan
c)             Faktor kelemahan maksudnya kelemahan dalam belajar atau mengerjakan soal- soal.
2)        Faktor ekstern (luar), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berasal dari luar dari siswa, yang meliputi:
a)             Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan
b)            Faktor sekolah antar lain : Metode Mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadanya gedung, metode belajar, dan sebagainya.
c)             Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bargaul, bentuk kehidupan masyarakat.[18]


Selamat Belajar..........☺☺☝☝☝😋@@

[9] Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), H. 26
[10] Zaini Hizyam Dkk, Strategi Learning (Yogyakarta: CTSD, 2010), H. 28
[11] Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) H. 105
[12] Azwar Saifuddin, Tes Prestasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 9
[13] Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 3
[14] Azwar Saifuddin, Tes Prestasi, h. 15
[15] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 20
[16] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 9-13.
[17] Ibid…h. 9-13
[18] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54-57.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer