BAB
II
KERANGKA
TEORI
A.
Metode
Catatan Terbilang
1.
Pengertian
Metode Catatan Terbimbing
Metode adalah
cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum.[9]
Secara etimologi “guided note taking” berasal dari bahasa
inggris yang secara umum bermakna “pengambilan catatan terbimbing”. Metode
pembelajaran guided note taking adalah metode yang menekankan pada peningkatan
kemampuan dalam menangkap point-point penting dari teks lisan yang didengar,
dengan cara memberikan panduan yang berbentuk kisi-kisi yang berupa
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Metode guided
note taking merupakan metode dimana guru menyiapkan bagan atau skema atau
yang lain yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan-catatan ketika guru
menyampaikan materi pelajaran.[10]
Tujuan penerapan strategi pembelajaran guided note taking adalah metode agar
metode ceramah yang dikembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa, terutama
pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.[11]
Tujuan penerapan strategi catatan terbimbing secara
umum, yaitu:
a.
Memfokuskan perhatian siswa pada point-point
penting
b.
Menciptakan kerjasama antar
aggota dalam kelompok ketika metode tersebut dilakukan secara kelompok
c.
Menciptakan interaksi persepsi
antar anggota kelompok dalam menangkap point-point penting dalam teks
Pembelajaran
diawali dengan memberikan bahan ajar, misalnya berupa handout dari materi ajar
yang akan disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi
bagian point-point yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong
dengan handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan
istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata konci. Menjelaskan kepada
peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dikosongkan agar para siswa tetap
berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlansung, peserta didik
diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi
selesai, mintalah peserta didik membacakan handoutnya.
Ciri-ciri
pembelajaran dengan metode catatan terbimbing (guided note taking), secara umum sebagai berikut:
a. Adanya teks lisan yang harus disimak oleh peserta didik.
b. Adanya kisi-kisi yang berupa pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang
belum sempurna yang diberikan kepada peserta didik sebagai fokus konsentrasi
mereka dalam menyimak teks.
c. Adanya produk yang berupa resume dari teks yang disimak.
Langkah-langkah catatan terbimbing (guided note taking) sebagai berikut:
a. Memberikan peserta didika bahan ajar yang berisi ringkasan poin-poin
utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai metode ceramah.
b. Mengosongkan bagian poin-poin yang dianggap penting sehingga akan
terdapat ruang-ruang kosong dalam bahan ajar tersebut.
c. Bagikan bahan ajar (handout) kepada peserta didik. Jelaskan bahwa
handout sengaja dikosongkan beberapa poin penting dengan tujuan agar peserta
didik tetap berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang akan disampaikan.
d. Setelah selsai menyampaikan materi, minta peserta didik untuk membacakan
hasil catatannya.
e. Berikan klarifikasi.
Metode catatan
terbimbing (guided note taking) dalam
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan-kelebihan
metode catatan terbimbing (guided note
taking) adalah:
1. Metode pembelajaran ini cocok kelas dasar dan kecil.
2. Metode pembelajaran ini dapat digunakan sebelum, selama berlansung, atau
sesuai kegiatan pembelajaran.
3. Metode pembelajaran ini cukup berguna untuk materi pengantar.
4. Dan lain-lain.
Adapun
kekurangan-kekurangan metode guided note taking dalam pembelajaran
adalah:
1. Jika metode guided note taking digunakan
sebegian metode pembelajaran pada setiap meteri pelajaran, maka guru akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang sangat
panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
3. Terkadang sulit dalam pelaksana karena guru harus mempersiapkan handout
atau rencana terlebih dahulu, dengan memiliah bagian atau materi mana yang
harus dikosongkan dan mempertimbangkan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa
untuk belajar dengan metode tersebut, dan lain-lain.
B.
Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Al-Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah mata pelajaran agama islam pada
madrasah ibtidaiyah yang memberikan pemahaman kepada siswa tentang Al-Quran dan
hadits sebagai sumber ajaran agama islam. Dalam hal ini pendidikan agama
mengembangkan kemempuan siswa untuk memperteguh iman dan takwa kepada Allah
serta berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut lainnya.
Dalam buku studi ilmu Al-Qur’an telah disebutkan bahwa pengertian
Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang ketika membacanya mendapatkan ibadah.
2. Tujuan dan fungsi mata pelajaran al-qur’an Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
mempunyai tujuan dan fungsi, dan tujuan itu sendiri agar peserta didik
bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta
mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran
dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam
seluruh aspek kehidupannya.
Sedangkan fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada madrasah
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau
budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat
perkembangannya menujumanusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan
bertaqwakepada Allah Swt.
d. Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits sebagai
petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari
C.
Prestasi
Belajar
a.
Pengertian
prestasi
Prestasi
adalah suatu keberhasilan seseorang dalam belajar. Inilah yang menjadi harapan
bagi semua orang atau siswa akan tetapi prestasi tidak semua orang yang bisa
meraihnya. Tujuan ini membawa keharusan bagi seseorang dalam konstruksinya
untuk selalu mengacu pada perencanaan program belajar.
Seorang
guru harus pandai-pandai untuk memilih metode pengajaran yang dipakai dalam
kelas untuk mengajarkan semua siswa agar nantinya siswa-siswa bisa meraih
tujuan dari pembelajaran. Untuk mengetahuai prestasi belajar siswa, guru harus
menggunakan tes atau penilaian tentang prestasi.
Tes
prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap
performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan.[12]
Belajar
adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan belajar dalam
idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi
seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat
tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar
selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat
menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.
Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, karena belajar adalah the process of acquiring knowledge (belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan).[13]
Dalam pembelajaran
ini guru diharapkan mampu merubah siswa menjadi siswa yang berprilaku seperti
apa makna dari belajar itu sendiri, karena siswa membutuhkan pengajaran dan
bimbingan dari guru untuk bisa merubah diri menjadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Oleh sebab itu guru diminta untuk menilai siswa, apakah siswa
tersebut sudah mampu untuk menjadi siswa yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri atau belum.
Hampir semua ahli
teori belajar, baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme, menekankan
pentingnya umpan balik berupa nilai guna meningkatkan belajar. Pengalaman
menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras
apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan
diadakan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi siswa. Paling tidak, para
siswa yang mengetahui akan adanya tes cenderung untuk belajar dan mempelajari
apa yang diperkirakannya akan ditanyakan dalam tes. Dalam hal ini kita dapat
mengatakan bahwa tes merupakan faktor yang memotivasi dan mengarahkan siswa
dalam belajar. Apabila tes yang digunakan itu memang mengukur prestasi secara
benar maka unsur motivasi dan pengarahan yang dimiliki oleh tes tersebut adalah
sangat berharga.[14]
Sedangkan belajar
adalah secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari intraksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Menurut pandangan
behavioristik teori belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya intraksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil intraksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya.[15]
b.
Konsep prestasi
belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.[16]
menyatakan bahwa tinjauan tentang teori belajar dapat dijelaskan berdasarkan
beberapa pendapat:
a)
Menurut Gestalt,
dalam belajar yang terpenting adalah adanya penyesuian pertama yaitu memperoleh
respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
b)
Menurut Bruner,
belajar tidak mengubah tinggah laku seseorng tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan
mudah. Oleh karena itu, dalam proses belajar diutamakan partisipasi aktif dari
setiap siswa dan mengenal dengan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan. Dalam
hal ini guru harus berusaha agar setiap siswa berperan aktif dan meningkatkan
minat serta bimbingan agar mencapai tujuan tertentu.
c)
Menurut Piaget,
Perkembangam proses belajar pada anak-anak yaitu struktur mental yang dimiliki
anak berbeda dengan orang dewasa. Kemudian perkembangan mental pada anak
melalui tahapan tertentu yang dipengaruhi oleh kematangan, pengalaman,
interaksi sosial, dan equilibrasi yaitu proses dari faktor-faktor diatas bersama-sama
untuk membangun dan memperbaiki struktur mental.
d)
Menurut Gagne,
belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku untuk menguasai pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.[17]
Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses atau upaya untuk
memperoleh pengetahuan yang diikuti oleh perubahan tingkah laku, kebiasan,
tindakan yang lebih baik dari sebelumnya.
c.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
belajar secara umum
Dalam
belajar di sekolah, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1)
Faktor intern
(dalam), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berasal dari dalam diri siswa
yang belajar, yang meliputi:
a)
Fisiologis,
terdiri dari kondisi fisiolog secara umum (kesehatan) dan kondisi
panca indra (terutama penglihatan dan pendengaran).
b)
Kondisi
psikologis, antar lain : kecerdasan, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematagan dan kesiapan
c)
Faktor kelemahan
maksudnya kelemahan dalam belajar atau mengerjakan soal- soal.
2)
Faktor ekstern
(luar), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berasal dari luar dari siswa, yang
meliputi:
a)
Faktor keluarga,
yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan
b)
Faktor sekolah
antar lain : Metode Mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadanya gedung,
metode belajar, dan sebagainya.
c)
Faktor
masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman
bargaul, bentuk kehidupan masyarakat.[18]
Selamat Belajar..........☺☺☝☝☝😋@@
[9]
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan
Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), H. 26
[12]
Azwar Saifuddin, Tes Prestasi, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2009), h. 9
[14]
Azwar Saifuddin, Tes Prestasi, h. 15
[16] Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 9-13.
[18] Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54-57.
No comments:
Post a Comment