1.
Problem
Based Learning
Problem based
learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendektan pembelajaran
yang menggunakan msalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dan materi kuliah
atau materi pebelajaran.
1)
Pengembangan
Tujuan dan Formulasi maslah dalam PBL
Dalam PBL,
tujuan adalah sngatlah penting karena menyangkut formulasi permasalahan, tujuan
pembelajaran peserta didik, dan penilaian. Salah satu cara untuk mengembangkan
tujuan adalah menyatakan segala, sesuatu yang harus dimiliki oleh para peserta
didik setelah selesai mengikuti pembelajaran dalam hal ini pengetahuan yang
berkaitan dengan kandungan mata pembelajaran, keterampilan yang berkaitan
dengan pengetahuan peserta didik mulai dari mengajukan pertanyaan, penyusunan
esai, searching basis data, dan presentasi maklah dan sikap yang berkaitan
dengan pemikiran kritis, keaktifan mendengar, sikap terhadap pembelajaran, dan
respeknya terhadap argumentasi peserta didik.
Formulasi
permaslahan merupakan kunci keberhasilan PBL. Untuk mengembangkan permaslahan
perlu diperhatikan beberapa aspek.
Pertama, aspek
pesreta didik; peserta didik memerlukan informasi yang lebih banyak daripada
yang telah dipersentasikan. Informasi yang tidak lengkap akan menyadarkan
mereka apa yang sesungguhnya terjadi dan membantu mereka menentukan tindakan
apa saja yang harus diambil untuk menelesaikan masalah.
Kedua, aspek
pendidk; disisi pendidik PBL mendukung pembelajran yang open-mind, reflektif,
kritis dan aktif. Dalam PBL, peran pendidik berubah dari penyedia fakta menjadi
fasilitator lingkungan pembekajaran dan membangun komonitas pembelajaran.
Ketiga, aspek
mata pelajaran; penerapan PBL dimuai dalam beberapa mata pelajaran secara
persial dalam dan dalam pembelajrannya dikembangkan dengan mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran sebagai kelompok dengan sebuah scenario PBL.[1]
2. Model pembelajaran tipe think pair share (TPS)
1)
pengertian
Metode think
pair share adalah metode pembelajaran sederhana dimana ketika guru menyampaikan
pelajaran di dalam kelas, para siswa duduk berpasangan antara tim mereka. guru
memberikan pertanyaan di dalam kelas. siswa di arahkan berfikir menuju sebuah
jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada
sebuah jawaban. akhirnya, guru
menanyakan untuk berbagi jawaban mereka pada semua siswa.
2) langkah-langkah metode think pair share
·
langkah
pertamaberpikir (thinking)
·
langkah kedua
berpasangan (pairing)
·
langkah ketiga
berbagi (sharing)
Model
pembelajaran thinkpair share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat
orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.
langkah-langkah
model pembelajaran think pair share adalah sebagai berikut:
·
guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
·
siswa dimnta
untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
·
siswa diminta
berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) an mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing.
·
guru memimpin
pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
·
berawal dari
kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.[2]
3) kelebihan dan kekurangan metode think pair share
Kelebihan TPS (think pair share)
a.
memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berfkir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
b.
meningkatkan
partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
c.
lebih banyak
kesematan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
d.
seorang siswa
juga dapat belajar dari siswa lainnya serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
e.
interaksi lebih
mudah.
kekurangan
TPS (think pair share)
a.
peralian dari
selurh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.
Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
b.
jumlah siswa
yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa
tidak mempunyai pasangan.
c.
jumlah kelompok
yang terbentuk banyak
d.
sangat sulit
diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang
terbatas.
e.
ketidaksesuaian
antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.[3]
[1]
Ramayuslis. Metodelogi pendidikan agama islam. (jakarta: kalam mulia. 2014).
Hlm. 297-299
[2]Moch, Agus
krisno. Sintaks 45 Metode Pembelajaran Dalam SCL,.(Malang: UMM Pres,
2016), h.92
[3]Ibid, h.93-96
No comments:
Post a Comment