Friday 16 June 2017

Implementasi Pendidikan Karakter

1.        Implementasi Pendidikan Karakter
a.         Pengertian impelementasi
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul konteks implementasi berbasis kurikulum, “implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan”.[1]
b.        Konsep Pendidikan Karakter
1)        Pengertian Karakter
Secara linguistik dijelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.”[2]
Istilah karakter merujuk pada ciri khas, perilaku khas seseorang atau kelompok, kekuatan moral, atau reputasi. Dengan demikian, karakter merupakan evaluasi terhadap kualitas moral individu atau berbagai atribut termasuk keberadaan terhadap kurangnya kebajikan seperti integritas, keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku kebiasaan yang baik. Ketika seseorang adalah sebuah karakter moral, hal ini terutama mengacu pada sekumpulan kualitas yang membedakan satu individu dari yang lain. Karakter juga dipahami sebagai seperangkat ciri perilaku yang melekat pada diri seseorang yang menggambarkan tentang keberadaan dirinya kepada orang lain. Penggambaran itu tercermin dalam perilaku ketika melaksanakan berbagai aktivitas apakah secara efektif melaksanakan dengan jujur atau sebaliknya, apakah dapat mematuhi hukum yang berlaku atau tidak. Walaupun perilaku tersebut sering dihubungkan dengan kepribadian, tetapi kedua kata ini mengandung makna yang berbeda. kepribadian pada dasarnya merupakan sifat bawaan, sedangkan karakter terdiri atas perilaku-perilaku yang diperoleh dari hasil belajar.[3]
Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seorang tersebut dalam bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.[4]

Adapun kemudian istilah karakter yang ada dalam bahasa inggris yaitu Character sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Indonesia istilah karakter mempunyai beberapa makna diantaranya apabila kata karakter dikaitkan dengan bahasa penulisan maka arti karakter adalah huruf.[5] sedangkan jika kata karakter  merupakan  kata sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti menjadi ciri khas yang dimiliki pada watak seseorang tersebut.
Secara terminology (linguistik), terdapat beberapa pengertian tentang pendidikan karakter yaitu:[6]
a)         Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dengan focus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
b)        Karakter adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Pusat Bahasa Depdiknas)
c)         Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan.
d)        Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
e)         Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Kementrian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu ini bersifat unik, karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa.
Dengan demikian, istilah karakter berkaitan erat dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. Meskipun demikian, kebiasaan berbuat tidak baik selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Hal ini dimungkinkan karena boleh jadi perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karna tingginya penghargaan akan nilai-nilai karakter. Sebagai contoh: Ketika seseorang berbuat jujur yang dilakukan karena takut dinilai oleh orang lain dan linkungannya, bukan karena dorongan yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran. Oleh karena itu, dalam pendidikian karakter diperlukan juga aspek perasaan (emosi), yang oleh Lickona disebut “desiring the good” atau keinginan untuk melakukan kebajikan. Dalam hal ini ditegaskan bahwa pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek knowing the good”, sehingga manusia tidak berperilaku seperti robot yang diindoktrinasi oleh paham tertentu.[7]
Menurut Ki Hajar Dewantara, aktualisasi karakter dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya.[8] Sehingga karakter dapat dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaanya. Dengan demikian akan dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecermelangan pikir, kecekatan raga, dan memiliki kesadaran pencintaan dirinya. Dibanding faktor lain, pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas manusia.
Berdsarkan pada beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.
2.        Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki  kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.[9] Dengan demikian pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak disekolah.[10]
Adapun menurut T. Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikian moral dan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga masyarakat dan negara yang baik.[11]
Parwez menjabarkan beberapa definisi tentang pendidikan karakter, Berkowitz and Bier mengumpulkan beberapa definisi tentang pendidikan karakter yang dijabarkan sebagai berikut:[12]
a)        Pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah (daerah dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap diri dan orang lain (Character Education Partnership).
b)        Pendidikan karakter adalah mengajar peserta didik tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain (Character Education Partnership).
c)        Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat (Thomas Lickona).
d)       Pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personel sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan bertanggung jawab (National Cimmission on Character Education).



[1] www.Guru Pendidikan. Com di ambil pada Senin,22 januari, 2017. Pada pukul 9.22 AM.
[2] Anas Salahudin, Irwanto Alkriencieshie, Pendidikan Karakter,h.108.
[3] Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, h. 120.
[4] Jamal Ma’mur, Buku Panaduan, h.28.
[5] Ahmad A.K Muda, kamus lengkap Bahasa Indonesia  (Jakarta: Reality Publisher, 2006)    h. 291.
[6]  Anas Salahudin, Irwanto Alkriencieshie, Pendidikan Karakter, h.  44.
[7] Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, h. 4.
[8]. Zubaydi, Desain Pendidikan Karakter, h. 13
[9] ibid., h. 3.
[10] Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, h. 9.
[11] Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panaduan, h. 32.
[12] ibid., h. 7-8.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer