1.
Implementasi
Pendidikan Karakter
a.
Pengertian
impelementasi
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul konteks implementasi
berbasis kurikulum, “implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan”.[1]
b.
Konsep
Pendidikan Karakter
1)
Pengertian
Karakter
Secara linguistik dijelaskan bahwa karakter adalah “cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.”[2]
Istilah karakter merujuk pada ciri khas,
perilaku khas seseorang atau
kelompok, kekuatan moral, atau
reputasi. Dengan demikian, karakter merupakan evaluasi
terhadap kualitas moral individu
atau berbagai atribut termasuk keberadaan terhadap kurangnya kebajikan seperti integritas,
keberanian, ketabahan, kejujuran,
dan kesetiaan, atau perilaku kebiasaan yang baik. Ketika seseorang adalah
sebuah karakter moral, hal ini terutama mengacu pada sekumpulan kualitas yang
membedakan satu individu dari yang lain. Karakter juga dipahami
sebagai seperangkat ciri perilaku yang melekat pada diri seseorang
yang menggambarkan
tentang keberadaan
dirinya kepada orang lain. Penggambaran itu tercermin dalam perilaku ketika melaksanakan berbagai
aktivitas apakah secara efektif
melaksanakan dengan jujur atau sebaliknya, apakah dapat mematuhi hukum yang berlaku atau tidak. Walaupun perilaku tersebut
sering dihubungkan dengan kepribadian, tetapi kedua kata ini mengandung makna
yang berbeda. kepribadian pada dasarnya merupakan sifat bawaan, sedangkan
karakter terdiri atas perilaku-perilaku yang diperoleh dari hasil belajar.[3]
Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah ciri-ciri khas yang
dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin
yang mendorong bagaimana seorang tersebut dalam bertindak, bersikap, berujar,
dan merespon sesuatu.[4]
Adapun kemudian istilah karakter
yang ada dalam bahasa inggris yaitu Character
sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Indonesia istilah karakter mempunyai
beberapa makna diantaranya apabila kata karakter dikaitkan dengan bahasa
penulisan maka arti karakter adalah huruf.[5] sedangkan jika kata karakter merupakan kata sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti menjadi ciri khas yang dimiliki pada watak seseorang tersebut.
a)
Karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti to
mark atau menandai dengan focus
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
b)
Karakter
adalah bawaan hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Pusat Bahasa
Depdiknas)
c)
Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan.
d)
Karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak.
e)
Karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi khas setiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Kementrian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan
bahwa karakter (character) dapat diartikan
sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat
diidentifikasi pada
perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri
ini membedakan antara
satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri
karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat
unik, maka karakter sangat
dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu ini bersifat unik, karakteristik
umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa dapat
diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula
dipandang sebagai karakter suatu bangsa.
Dengan demikian, istilah karakter
berkaitan erat dengan personality
(kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person
of character) jika perilakunya sesuai dengan etika
atau kaidah moral. Meskipun demikian, kebiasaan berbuat tidak baik selalu
menjamin seseorang yang telah terbiasa secara sadar menghargai pentingnya
nilai-nilai karakter. Hal ini dimungkinkan karena boleh jadi perbuatan tersebut
dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karna tingginya
penghargaan akan nilai-nilai karakter. Sebagai contoh: Ketika seseorang berbuat
jujur yang dilakukan karena takut dinilai oleh orang lain dan linkungannya,
bukan karena dorongan yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran. Oleh karena itu, dalam pendidikian karakter diperlukan juga aspek perasaan (emosi), yang
oleh Lickona disebut
“desiring the good” atau keinginan untuk melakukan kebajikan. Dalam hal ini ditegaskan bahwa pendidikan karakter yang baik
harus melibatkan
bukan saja aspek “knowing the good”, sehingga manusia tidak berperilaku seperti
robot yang diindoktrinasi oleh
paham tertentu.[7]
Menurut Ki Hajar Dewantara, “aktualisasi karakter
dalam bentuk perilaku sebagai hasil
perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan
lingkungannya”.[8] Sehingga karakter dapat dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling
efektif untuk
menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaanya. Dengan demikian akan dihasilkan
kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecermelangan pikir,
kecekatan raga, dan memiliki kesadaran pencintaan dirinya. Dibanding faktor
lain, pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam
pembentukan kualitas
manusia.
Berdsarkan pada beberapa
pengertian tersebut di atas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu
seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.
2.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pada
pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan
(habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta
didik memiliki kesadaran, dan
pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan
dalam kehidupan sehari-hari.[9] Dengan demikian pendidikan
karakter adalah suatu istilah
yang luas yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang
mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak disekolah.[10]
Adapun menurut T. Ramli, pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikian
moral dan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk
pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga
masyarakat dan negara yang baik.[11]
Parwez menjabarkan beberapa definisi
tentang pendidikan karakter, Berkowitz and Bier mengumpulkan beberapa
definisi tentang pendidikan
karakter yang dijabarkan sebagai berikut:[12]
a)
Pendidikan
karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan
peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan
menerapkan dan mengajarkan
karakter-karakter yang
baik melalui penekanan
pada nilai-nilai universal.
Pendidikan karakter adalah
usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah
dan pemerintah (daerah dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, seperti kepedulian,
kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap
diri dan orang lain (Character Education Partnership).
b)
Pendidikan karakter adalah mengajar peserta
didik tentang nilai-nilai dasar
kemanusiaan termasuk
kejujuran, kebaikan, kemurahan
hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain (Character Education Partnership).
c)
Pendidikan
karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik
berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat
(Thomas Lickona).
d) Pendidikan karakter adalah pendekatan
apa saja yang
disengaja oleh personel sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota
masyarakat, membantu peserta
didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan bertanggung jawab (National Cimmission
on Character Education).
No comments:
Post a Comment