1.
Strategi Information Search
a.
Pengertian Strategi Information Search
Strategi mencari informasi (Information
Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi
dapat diperoleh melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet. Hal
tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi
tersebut. Agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu
permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa).
Sedangkan pendapat lain menjelaskan
bahwa strategi information search
hampir sama dengan ujian open book. Dimana siswa secara individu atau
berkelompok mencari informasi yang dapat membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada mereka. Strategi ini
sangat membantu pembelajaran yang dianggap kurang menarik. Hal ini senada
dengan yang dikemukakan oleh M.L. Silberman, bahwa strategi ini bisa disamakan
dengan ujian open-book. siswa dikelas mencari informasi yang menjawab pertanyaan
yang diajukan kepada siswa.[1]
Pembelajaran dengan menerapkan strategi mencari informasi menekankan pada
aspek kerjasama antar individu dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Inti pada
pembelajaran dengan menggunakan strategi mencari informasi ini adanya saling
kerjasama antar anggota kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai
tanggungjawab secara individu sekaligus kelompok, sehingga dari perbedaan
masing-masing individu dapat saling bertukar pikiran dan berinteraksi secara
terbuka untuk menyelasaikan persoalan yang dihadapi. Pencarian informasi ini dilakukan secara berkelompok
kecil, yang bertujuan agar permasalahan pada materi tersebut terselesaikan
dengan cepat, dan apabila ada siswa yang malu bertanya kepada guru, siswa dapat
bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota
kelompok.[2]
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Strategi Information Search suatu strategi yang dilakukan dengan cara
siswa disuruh mencari informasi mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet.
b. Karakteristik Strategi Information
Search
Strategi information search termasuk ke dalam
strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian
informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi
pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi
pelajaran tersebut.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi pelajaran.
4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir
kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.
c. Kelebihan dan kekurang Strategi Information
Search
1. Kelebihan
Penggunaan strategi mencari informasi ini memiliki kelebihan yaitu dapat
membuat siswa memiliki informasi lebih tentang materi yang diajarkan serta
siswa dapat memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama.
Menurut Hendi Burahman kelebihan dari strategi Information Search (mencari
informasi) adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa
belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih
paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.
b) Siswa aktif bertanya dan mencari informasi.
c) Materi apat diingat lebih lama.
d) Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari
informasi tentang materi tersebut tanpa bantuan guru.
e) mendorong tumbuhya keberanian mengutarakan penapat
secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.
f) Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara
kelompok dan saling bekerjasama.
2. Kekurangan
Kelemahan dari strategi information
search adalah Peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika
bahasan dalam strategi tersebut tidak disukai pelaksanaan strategi harus
dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak semua pendidik
di Indonesia memiliki karakter tersebut. Tidak semua lembaga bisa
melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia menjadi hambatan dengan
berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda.[4]
d. Langkah-langkah Strategi Information
Search
Menurut
Marno dan M. Idris menyatakan bahwa
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan strategi information search adalah sebagai berikut:
1) Bagikan resource material (bacaan, materi, buku teks, handout, dokumen dan seterusnya).
2) Susunlah sebuah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari di resource
material tersebut.
3) Untuk menumbuhkan persaingan sehat, bagilah siswa dalam kelompok kecil.
4) Mintalah kepada kelompok untuk mempresentasikannya.
5) Klarifikasi dan bahaslah jawaban yang benar secara bersama.
Menurut Penyu langkah-langkah strategi information
search (mencari informasi) adalah sebagai berikut:
1) Buat beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan
mencari informasi dalam bahan bacaan. Bentuk bacaan: handout, dokumen, buku
teks, informasi dari internet dan lain-lain.
2) Bagikan pertanyaan tersebut kepada peserta didik
3) Minta siswa menjawab individual atau kelompok.
Kompetensi dapat diadakan untuk meningkatkan partisipasi
4) Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa.
5) Kembangkan untuk memperluas pembelajaran.
Hisyam Zaini menjelaskan bahwa langkah-langkah strategi information search,
yakni sebagai berikut:
1) Buatlah pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari
informasi yang dapat ditemukan dalam bahan-bahan atau sumber informasi yang bisa
didapatkan oleh siswa dari handout, dokumen, buku teks, informasi dari internet dan lain-lain.
2) Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa
3) Minta siswa untuk menjawab pertanyaan dengan cara
individual atau kelompok kecil
4) Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa.
Kembangkan jawaban
untuk memperluas skope pembelajaran.[6]
2.
Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar
adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni ”prestasi”
dan ”belajar” yang mempunyai arti berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok.[7] Sementara
belajar mengandung pengertian proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila
setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat
dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.[8]
Dengan
demikian prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok oleh siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan dan menghasilkan
perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar
1)
Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
a)
Aspek fisiologis (yang bersipat
jasmaniah)
Kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika
disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus dan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga
dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin
terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.[9]
b)
Aspek psikologis (yang bersipat
rohaniah)
Banyak
faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa
dan motivasi siswa.[10]
2)
Faktor ekternal (faktor dari luar siswa)
a)
Lingkungan Sosial
Lingkungan
sosila sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang
selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca
dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar
siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan
tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut.[11]
b)
Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.[12]
3)
Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Pendekatan
belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses pemebelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (lawson, 1991). Faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
pembelajaran siswa tersebut.[13]
c.
Indikator prestasi belajar
Pada
prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun
demikian, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan
perubahan hasil belajar itu ada yang bersipat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting dan diharapka dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
maupu yang berdimensi karsa.
Kunci pokok
untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai
di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi
tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.[14]
[1] Ofa shofa,
“Strategi Pembelajaran Aktif”, dalam
http://nhiro-nhiro.blogspot.com/2010/09/strategi pembelajaran –aktif.html, diambil 6 Maret
2014, pukul 21.19 WITA.
[2] Ofa Shofa,
“Strategi Pembelajaran Aktif”, dalam http://nhiro-nhiro.blogspot.com/2010/09/strategi pembelajaran –aktif.html, diambil 6 Maret
2014, pukul 21.19 WITA.
[3]Fatchur Muhammad, “Strategi Belajar Mengajar”, dalam http://fatchurmuhammad. wordpress.com/2013/05/06/strategi-belajar-mengajar/, diambil 6 Maret 2014, pukul 21.19
WITA.
[4] Ofa Shofa,“Strategi Pembelajaran Aktif”, dalam
http://nhiro-nhiro.blogspot.com/2010/09/strategi pembelajaran –aktif.html, diambil 6 Maret
2014, pukul 21.19 WITA.
[5] Marno dan M.
Idris, Strategi dan Metode Pengajaran
[Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif] (Jogjakarta:
Ar-Ruz Media, 2012), h. 153-154.
[6] Ofa shofa,
“Strategi Pembelajaran Aktif”, dalam
http://nhiro-nhiro.blogspot.com/2010/09/strategi pembelajaran –aktif.html, diambil 6 Maret
2014, pukul 21.19 WITA.
[7] Syaiful
Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 19-20.
No comments:
Post a Comment