A.
Deskripsi Teoretis
1.
Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari kata
entrepreneur. Menurut Hisrich-peters yang dikutip oleh Buchari Alma “Entrepreneurship is the process of creating
something different with value by devoting the necessary time and deffort,
assuming the accompanying financial psychic and social risks, and receiving the
resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence”
Artinya
kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan
kepuasan serta kebebasan pribadi.[10]
Mudjiarto kewirausahaan adalah hasil dari
suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inivasi dalam
memenuhi kebutuahn dan peluang dipasar.
Menurut peter hisrich kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan
mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, resiko, sehingga
kemudian menghasilkan balas jasa yang berupa uang serta kepuasan dan kebebasan
pribadi.
Menurut Peter F. Drucker mendefinisikan
kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.[11]
Macam-macam profil wirausaha
a.
Women Entrepreneurs
Merupakan wanita yang terjun kedalam
bidang bisnis yang didorong oleh factor-faktor antara lain memperlihatkan
kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap
kegiatan sebelumnya dan sebagainya.
b.
Minority Entrepreneurs
Merupakan kaum minoritas yang kurang
memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintah sebagai layaknya warga Negara
pada umumnya. Oleh karena itu mereka berusaha menekuni sebuah bisnis dalam
kegiatan sehari-harinya.
c.
Immigrant Entrepreneurs
Merupakan kaum pendatang yang memasuki
suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu
mereka lebih leluasa terjun kedalam pekerjaan yang bersifat non formal yang
dimulai dari berdagang kecil-kecilan.
d.
Part Time Entrepreneurs
Merupakan berwirausaha pada waktu luang
dan tidak mengganggu pekerjaan dibidang lain. Misalnya seorang pegawai pada
sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya dengan berdagang atau mengembangkan
hobinya yang menarik tanpa mengerbankan waktu untuk pekerjaan semula.
e.
Home-Based Entrepreneurs
Kegiatan bisnis yang dilakukan dirumah
tangga, misalnya ibu-ibu gemar membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue
ketoko-toko terdekat dan pada akhirnya usaha semakin lama dan maju.
f. Family-Owned Entrepreneurs
Bisnis yang digeluti oleh sebuah keluarga
atau meneruskan bisnis keluarga yang terdahulu. Bisnis ini bias dilakukan
dengan membuka cabang bisnis keluarga yang sudah maju atau berhasil.
g. Compreneurs
Compreneurs dibuat dengan cara
menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing
orang.[12]
2.
Minat Berwirausaha
a.
Pengertian Minat Berwirausaha
Menurut Djali minat
adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan suatu diluar dirinya. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya.[13]
Menurut Syah
minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.[14]
Pengertian
minat berwirausaha menurut Purnomo minat berwirausaha merupakan sutu kondisi
yang terjadi apabila sesorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
sendiri. Sehingga dapat diartikan bahwa minat berwirausaha merupakan suatu hasrat
yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau
tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu. Menurut Buchari Alma pengukuran
minat wirausaha dapat dilakukan dengan menggunakan 25 indikator dalam skala
pengukuran minat berwirausaha, yaitu : yakin pada diri sendiri, optimis,
kepemimpinan, fleksibilitas, bisa mengelola uang, imajinasi, bisa merencana,
sabar, tegas, semangat, tanggung jawab, kerja keras, dorongan mencapai sesuatu,
integritas, percaya diri, realisme, organisasi, ketepatan, ketenangan,
memperhitungkan resiko, kesehatan fisik, komunikasi dengan orang lain,
kebebasan, bisa bergaul, dan membuat keputusan.[15]
b.
Komponen Minat Berwirausaha
Menurut
Sumarwan pengukuran minat terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan struktur pembentukkan minat berperilaku yaitu:
1)
Komponen
Kognitif
Komponen
kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui pengalaman
dengan suatu obyek, sikap dan informasi dari berbagai sumber Pengetahuan dan
persepsi biasanya berbentuk kepercayaan dan kepercayaan yang maksudnya adalah
adanya rasa percaya bahwa suatu obyek sikap mempunyai berbagai atribut dan
perilaku yang spesifik.
2)
Komponen
Afektif
Komponen
afektif memnggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap obyek. Perasaan
dan sikap seseorang merupakan evaluasi menyeluruh terhadap obyek sikap.
Komponen afektif disini menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu
obyek (Sciffman dan Kanuk). Perasaan dan emosi seseorang terutama ditujukan
kepada obyek secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada
atribut-atribut yang dimiliki oleh suatu obyek. Perasaan dan emosi digambarkan
dengan ungkapan dua sifat yang berbeda guna mengevaluasi obyek
3)
Komponen
Konatif / Psikomotorik
Komponen
konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap
suatu obyek dari teori tersebut, maka dalam penelitian ini pengukuran minat
dilakukan dengan indikator yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan
komponen konatif.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat wirausaha
Alma menyatakan terdapat 3 faktor
kritis yang berperan dalam minat berwirausaha tersebut yaitu:
1)
Personal
Yaitu menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang. David Mcceland
dalam Alma dalam bukunya The achieving society menyatakan bahwa seorang
wirausaha adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat
tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.
Alma juga menyatakan dalam suatu penelitian di inggris menyatakan
bahwa minat dan motivasi seseorang membuka bisnis adalah 50% ingin mempunyai
kebebasan dengan berbisnis sendiri, hanya 18% menyatakan ingin memperoleh uang
dan 10% menyatakan jawaban membuka bisnis untuk kesenangan, hobi, tantangan atau
kepuasan pribadi dan melakukan kreatifitas.
2)
Sociological
Yaitu menyangkut masalah hubungan dengan family dan hubungan social
lainya. Alma menyatakan masalah hubungan family ini dapat di lihat dari orang
tua, pekerjaan, dan status sossial. Faktor social yang berpengaruh terhadap
minat berwirausaha ialah masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu
terhadap pekerjaan orang tua seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang
tua yang bekerja sendiri, dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi
pengusaha pula. Keadaan ini seringkali memberi inspirasi pada anak kecil.
Lingkugan dalam bentuk “role
model” juga berpengaruh terdapat minat berwirausaha. Role model ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga
yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman-teman, pasanga, atau pengusaha
sukses yang diidolakanya. Dorongan teman cukup berpengaruh terhadap semangat
berwirausaha, karena kita dapat berdiskusi dengan bebas, dibandingkan orang
lain, teman biasa memeberi dorongan, pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu
takut terhadap kritikan[16],
di samping ini ada lagi faktor social lainya yang berpengaruh.
3)
Environmental
yaitu menyangkut hubungan dengan lingkungan. Suryana menyatakan
faktor yang berasal dari lingkungan di antaranya adalah model peran, peluang,
aktivitas, selain itu di pengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan
kebijakan pemerintah. Seperti yang di contohkan oleh Alma bahwa ada beberapa
lokasi atau daerah yang banyak wiausahanya, seperti di daerah silicon valley di
amerika serikat di mana dijumapi banyak pengusaha-pengusaha besar, di daerah
tersebut dijumpai kegiatan wirausaha membeli dan menjual barang, transportasi,
pergudangan, perbankan, dan berbagai jasa konsultan. Suasana macam ini sangat
berpengaruh kepada masyarakat untuk menumbuhkan minat berwirausaha. [17]
Selain itu
Tjahjono juga menjelaskan bahwa bagi
banyak orang Keputusan untuk berwirausaha merupakan prilaku dengan keterlibatan
(high involvement) yang akan melibatkan beberapa faktor di antaranya
yaitu:
a)
Faktor
internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, dan pembelajaran (sikap).
b)
Faktor
eksternal seperti keluarga, teman, tetangga, dan lain sebagainya.
Menurut David
C. Mclelland dalam Suryana mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh
motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status kewirausahaan atau
keberhasilan.
Prilaku
kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor
internal yaitu hak kepemilikan, kemampuan/ kompetensi, dan insentif, sedangkan
faktor eksternal meliputi lingkungan. Menurut Ibnoe Soedjono dalam Suryana
karena kemampuan afektif mencangkup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi
yang semuanya tergantung pada kondisi lingkungan yang ada maka dimensi
kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan
kemampuan kewirausahaan.
3.
Keterampilan Berwirausaha
Keterampilan
menurut kamus besar bahasa indonesia adalah kecakapan dalam menyelesaikan
tugas.[18]
Keterampilan
merupakan kemampuan aplikatif yang dimiliki seseorang untuk dapat menjawab
tantangan hidup yang semakin berat dan ketat.
Wirausaha
menurut Alma merupakan orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan
sebuah organisasi untuk memanfaarkan peluang tersebut.[19]
Dari definisi
diatas keterampilan berwirausaha merupakan kecakapan atau kemampuan seseorang
dalam membaca peluang dan memanfaatkan peluang tersebut dengan semaksimal
mungkin.
Wasty Soemanto
mengemukakan Ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh wirausahawan yakni:
a.
Keterampilan Berfikir
Kreatif
Keterampilan
wirausaha akan menjadikan manusia wirausaha yang tangguh, keterampilan berfikir
kreatif dapat menciptakan sesuatu yang baru atau menambah kegunaan suatu barang
menjadi ciri seorang wirausaha. Apabila seorang wirausaha tidak dapat berfikir
kreatif maka usahanya tidak dapat maju. Seorang wirausaha juga dituntut untuk
mempunyai keterampilan dalam mengambil keputusan karena seorang wirausaha
adalah pemimpin bagi usahanya, dalam mengambil keputusan harus secara cepat dan
tepat. Seorang wirausaha merupakan pemimpin dari usahanya maka seorang
wirausaha juga harus mempunyai keterampilan kepemimpinan. Keterampilan
kepemimpinan mempunyai dua unsur yaitu memimpin diri sendiri dan memimpin orang
lain. Dalam memimpin diri sendiri kita harus tanamkan kedisiplinan dalam diri
sendiri supaya dapat dijadikan contoh bagi yang dipimpin, dalam memimpin orang
lain harus dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja lebih baik demi
kemajuan usaha.
b.
Keterampilan Mengambil Keputusan
Keputusan
merupakan suatu hasil penilaian. Keputusan merupakan hasil pemilihan
alternatif-alternatif. Jadi suatu tahap dalam pembuatan keputusan-keputusan itu
adalah menawarkan konsep keputusan itu apakah sudah bisa disetujui oleh diri
sendiri atau oleh orang lain.
Dalam proses pembuatan keputusan,
keragu-raguan dan ketidak setujuan diperlukan, karena keraguan dan ketidak
setujuan bermanfaat untuk:
1
Memungkinkan penerimaan
bersama terhadap keputusan yang diambil.
2
Memperkaya
alternatif-alternatif untuk melahirkan keputusan yang lebih mantap.
3
Keraguan meransang daya imajinasi
untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap suatu masalah. Daya imajinasi
bekerja bersama pikiran untuk menelaah masalah dalam situasi baru sehingga
diperoleh pengenalan dan pengertian.
c. Keterampilan dalam Kepemimpinan
Beberapa
hal yang perlu digaris bawahi dalam usaha melatih keterampilan dalam memimpin
diri sendiri yaitu dengan jalan sebagai berikut:
1) Mengenal
Diri Sendiri
Masalah
pokok dalam hal ini adalah menyangkut hakekat manusia yang berambisi
aktualisasi diri siapakah yang suka melihat, mengungkap dan mengakui kelemahan
dan kekurangan yang ada pada diri sendiri.
2) Melatih Kemauan
Kemauan
merupakan tenaga penggerak semangat untuk belajar dan bekerja dalam usaha
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Jadi kemauan memimpin diri kita ke arah usaha
yang efiktif.
3) Melatih Disiplin
Diri Sendiri
Disiplin
diri sendiri dapat memimpin tingkah laku seseorang secara tertib dan
bertanggung jawab menempatkan diri dan sesuaikan diri dalam kondisi serta norma
yang berlaku pada alam sekitarnya.
Disamping
harus memiliki keterampilan untuk memimpin diri sendiri, manusia wirausaha atau
miraswata juga diharapkan untuk dapat memimpin orang lain. Untuk itu hendaknya
wirausaha juga memiliki keterampilan memimpin orang lain juga.
Kepemimpinan adalah kualitas
tingkah laku seseorang yang mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok
orang sehingga mereka bergerak kearah terciptanya tujuan bersama.
d. Keterampilan Manajerial
Keterampilan
manajerial meliputi kemampuan dalam hal perencanan usaha yang didalamnya
terkandung tujuan yang akan dicapai, motivasi terhadap pekerja pembagian tugas
kerja, mengawasi dan memberikan penilaian.
e. Keterampilan
Bergaul Antar Manusia
Terakhir
adalah keterampilan bergaul, keterampilan bergaul juga menentukan dalam
kemajuan suatu usaha seperti dapat menghargai pendapat orang lain, memberikan
pelayanan yang baik bagi orang lain yang membutuhkan pelayanan, berpenampilan
menarik, mempunyai banyak teman dan hubungan yang luas.
Sedangkan
menurut Keih Davis terdapat tiga indikator keterampilan enterprneursip yang
dikutip oleh Bichari Alma dalam bukunya yang berjudul Kewirausahaan Untuk
Mahasiswa dan Umum diantaranya:
1.
Technical
Skill
Technical
skill merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang wirausaha sebagai
seorang pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam keterampilan ini ada
beberapa point yang dapat lihat yaitu:
a) Menulis,
ini perlu untuk mencatat apa yang perlu dicatat dan dijadikan dokumen perubahan
yang mungkin diperlukan dilain kesempatan. Keterampilan menulis diperlukan guna
membuat sebuah memo yang menarik dalam berhubungan dengan pihak lain.
b) Komunikasi
lisan, jelas sangat penting buat bicara, menyakinkan orang, negosiasi dengan
pihak lain dan menjalin networking.
c) Menguasai
lingkungan, baik lingkungan internal perusahaan seperti dengan karyawan maupun
lingkungan eksternal dengan pemasok, saingan, lingkungan sekitar lokasi
perusahaan.
d) Business management, harus
menguasai berbagai pengetahuan tentang manajemen bisnis, bagaimana menggerakkan
orang-orang, memotivasi, seni memimpin, mengatasi konflik dalam organisasi,
manajemen marketing, finance, dan sebagainya.
e) Teknologi,
ini mencakup berbagai teknologi untuk keperluan proses produksi, teknologi
komunikasi, computer, peralatan kantor, dan sebagainya.
f) Hubungan
antar manusia, harus dijalani hubungan harmonis dengan seluruh lapisan karyawan
dan dengan pihak luar perusahaan.
g) Listening, seorang wirausaha harus mau mendengar dan mampu
menerjemahkan apa yang didengar daik dari karyawan maupun dai pihak luar.
h) Mampu
menyusun organisasi, ini penting misalnya pada saat kapan memerlukan membentuk
sebuah tim kerjasama, system control, kapan perlu menambah karyawan, ataupun melakukan
downsizing (perampingan organisasi)
i)
Membangun jaringan kerja (networking), sekarang
ini ada kecendrungan dunia usaha lagi bersaing, akan tetapi satu sama lain
saling mendekati/merangkul membentuk jaringan usaha yang saling menguntungkan.
j)
Membimbing, seseorang wirausaha harus mampu
membimbing karyawan agar dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang
dikehendaki, jika perlu danggup member contoh.
k) Membangun
tim, ini diperlukan untuk meningkatkan efesiensi dan percepatan pencapaian
tujuan organisasi. Tim juga perlu guna membangun kebersamaan yang kompak dalam
organisasi.
2.
Business
Management Skill
a) Merencanakan,
seorang wirausaha harus membantu rencana baik global maupun detailnya. Apabila
dibuat rencana global, bias pula dielaborasi oleh karyawan dalam
langkah-langkah yang lebih rinci.
b) Membuat
keputusan, berdasarkan data atau informasi yang terkumpul seorang wirausaha
harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan, agar jalannya usaha
tidak goyang dalam keragu-raguan.
c) Human relations, harus
sopan, penuh etika berhubungan dengan orang lain.
d) Marketing, mengetahui pasar sasaran, strategi marketing
yang tepat untuk mencapai target marketing yang telah ditetapkan serta mampu
mencari/mengumpulkan informasi sebagai bahan pengambilan keputusan.
e) Finance, memiliki keterampilan mencari sumber modal
jangka panjang mataupun jangka pendek, maupun membuat ramalan keberhasilan
investasi dengan melihat peluang-peluang yang ada ataupun menciptakan peluang
yang baru.
f) Accounting, memiliki keterampilan mencatat, membaca
penerimaan dan pengeluaran keuangan, menghitung efesiensi dan sebagainya.
g) Control, mampu mengawasi segala kegiatan dalam bisnis,
baik dalam bidang keuangan, kegiatan karyawan dalam pekerjaan sehari-hari.
h) Negotiation, memiliki keterampilan berunding, rapat, tawar
menawar, loby. Sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi bisnisnya.
i)
Managing growth, pada saat pertumbuhan bisnis
harus mampu memimpin perkembangan bisnis, menciptakan taktik dan strategi jitu
menuju perkembangan yang fleksible sehingga tidak salah arah yang mengakibatkan
kerugian.
3.
Personal
Entrepreneurial Skill
a) Disiplin,
tetap berpijaak pada landasan disiplin, tidak lupa daratan, tidak lengah.
b) Mengambil
resiko, terampil meramal dan antisipasi resiko, namun tidak takut menghadapi
resiko karena sudah diperhitungkan dengan menganalisis fakta dan data yang ada,
sehingga sampai pada suatu keputusan.
c) Inovasi,
memiliki keterampilan menggunakan hasil-hasil penelitian, hasil penemuan baru
dalam bidang bisnis, organisasi, financial, oprasional, dan sebagainya.
d) Tepat
dalam pekerjaan, mampu member contoh sebagaimana bekerja yang baik, bagaimana
melakukan pekerjaan san sebagainya.
e) Visionary leader,
memiliki pandangan jauh kedepan tentang bisnisnya, tidak terpaku dengan
keuntungan saat ini, tapi mampu menjangkau
masa depan.
Dari beberapa ciri di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia
wirausaha harus dapat menggabungkan ciri–ciri tersebut sehingga dalam usaha
yang dibuatnya akan menjadi sukses dan bahkan dapat menciptakan sesuatu yang
baru, dibuatnya akan menjadi sukses dan bahkan dapat menciptakan sesuatu yang
baru, menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Antara
ciri yang satu dengan ciri yang lain seakan tidak dapat dipisahkan, memiliki
moral yang tinggi merupakan dasar seorang wirausaha untuk membuat usahanya
dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada siapa saja baik itu dengan
Tuhan, maupun dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Artinya usaha yang
dijalankan dilakukan dengan jujur tidak curang, tidak merugikan orang lain
bahkan memungkinkan harus dapat menguntungkan baik bagi diri sendiri,
masmasikap mental seorang wirausaha didasari dari moral yang tinggi, sikap
mental apakah usahanya akan berhenti atau akan bangkit kembali. Sikap mental
yang baik akan menjadikan kegagalan menjadi cambuk bagi dirinya untuk
mengevaluasi apa yang telah dilakukan dan kemungkinan tidak akan dialami
dikemudian hari. Kepekaan terhadap lingkungan juga dituntut kepada seorang
manusia wirausaha dengan kepekaan ini seorang wirausaha akan mampu memahami dan
dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada pada lingkungan untuk kemudian memenuhi
kebutuhan.[20]
4.
Mata Kuliah Praktik Kewirausahaan
Menurut Prawirokusumo pendidikan kewirausahaan harus diajarkan
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen. Alasannya adalah
sebagai berikut:
1)
Kewirausahaan
berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yang mana terdapat teori, konsep,
dan metode ilmiah yang lengkap.
2)
Kewirausahaan
memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan dan didikan manajemen umum yang
memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3)
Kewirausahaan
merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4)
Kewirausahaan
merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan, atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.[21]
Menurut Dr. Ir. Ciputra, dalam bukunya entrepreneur of the year
2007 ruang lingkup konsep entrepreneurship yang dibahas dalam diskusi dalam
mata kuliah ini berorentasi pada dua aspek utama, yaitu orentasi nilai (value-oriented) dan orientasi tujuan (goal oriented). Salah satu muatan
penting yang perlu diintroduksi kepada mahasiswa yaitu internalisasi, berfikir
kreatif, soft-skill, kerja keras, persistensi, dan lain-lain. Pada akhirnya,
dampak jangka panjang yang diharapkan dari pembentukan nilai-nilai tersebut
adalah kemampuan menangkap dan merealisasikan peluang menjadi sesuatu yang
memiliki nilai jual dan nilai tambah, “merubah kotoran dan ronsokan menjadi
emas”.[22]
Dimasukkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum setiap
perguruan tinggi tentu dibutuhkan sebuah standarisasi berupa materi maupun
unsur pendukung lainnya.
a.
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah
Kewirausahaan adalah mata kuliah Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi yang
diselengarakan pada semester VII program S-1.
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
ihwal kewirausahaan, kegiatan dasar
kewirausahaan, kreativitas dan inovasi bisnis, manajemen/ kepemimpinan,
modal, etika bisnis, profesionalisme, profil, perencanaan, dan strategi usaha,
pemasaran, menentukan jenis usaha, penyajian hasil survey lapangan, praktik
wirausaha/pameran, dan penyajian laporan.
Dalam perkuliahan ini dibahas ihwal
kewirusahaan yang meliputi peran entrepreneur
dalam negara, alasan sarjana dituntut wirausaha, peranan pemerintah dalam
menciptakan wirausaha, pengertian wirausaha, kemampuan yang diperlukan bagi wirausaha,
sikap dan profil wirausaha, wirausaha sebagai manusia paripurna, alasan
entrepreneur di Indonesia kurang berkembang, penyebab kegagalan usaha.
Perkuliahan juga mengkaji teknik melejitkan kreativitas, isu-isu, dan
masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik kewirausahaan.
Pelaksanaan
perkuliahan menggunakan pendekatan praktis dan diskusi serta pendekatan CTL
yaitu studi lapangan, penyusunan dan penyajian laporan kewirausahaan, laporan
buku dan jurnal, dan pemecahan masalah.
Tahap penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah diukur dengan evaluasi.
b.
Tujuan Perkuliahan dan Manfaat
Selesai
mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami konsep, memiliki sikap,
dan mampu menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan.
Proses
pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi tidak semata-mata diarahkan
untuk berwirausaha saja tetapi berwirausaha yang sesuai dengan bidang ilmunya
(relevansi). Dengan demikian dalam
presfektif ini, yang menjadi fokus dalam
kewirausahaan ini adalah upaya menemukan peluang, melakukan kajian, dan
mengimplementasikannya dalam pasar. Hal
ini, dikenal sebagai inovasi yaitu sebuah ide kreatif dan
mengimplementasikannya, baik dalam bentuk produk, jasa, atau proses bisnis yang
lain. Dengan pengertian ini salah satu
kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa adalah jiwa kepemimpinan dan
berwirausaha.
1)
Tujuan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu:
a)
memahami
konsep kewirausahaan,
b)
memiliki
sikap positif dalam berwirausaha,
c)
menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan,
d)
mempraktikkan
salah satu kegiatan dalam berwirausaha di bidang bahasa atau sastra.
2)
Manfaat perkuliahan ini, antara lain:
1)
membekali
mahasiswa ilmu kewirausahaan,
2)
menanamkan
sikap positif berwirausaha,
3)
memberikan
wawasan bagi mahasiswa dalam memilih alternatif kewirausahaan sesuai dengan
bidangnya pada bahasa atau sastra,
4)
menambah keterampilan dalam berwirausaha
diberbagai bidang usaha
B. Kerangka Pikir
Peneliti berasusi bahwa mata kuliah praktik kewirausahaan akan mampu meningkatkan minat
dan keterampilan mahasiswa dalam berwirausaha. Karena dengan adanya praktik
kewirausahaan yang diberikan maka mahasiswa tidak hanya tahu mengenai teori
yang diberikan sebatas lisan akan tetapi bisa lansung bisa dialami dan di
aplikasikan dilapangan, dengan demikian mahasiswa akan menarik kesimpulan dari
permasalahan yang pernah dialami di lapangan.
Dengan ilmu pengalaman praktik tersebut akan
mampu meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam membaca peluang-peluang yang ada
untuk mereka terjun langsung dalam dunia kewirausahaan. Selain itu mahasiswa
bisa mengasah pengetahuan teoritis mereka dengan permasalahan yang mereka
temukan dilapangan.
Peneliti berasumsikan bahwa naip sekali jika
tidak ada pengaruh dari mata kuliah praktik kewirausahaan (variabel X) terhadap
minat berwirausaha (variabel Y1) dan keterampilan berwirausaha
(variabel Y2) mahasiswa yang telah mengukuti mata kuliah praktik
kewirausahaan pada semester VII.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.[23]
Jadi hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap fokus masalah yang dirumuskan oleh penelitian berasarkan data yang
muncul dan selanjutnya jawaban sementara ini duajukan melalui penelitian yang
peneliti lakukan.
Adapun yang diangkat dalam penelitian ini yakni:
1
Hipotesis kerja (Ha1) yang berbunya
“Ada pengaruh mata kuliah praktik kewirausahaan terhadap minat berwirausaha
mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Tahun Pelajaran 2014/2015
2
Hipotesis kerja (Ha2) yang berbunyi
“Ada pengaruh mata kuliah praktik kewirausahaan terhadap keterampilan
berwirausaha mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Institute Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015
[11] Novita Damayanti,
“Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya”, Universitas Negeri Surabaya, 2013, hal.6
[13]
Putrid Aninda Marita, “Pengaruh
Karakteristik Kewirausahaan Dan Karakteristik Kepribadian Terhadap Keinginan
Berwirausaha Pada Mahasiswa UPN VETERAN Jawa Timur” (Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional, 2011).
[14]
Hamisah, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas II di SMP Negeri 6 Kota Bima Tahun Ajaran 2006/2007,
(Mataram, Institut Agama Islam Negeri
2008) h. 28
[17] Alma Buchari, Kewirausahaan
Untuk Mahasiswa Dan Umum,(Bandung: Alfabeta), hal,8
[18] ________Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 1180
[19] Alma,
Kewirausahaan, h. 24
[20] Wasty Soemanto,
Alternatif Pendidikan Wiraswata Menuju Tinggal Landas Pembangunan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 66-84
[21] Novita Damayanti,
“Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya”, Universitas Negeri Surabaya, 2013, hal.7
[22]
Dikutip Dari Silabus dan RPP Mata Kuliah Kewirausahaan Fakultas
Pendidikan Universitas Negeri Yogjakarta Tahun Pelajaran 2010-2011
[23] Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Pemelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT. Renika Cipta. 2002). hal.64
No comments:
Post a Comment