Jenjang-Jenjang
Pendidikan Anak
Sesbagaimana yang telah diuraikan di atas
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun jenjang pendidikan itu sendiri
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.[1]
Sedangkan jenjang pendidikan formal
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan
di dalam UU Sisdiknas Disebutkan dan dirincikan sebagai berikut:
a.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan, dan pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliya Kejuruan (MAK), atau bentuk lain ayng sederajat.
c.
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenajang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Dan
pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka.[2]
Dengan demikian jelas bahwa pendidkan formal terdiri dari tiga tahap, dan
kita dapat melihat status dan keberadaan madrasah seperti itu tampaknya
mempunyai konsekuensi tersendiri bagi madrasah. Disatu pihak memikul tanggung
jawab sebagai lembaga pendidikan umum yang sama dengan sekolah-sekolah umum,
sedangkan pada pihak lain, madrasah memiliki tanggung jawab sebagai lembaga
pendidikan Islam. Kondisi demikian akan lebih jelas bila dilihat bagaimana
perbandingan anatara mata pelajaran agama dengan mata pelajaran umum pada
kurikulum sekarang ini. Dengan kenyataan seperti itu, maka tanggung jawab
madrasah akan jauh lebih berat dan besar
dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum yang sederajat.
a. Keberlangsungan
Pendidikan Anak
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar.
Belajar adalah ”perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat
melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru[1]”.
Menurut Slameto, belajar adalah ”suatu proses usaha tingkah laku yang baru
secara keseluruh, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.”[2]
Menurut Sri Andita, belajar adalah ”proses mental dan emosional atau proses
berfikir. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.”[3]
Bertitik tolak dari pengertian kegiatan belajar mengajar
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan kegiatan belajar
mengajar adalah wujud nyata pencapaian tujuan secara kuantitas maupun secara
kualitas dari serangkaian kegiatan guru dan siswa yang berlangsung dalam
hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan secara bersama-sama yang
berlangsung dalam situasi edukatif.
Pendidikan yang baik sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat modern dewasa ini mengharuskan adanya pendidik yang profesional,
baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan pegangan tentang persyaratan
pendidikan profesional yang memadai. Maka hal ini menyebabkan berbagai tafsiran
orang tentang arti guru yang sebenarnya, yakni guru yang profesional. Ada yang
menginginkan adanya ketentuan-ketentuan yang lebih ketat, supervisi yang
efisien dan efektif, dan sebagainya.
Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut guru memegang
peranan yang sangat penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar dalam
mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji hal-hal yang menarik
minatnya, mengekspresikan ide dan kreativitasnya dalam batas dan norma yang
ditegakkan secara konsiten. Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa
secara maksimal sehingga terbentuk siswa yang berkualitas. Oleh sebab itu,
kegiatan belajar mengajar di kelas, ada dua kegiatan guru yang sangat erat
kaitannya dan hanya dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan. Kedua hal
tersebut tersebut adalah kegiatan pengajaran dan kegiatan pengelolaan kelas.
b.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keberlangsungan Pendidikan Anak
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kemampuan
berfikir siswa ini telah banyak pula ditemukan dan dikembangkan beberapa metode
pendekatan yang dapat diterapkan dalam sistem pendidikan (kegiatan belajar
mengajar) dalam upaya mengantarkan anak didik (siswa) pada peningkatan hasil
belajar yang maksimal.
Kegiatan belajar merupakan inti kegiatan dalam
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Syaiful Bachri
Djamarah bahwa dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen
pengajaran. Kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai.[4]
Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan
keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar tersebut
banyak faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar.
Menurut Slameto menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intren dan faktor ekstern.[5]
Adapun secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi bealajar siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.
Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan
disekitar siswa.
3.
Faktor pendekatan siswa (approach to learning) yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari matri-materi pelajaran.[6]
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal saling
mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena
itu untuk lebih jelasnya perlu diuraikan dari masing-masing faktor
tersebut antara lain:
1. Faktor Internal
a) Kecerdasan Anak
Pengertian kecerdasan dapat ditinjau dari sisi makna
bahasa sebagai berikut.
Kecerdasan anak dalam bahasa Inggris disebut intelligence menurut
arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu, dalam arti
kemampuan untuk memenuhi secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya
itu sehingga Ibnu Sina, seseorang psikolog falsafi, ”menyebut kecerdasan
sebagai kekuatan intuisi.[7]
Adapun mengenai kecerdasan merupakan suatu yang paling
penting dalam diri seorang anak agar dapat memahami dengan cepat materi yang
disampaikan.
Tingkat kecerdasan (Intelengi Siswa). Intelegensi pada
umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi ransangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ
tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh
aktifitas manusia.
Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
memperoleh kesuksesan.[8]
Dalam hal ini perbedaan IQ seorang siswa akan berdampak
pada perbedaan kecepatan menyampaikan materi yang di sampaikan oleh guru, bagi
anak yang memiliki kecerdasan IQ tinggi maka materi yang di sampaikan guru
dalam waktu terbatas di muka kelas dapat menerima dengan sempurna. Namun tidak
demikian, lain halnya dengan mereka yang
memiliki IQ rendah, mereka tentunya membutuhkan waktu dan kesempatan yang lebih
luas untuk dapat mengatasi sebagaimana semestinya teman-temanya yang memiliki
IQ tinggi. Bagi mereka yang memiliki IQ rendah dalam mengalami kesulitan dengan
cepat mengusai materi.
Intelegensi atau
kecerdasan sangat menetukan dalam prestasi seseorang, dengan demikian
kecerdasan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Intelegensi pada umumnya
dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.[9] Berbagai
hasil penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh Noehi Nasution bahwa telah
menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah.[10]
Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat di ragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
tingkat kemampuan intelegensi seseorang siswa semakin tinggi peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kemampuan intelegensi
seseorang siswa maka semakin kecil tingkat peluang untuk meraih kesuksesan.
Dengan demikian, kecerdasan merupakan kemampuan seorang
anak dalam menentukan sesuatu. Jadi, kecerdasan yang dimiliki siswa akan
memperlancar proses transfer pengetahuan. Namun perlu diperhatikan dengan
kecerdasan dalam belajar.
b) Bakat Anak
Secara
umum bakat (apitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa akan datang.55 Adapun menurut Slameto dalam bukunya yang
berjudul psikologi pendidikan menyatakan bahwa perkataan lain dari bakat adalah
kemampuan untuk belajar, dan kemampuan baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar dan berlatih.56
Bakat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
perestasi siswa dalam bidang tertentu sesuai dengan pendapat ahli
pendidikansebagai berikut:
Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi
dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman
dan dorongan atau motivasi agar bakat dapat terwujud. Misalnya seseorang
mempunyai bakat menggambar jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk
mengembankannya maka bakat itu tidak akan pernah tampak.57
Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Akan tetapi kadang-kadang kita tidak mengenal bakat dan potensi
kita masing-masing.
Bakat sering dibedakan dengan istilah pembawaan. Bakat
lebih khusus dibandingkan dengan pembawan. Bakat diartikan oleh Hilgard
sebagaimana dikutip Slameto dengan perkataan lain adalah kemampuan untuk
belajar.[11]
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, bakat diartikan dengan kecakapan pembawaan
yaitu yang mengenai kesangupan-kesanggupan (potensi-potensi) tertentu.[12]
Bakat siswa Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah
sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau
cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai talentid child,
yakni anak berbakat intelektual.[13]
Berdasarkan uraian
diatas dapat dinyatakan bakat seorang siswa jika dikembangkan dapat
berkemampuan tinggi. Demikian juga hanya
jiga bakat seorang siswa diarahkan dengan kemampuan yang dimilikinya maka bakat
seorang siswa akan semakin menonjol atau semakin kelihatan kecerdasan yang ada
pada diri siswa.
Hal ini berarti bahwa bakat dan kemampuan siswa sebagai
faktor internal berkaitan erat dengan aktivitas pembelajaran khususnya dengan
pertumbuhan minat belajar siswa. Suatu kegiatan pembelajaran dalam interaksi
belajar mengajar yang dikemas sesuai dengan tingkat kemampuan, potensi dan
bakat yang dimiliki siswa akan
menimbulkan kesenangan dan ketertarikan siswa pada suatu yang disajikan oleh
guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kesenangan dan ketertarikan
tersebut menjadikan sebagai pemicu bagi keterlibatan aktif siswa pada proses
pembelajaran. Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka berarti siswa
memiliki minat dan respon yang positif dalam upaya perubahan tingkah laku
sebagai mana yang telah diatur oleh guru.
c) Minat Anak
Minat
sering orang menyamakannnya dengan sebuah keinginan, dan untuk lebih jelasnya
yang dimaksud dengan minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati orang diperhatikn
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.[14]
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan bealajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tariknya. Ia
segan-segan untuk belajar ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu,
bahan yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
menambah kegiatan belajar.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan
pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.[15]
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa
melihat bagaimana hubungannya antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya
dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini menunjukkan pada siswa
bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani
tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa
belajar merupakan alat untuk mencapai tujuan yang dianggapnya penting. Bila
siswa melibatkan bahwa hasil pengalamannya belajar akan membawa kemajuan pada
dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan termotivasi) untuk
mempelajarinya.
Di samping itu prestasi belajar yang baik dan optimal
merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan di sekolah. Hal itu merupakan
harapan dan dambaan setiap orang, baik dari siswa sendiri, guru maupun orang
tua siswa. Prestasi belajar yang baik dan optimal tersebut harus bisa dicapai
oleh anak didik dalam belajarnya. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah
hasil maksimal yang dicapai anak didik dalam belajar setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Minat siswa Secara sederhana minat (interest) berarti
kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan seseorang yang
besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapain hasil belajars siwa dalam bidang- bidang study
tertentu. Jadi, minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar karena
apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-sebaiknya. Minat belajar yang besar cendrung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilakan
prestasi yang rendah. Oleh karena
itulah, dikatakan bahwa minat mempengaruhi prestasi belajar siswa.[16]
Dalam kegiatan
belajar tipikal belajar siswa akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Sehubungan dengan model pembelajaran
dengan model pembelajaran kelompok dan individu pada umumnya siswa yang
memiliki minat belajar rendah akan terdongkrak dengan cara belajar kelompok.
Demikian juga dengan model pemberian tugas, yang dilakukan dengan cara belajar
kelompok berpengaruh terhadap atas individu, terhadap minat kepada siswa untuk
menyelesaikanya.
d) Motivasi Anak
Pengertian
dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu, dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.[17]
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: 1. motivasi intrinsik 2. motivasi ekstrinsik.[18] Kuat
lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena
itu, motivasi belajar perlu diusahakan. Terutama yang berasal dari dalam diri
(motivasi intrinsik) dengan cara senaniasa memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapai untuk mencapai citi-cita.
Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya
bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual tetapi juga faktor-faktor yang
nonintelektual, termasuk salah satunya motivasi. Oleh sebab itu, motivasi dapat
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu
demi mencapai suatu tujuan.
e) Perhatian Anak
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun semata-mata bertujuan kepada
suatu objek atau sekumpulan objek.[19]Perhatiaan
pendidikan dan keluarga begitu penting dalam mengantarkan anak ke lembaga
pendidikan agar terbentuk anak yang berkualitas dan mempunyai kepribadiaan yang
baik. Pendidik dan keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam kemajuan
dan kemakmuran suatu negara. Pada keluarga terletak kewajiban pertama untuk
mendidik seseorang untuk menjadi anggota masyarakat yang cakap dan berguna.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,
yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.[20]
a.
Faktor Lingkungan Sosial
Faktor instrumental (lingkungan sosial) ini terdiri dari
gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan
kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi
satu sama lain. Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu
pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak
mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang
tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau
gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar.[21]
Dari foktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di atas
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, prestasi yang di peroleh siswa ada yang
tinggi, rendah atau gagal sama sekali. dalam hal ini seorang guru yang memiliki
kompetensi yang baik dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar
siswa. Untuk megatasi faktor-faktor yang di uraikan di atas seorang guru bisa
meningatkan prestasi dengan cara memberi tugas individu dan kelompok, dalam hal
ini seorang guru harus harus mengaktifkan siswa supaya rajin belajar. Karena
dengan memberikan tugas individu dan kelompok siswa tidak hanya belajar di
sekolah tapi seorang siswa akan terbiasa belajar tampa bimbingan dari guru atau
orang lain tampa adanya tugas maupun ada tugas jadi belajar akan menjadi
kebutuhanya karena sudah terbiasa.
b.
Faktor Non Lingkungan Sosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsial ialah ”gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa”[22].
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar, yang di mamfaatkan itu bisa pagi hari, siang, sore, malam hari. Pada
waktu tersebut dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Jika terjadi hal yang
demikian siswa masuk sekolah pada
waktu siang dan sore hari. Dalam waktu
tersebut siswa seharusnya sedang beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah,
sehingga siswa yang mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya,
sebaliknya siswa yang belajar di pagi hari, pikiran siswa masih segar, jasmani
dalam kondisi yang baik. jika siswa belajar pada waktu kondisi badanya sedang
lemah, lelah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam
menerima mata pelajaran. Kesulitan tersebut di sebabkan karena sukar
berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badanya yang lemah tadi. jadi memilih
waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif dalam belajar.[23]
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar
yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhdap prestasi belajar siswa.
Tak perlu dihiraukan. Sebab bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan
kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item
informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
1. Orang Tua
Dalam hal ini orang tua perlu mengingat dan menyesuaikan
dengan perkembangan anak. Terlalu banyak dan berat melakukan pekerjaan rumah
tangga dapat juga mengakibatkan hal-hal buruk. Jadi, harus ingat bahwa orang
tua mempunyai multiperan. Selain mengurus pekerjaan rumah tangga, orangtua
harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya (fungsi edukatif) karena secara
struktural keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Selanjutnya, dalam masyarakat dibentuk lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Oleh
karena itu, untuk kelancaran terlaksananya pendidikan tersebut antara orang tua
dan lembaga pendidikan tempat anak belajar harusa berjalan secara searah dan
serasi.
Lembaga-lembaga di luar keluarga mungkin dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan bermanfaat bagi anak. Akan tetapi, mungkin juga
paradigma lembaga pendidikan bentukan masyarakat kurang sejalan dengan
pandangan hidup yang didapatnya dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua
harus bisa memperhatikan terus perkembangan anaknya pengetahuan secara pasti
lingkungan belajar si anak dan sejauh mana lingkungan tersebut memberikan
pengaruh bagi anaknya.
2. Guru
Guru sekarang sudah mendapat arti yang luas dalam
masyarakat. Dalam pengertian yang sederhana, Menurut Slameto bahwa:
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Semua
orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada
seseorang atau sekelompok orang dapat juga disebut guru. Oleh karena itu, untuk
menjelaskan kepada pembaca yang dibicarakan dalam hal ini ialah guru sekolah
yang tugasnya selain mengajar, memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
kepada anak-anak dan juga pendidik.[24]
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa
guru adalah seseorang yang tugasnya mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan
serta keterampilan kepada anak- anak dan pendidik.
Salah satu unsur penting dalam proses kependidikan adalah
tanggung jawab pendidikan yang amat besar dalam upaya mengantarkan peserta
pendidikan ke arah yang dicita-citakan. Dalam melaksanakan pendidikan, peranan
guru sangat penting karena bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan
tersabut.
Oleh karena itu, sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik
yang mempunyai tugas mulia maka Islam memandang bahwa orang yang memiliki
pendidikan tinggi akan ditinggikan derajatnya dari pada orang-orang yang tidak
berilmu. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Mujadalah ayat 11 yang artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.[25]
3. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Erlianti sebagai berikut:
Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama karena
pertama kali anak mendapatkan pengaruh pendidikan dari dan di dalam keluarga.
Sedangkan keluarga dikatakan sebagai pendidikan yang utama karena sekalipun
anak mendapatkan pendidikan dari sekolah, namun tanggung jawab kodrati
pendidikan ada di genggaman keluarga.[26]
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang
ikut serta menentukan corak pendidikan Islam yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap anak didik. Karena perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Pengaruh lingkungan dapat memberikan pengaruh positif ataupun
negatif terhadap anak didik. Oleh karena itu, berhasilnya tidaknya pendidikan
agama banyak ditentukan oleh lingkungan dan tempat mereka berada, khususnya
dalam lembaga pendidikan.
[1] Erliantini,
Pengaruh Motivasi Orangtua terjadap
Keberhasilan Belajar Anak (Pamekasan: STAI Al Khairat, 2010), h. 30.
[2] Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.
[3] Erliantini, Pengaruh Motivasi Orangtua terjadap Keberhasilan Belajar Anak
(Pamekasan: STAI Al Khairat, 2010), h. 30.
[8] Ibid, h.148.
55
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h.
150.
56
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor,
h. 57.
57
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, h.
163.
[13] 1bid., h. 151.
[15]
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 58.
[16] Ibid, h.152.
[19]
Ibid.
[20] Ibid, h.152
[21] Ibid, h.156.
[24] Ibid h. 56
[26] Erliantini, Pengaruh Motivasi Orangtua terjadap
Keberhasilan Belajar Anak (Pamekasan: STAI Al Khairat, 2010), h. 37.
No comments:
Post a Comment