" SELAMAT JALAN SUAMIKU
"
"Mii, abbi sariawan nih lg g enak makan,," sepulang
kerja, suamiku menolak makan masakanku saat itu, padahal aku memasak ayam
goreng kremes kesukaannya,, "besok2 masak sayur az ya mi " aku hanya
mengangguk tanda meng iyakan" ..
Setiap hari suami selalu mengeluhkan sariawan di lidah nya yang
g sembuh2,, sudah 2 minggu lebih,, tapi aku tak terlalu menghiraukan
keluhannya, aku pikir itu hanya sariawan biasa seperti pada umumnya.
"Mii, td di kantor ada medical chekup,, ini hasilnya..
" sambil menyodorkan selembar kertas hasil pemeriksaan,, aku ingat betul
saat itu bulan april 2016. "kesehatan abbi g ada masalah mi, cuman kata
dokter, abbi kurang nutrisi, abbi kurang gizi nih g diperhatiin ummi, ummi nya
sibuk terus sama zuma, hehe" canda suamiku saat itu. memang anakku baru
usia 1 tahun, sebagai ibu, aku berasa jd orang yg paling repot karena anakku
yang mulai aktif.
Aku memang terlalu sibuk,, sampai tak memperhatikan suami, aku
diam saja ketika suami merokok terus2an, aku tak pernah marah ketika suami
menolak sarapan pagi yg sudah disiapkan, aku tak pernah marah ketika suami
begadang terus2an karena ngobrol di pos ronda dengan bapak2 komplek,, dan
akupun tak pernah tau, makanan apa yang dia makan saat di kantor,, makanan
sehat kah? Atau bukan... ya.. itulah kesalahan terbesarku...
"Abbi olahraga gih biar sehat,, jalan2 keliling
komplek,,"
"Enggak ah mi, abbi lg g enak badan, kepala sakit" saat itu memang weekend, dan suami lebih memilih tiduran seharian sambil nonton tv,,"huh pemalas banget nih suami, disuruh olahraga juga susah" Ucapku dalam hati.
"Enggak ah mi, abbi lg g enak badan, kepala sakit" saat itu memang weekend, dan suami lebih memilih tiduran seharian sambil nonton tv,,"huh pemalas banget nih suami, disuruh olahraga juga susah" Ucapku dalam hati.
3 minggu berselang tapi sariawan di lidah belum juga hilang.
Malah katanya jadi ada sakit di kepala dan telinga. “abbi..besok periksa ke
dokter ya, biar diobatin sariawannya..suamipun mengangguk..
Keesokan harinya, suami memeriksakan ke RS JAKARTA, RS yang
tempatnya paling dekat dengan kantornya. Saat itu dokter bilang suamiku
hanya kurang makan sayur dan buah, dokter hanya memberi salep untuk luka
sariawan di lidahnya. "Kalo 2 minggu belum sembuh, periksa lagi ya"
kata dokternya.
2 minggu kemudian suami periksa lagi, karena sariawan masih menetap, "dokternya hanya menambahkan antibiotik. Tapi sampai obatnya habis belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.
2 minggu kemudian suami periksa lagi, karena sariawan masih menetap, "dokternya hanya menambahkan antibiotik. Tapi sampai obatnya habis belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.
Kembalilah lagi ke RS untuk memeriksakan, "mungkin bapak
ada masalah di giginya, saya rujuk ke dr bedah mulut ya" Setelah
diperiksa dr bedah mulut, dokter menyarankan di rontgen gigi, saat itu hasilnya
memang terlihat ada gigi bungsu yang posisinya miring. "Ohh, sariawan
bapak karena ada gigi bungsu yg mau tumbuh, tp posisinya abnormal, mungkin itu
penyebab bapak sariawan dan sakit kepala terus menerus, giginya harus di
oprasi, harus di ambil ya pak..
Bulan juni 2016, saat awal bulan ramadhan, suami tak puasa
karena akan di operasi gigi, di cabutlah gigi yang selama ini mengganggu,,
seminggu berlalu, sariawan masih menetap.. sakit di kepala makin menjadi.
" mi, abbi sakit nelen, sakit kepala makin sering, kenapa ya padahal
giginya udah di cabut, terus lidah abbi jd g bisa digerakin ke kiri"
"besok periksa ke dokter lagi ya bii, sekalian kontrol gigi"
"Giginya udah g ada masalah ya pak, kalo keluhan bapak
sakit kepala, baiknya bapa periksakan ke dr syaraf ya" kata dr bedah mulut
saat itu,, diperiksalah suami ke dr syaraf, hanya diberi obat anti sakit..
dokterpun menyarankan fisioterapi lidah karena lidah yang tak bisa di gerakan
ke kiri, 6 kali pertemuan fisioterafi dan tak ada perubahan.. Dokter
menyarankan pemeriksaan MRI, perkiraan pemeriksaan MRI saat itu sekitar 5-6
juta dan tak bisa dicover asuransi "periksa MRI nya nanti saja ya
mii, bentar lagi kan kita mau mudik, lumayan uangnya buat bekal mudik ke
tasik".
Hari idul fitri... suami lebih memilih tiduran di kamar dan tak
ikut bersilaturahmi ke rumah sanak saudara, sakit di kepala semakin sering,,
hari raya hanya dihabiskan dengan beristirahat tiduran di kamar..
Liburan lebaran pun telah usai, bersiaplah kita kembali ke
ibukota..
"Mii sebelum kita ke jakarta, ummi lepas KB nya ya, abbi pengen zuma punya ade",,, " duh bii, baru anak satu az ummi udah repot, gimana kalo nambah" .. "biarin, nambah anak nambah rezeki, abbi pengen punya banyak anak, hehehe"
Kesal memang, tapi aku pun menurut, di lepas lah KB IUD yg setahun tertanam di rahimku..
"Mii sebelum kita ke jakarta, ummi lepas KB nya ya, abbi pengen zuma punya ade",,, " duh bii, baru anak satu az ummi udah repot, gimana kalo nambah" .. "biarin, nambah anak nambah rezeki, abbi pengen punya banyak anak, hehehe"
Kesal memang, tapi aku pun menurut, di lepas lah KB IUD yg setahun tertanam di rahimku..
"Mii, koq di lidah abbi jd ada benjolan, coba liat
mii"
Benar,, ada benjolan kecil sebesar biji jagung di lidah yang ada sariawannya, "besok ke dokter lagi ya bi",,
Benar,, ada benjolan kecil sebesar biji jagung di lidah yang ada sariawannya, "besok ke dokter lagi ya bi",,
"Sejak kapan benjolannya ada pak" tanya dokter.
"Baru 3 hari dok"
"Sakit gak?" Sambil memencet benjolannya
"Enggak dok enggak sakit, tp kalo sariawannya masih sakit
dok, menelan jg jd sakit,kepala juga makin sering sakit"
"Harusnya bapak di periksa MRI biar tau sakitnya dari mana,
kalo benjolannya ini kemungkinan tumor jinak, bagaimana kalo di oprasi
benjolannya terus nanti kita periksakan hasilnya"
Suamiku hanya mengangguk, tanda setuju..
Awal agustus 2016, aku menemani suami di oprasi di RS JAKARTA,,
zuma aku titipkan pada mamahku, ketika tau kabar suami mau di oprasi, mamah langsung
berangkat ke jakarta.. Operasi berjalan lancar, 3 jam lamanya,,
"Ini istrinya pak Andrie? Operasinya sudah beres, ini benjolan yg sudah diambil mau diPA-kan dulu ya, hasilnya nanti 10 hari lagi..
"Ini istrinya pak Andrie? Operasinya sudah beres, ini benjolan yg sudah diambil mau diPA-kan dulu ya, hasilnya nanti 10 hari lagi..
Tanggal 13 agustus 2016, kami kembali menemui dokter, dokterpun
menyampaikan hasilnya dan juga hasil PA dari laboratorium.
“bapak usianya berapa tahun?”
"28 dok"
"Sudah punya anak?"
"Sudah, baru usia setahun dok".
Dokterpun menghela napas panjang...ada perasaan tak enak saat
itu.
"Hasil pemeriksaannya kurang bagus, bapak positif terkena KANKER LIDAH,
"Hasil pemeriksaannya kurang bagus, bapak positif terkena KANKER LIDAH,
Dek.. seolah detak jantungku berhenti “KANKER…Dok?”
Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih
badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.
“Kanker..?” tanyaku,
tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku.
Sebuah penyakit yang selama ini hanya aku kenal lewat informasi dan
berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yang
paling aku sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang suamiku.
Kutatap wajah suamiku, suamiku hanya terdiam, pucat...
bapak saya sarankan berobat ke RS DHARMAIS, karena disana rumah
sakit khusus menangani penyakit seperti bapak, harus cepat ya pak, sebelum
kankernya menyebar kemana2.
Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RS DHARMAIS.
Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu pasien. Aroma kecemasan bahkan keputusasaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan suamiku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.
Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu pasien. Aroma kecemasan bahkan keputusasaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan suamiku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.
Serangkaian pemeriksaan kami lakukan, lab, usg, rontgen, ct
scan, bone scan.
"Dari hasil pemeriksaan, 3/4 lidah bapak sudah terkena kanker, bapak harus di oprasi di angkat lidah" kata dokter nya..
"Dari hasil pemeriksaan, 3/4 lidah bapak sudah terkena kanker, bapak harus di oprasi di angkat lidah" kata dokter nya..
Ya Allah… apa lagi ini? Diangkat lidah? Kenapa harus suamiku
yang mengalaminya? Kami pun pulang dengan perasaan yang tak tentu, nanti kita
periksa ke RS SILOAM ya bii, kita cari second opinion"
Esoknya kita periksa ke RS SILOAM,, dokter melakukan endoskopi,
memasukan kabel kecil yg ada kameranya melewati lubang hidungnya,, terlihat jelas
kamera menangkap gambar di monitor.
"Wahh, kanker nya sudah menyebar ke tenggorokan pak" Memang
terlihat banyak benjolan merah di dekat pita suara.
"Kalo boleh tau sudah stadium berapa dok?"
"Kalo ini sih sudah stadium 4"
"Terus gimana dok? Tanyaku lirih,,
“Nanti bapak harus menjalani pengobatan kemoterapi 3 kali,
langsung radiasi selama 30 kali.”
Wajah suamiku putih pucat, dia hanya terdiam, terbayang beratnya
derita dan kelelahan yang harus dialami suamiku. Belum lagi dengan kombinasi
pengobatan kemoterapy yang melemahkan fisik. Keluar dari ruang dokter seolah
semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku
beri kabar keluarga dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan suamiku dan
kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan
disudut mataku.
dengan langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang,
tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yang kecil ini, aku melihat
anakku yang masih berusia 1 tahun, dia tersenyum ceria, ia tak mengerti beban
berat yang menimpa orangtuanya, akupun memeluknya erat sambil menangis
sejadinya.
Ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga
tentang pengobatan yang akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan
alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tidak menempuh jalan kemo dan
radiasi. Kami disarankan untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif dan
pengobatan herbal.
Awal september 2016 kami berencana pulang kampung ke tasik,
dikarenakan kondisi suami yang tak bisa lagi bekerja, untungnya dari pihak
kantor memberi cuti izin sakit sampai sembuh.
Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dengan
cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu suamiku sudah susah
untuk menelan maka obat herbal yang diberikan tidak berupa kapsul, melainkan
berupa rebusan dan cairan. Setiap hari suamiku harus minum ramuan dan rebusan
obat-obat herbal. Segala macam makanan buah2an dan sayuran dijus dan di saring,
Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sabar rutin minum semuanya.
"Bii, kayaknya ummi udah lama g haid, " suamiku hanya
tersenyum, coba periksain mii, tespek" katanya..
Aku terlalu sibuk mengurus suamiku yang sedang sakit, sampai tak
sadar, 2 bulan lamanya aku tak datang bulan"
"Positif bii..."
"Alhamdulillah, zuma punya ade, mudah2an cwe ya miii,
mudah2an pas bayinya lahir, abbi udah sehat,"
"Abbi pasti sehat sayang..."
Terlihat senyumnya yang mengembang dan bersemangat. Semangatnya
untuk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan
malam-malamku selalu ku habiskan dengan bersujud padaNya. Aku mulai rajin
mencari semua informasi yang berhubungan dengan kanker lidah, mulai dari
makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua
informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan.
5 bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan
kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Dan akupun
mulai ragu, kondisi suami makin memburuk, kamipun mulai putus asa. Aku yakinkan
suamiku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah,
“Bii.. semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita
lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini abbi sakit, berobat kesana-sini
itu semua sudah ada dalam catatan Allah bii. Yang penting sekarang kita jangan
lelah berikhtiar dan abbi tetap harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk
perlahan.
"Utun lahir, abbi pasti udah sembuh kan mii? Tanya nya
"Pasti bii, g ada yg g mungkin kalo Allah sudah berkehendak, utun lahir, abbi udah sehat". Ia pun tersenyum
"Utun lahir, abbi pasti udah sembuh kan mii? Tanya nya
"Pasti bii, g ada yg g mungkin kalo Allah sudah berkehendak, utun lahir, abbi udah sehat". Ia pun tersenyum
Berat badan suamiku mulai turun drastis karena tak ada asupan
makanan, sebelum sakit beratnya 65 Kg kini tinggal 40 Kg. Kondisinya makin
parah dan puncaknya ketika aku lihat setiap hari suami muntah darah terus
menerus. Ia pun terlihat lemas dan sangat pucat.
Januari 2017, aku bawa ke dokter spesialis Onkologi yang ada di
tasik.
Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit karena hasil HB cuma 5, suamiku mengalami anemia berat. Kali ini aku membawanya ke RS Jasa Kartini tempat dokter itu praktek.
Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit karena hasil HB cuma 5, suamiku mengalami anemia berat. Kali ini aku membawanya ke RS Jasa Kartini tempat dokter itu praktek.
4 labu darah yang sudah masuk ke tubuh suamiku, dokter
menyarankan kemoterapi"
"Kanker itu pengobatannya 3 rangkaian bu, kemoterapy, radiasi sama oprasi, tanpa itu kanker susah ditangani, apalagi dengan pengobatan alternatif dan herbal yang belum jelas" kata dokternya
"Kanker itu pengobatannya 3 rangkaian bu, kemoterapy, radiasi sama oprasi, tanpa itu kanker susah ditangani, apalagi dengan pengobatan alternatif dan herbal yang belum jelas" kata dokternya
"Mii, abbi mau berobat medis az, mau nurut apa kata dokter,
mungkin ini jalan kesembuhan abbi" kata suamiku
Aku tak bisa berkata2,, baiklah kalo ini sudah keinginannya, aku
hanya bisa mengiyakan, semoga Allah memberikan kesembuhan untuk suamiku dengan
pengobatan medis.
Hari2 aku lewati, keluar masuk rumah sakit mengantar suami
berobat, zuma aku titipkan ke rumah orangtuaku, karena waktuku habis dengan mengurus
suamiku, penat rasanya,, hari2 dihabiskan dengan perjalanan dari rumah ke rumah
sakit, rasanya melelahkan, apalagi dengan kondisi perutku yang semakin
membesar.
dokter mengatakan, “kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan
kankernya bukan mengobati.” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku
limbung dan hampir tak sadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap
tegar
“Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”
“Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”
“Ma’afkan ummi, ummi tak mampu menjagamu selama ini…"
Serangkaian pengobatan medis dilakukan 7 kali kemotherapi,
sampai kemo ke 3, kondisi suami sempat membaik, kemo ke 4,5,6,7... selama itu
kondisi suamiku semakin menurun..
“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb.
Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter
memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala
sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan
padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”
Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan
suamiku. Malam-malamku kulalui dengan solat tahajud. Kubenamkan wajahku diatas
sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun,
aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.
“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ikhtiar telah kami
lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya
padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb,
Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada suamiku Ya..Allah.”
Rangkaian kemoterapi sudah beres, suamiku disarankan melakukan
pengobatan lanjutan, sinar radiasi di RS santosa bandung, saat itupun kehamilanku
sudah masuk usia 9 bulan,
"Bii, maaf ummi g bisa antar abbi ke bdg, abbi sama mamah
az ya, takut brojol di jalan, nanti malah repot lagi". Akhirnya suami
pergi melakukan serangkaian pemeriksaan untuk radioterapi,
6 Juni 2017,, hari ke 11 bulan ramadhan, anak yang kedua ku
lahir,, tanpa kehadiran abbi nya,, proses melahirkan yang kedua sangat lah
mudah dan cepat, alhamdulillah Allah telah memberikan kemudahan dan kelancaran,
segera aku vidio call suamiku, dia pun kaget karena tiba2 aku memperlihatkan
bayi kecil padanya,
"Ummi udah lahiran bii"
"Abbi pulang ke tasik sekarang jg mii, pemeriksaan simulatornya
udah beres abbi di jadwalin radiasi nya nanti udah lebaran"
Pulang lah ia ke tasik, datang dengan raut wajah ceria,
alhamdulillah perempuan, "mau abbi kasih nama "Zahabiya Assyifa
farid"
Emas permata yang menyembuhkan..insya allah dengan lahirnya biya, abbi diberi kesembuhan oleh Allah.
Emas permata yang menyembuhkan..insya allah dengan lahirnya biya, abbi diberi kesembuhan oleh Allah.
25 juni 2017, saat itu hari raya idul fitri,, tiba2 suami
mengeluh sakit kepala,
Dan esoknya mengeluh sulit menelan dan sesak nafas, dilarikanlah suamiku ke RS,, dan bayi ku yg baru 2 minggu aku bawa jg, menemani abbi nya di rawat di RS. Pihak RS sempat menolak krn aku membawa bayi, tp karena aku tak bisa meninggalkan keduanya, akhirnya diizinkan, walaupun dengan membuat surat pernyataan bahwa pihak RS tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada bayiku..
Dan esoknya mengeluh sulit menelan dan sesak nafas, dilarikanlah suamiku ke RS,, dan bayi ku yg baru 2 minggu aku bawa jg, menemani abbi nya di rawat di RS. Pihak RS sempat menolak krn aku membawa bayi, tp karena aku tak bisa meninggalkan keduanya, akhirnya diizinkan, walaupun dengan membuat surat pernyataan bahwa pihak RS tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada bayiku..
Saat itu suamiku masih bisa bicara meski dengan suara kurang
jelas. Karena tenggorokannya pun sudah menyempit tersumbat kanker, ia sangat
kesulitan dalam bernafas. Masuk minumanpun kesulitan, Untuk memasukan nutrisi
ke tubuhnya, dokter menyarankan oprasi gastrostomi, oprasi pasang selang dari
perutnya, dan mengantisipasi agar tidak tersumbat saluran nafasnya, dokter
menyarankan oprasi tracheostomy dileher suamiku. Akupun menyetujuinya meskipun
aku tak tega, tapi hanya ini cara yang bisa diambil.
Suamiku pasrah, dia minta aku menemaninya terus menerus, dan aku
mengerti.. aku selalu mendampinginya. Tak pernah jauh darinya...“Sebenarnya aku
tak tega melihatmu seperti ini bii, leher di bolongin,perut juga bolong, tapi
inilah yang terbaik untukmu saat ini.”
Selesai oprasi, bicaranya sudah tak bersuara lagi. Sejak saat
itu praktis komunikasi kami hanya dengan isyarat atau terkadang suamiku
menulisnya di hp, mengirimkan lewat WA,, Tentu saja hal ini terasa capek
baginya. Namun sekali lagi ia terlihat tegar tak pernah aku mendengar ia
mengeluh.
Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan
dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga.
Saat itu kondisinya sudah sangat menurun, sakit kepala hebat
makin sering terjadi,, hasil pemeriksaan ct scan didapatkan, kankernya sudah
menyebar ke otak,,
"Ya Allah beri kekuatan pada suamiku…!” Beri kesembuhan melalui ikhtiar selama ini ya Allah.."
"Ya Allah beri kekuatan pada suamiku…!” Beri kesembuhan melalui ikhtiar selama ini ya Allah.."
Dokter yang menangani nya sudah angkat tangan, ia menyarankan
suamiku untuk secepatnya pergi ke bandung untuk melakukan tindakan radiasi, tp
karena kondisinya yang semakin menurun, rencana itu kami undur karena menunggu
kondisinya membaik dulu..
Namun ternyata seminggu setelah operasi, selang di perutnya
mengalami kebocoran, keluar cairan hitam pekat dari lubang di perut bekas
oprasi,,
"Kenapa lagi ini?..."
"Kenapa lagi ini?..."
"Mii abbi mau minta dirujuk az ke RSCM jakarta, disini abbi
g sembuh2" kata suamiku..
Saat itupun aku meminta dokter untuk membuatkan surat rujukan ke RSCM Jakarta,, dokter mengizinkan... jam 1 tengah malam mobil ambulan mengantar kan kami berdua menuju Jakarta, ya.. hanya aku sendiri yang mengantar suamiku.. hari mulai terang saat kami tiba disana..
Saat itupun aku meminta dokter untuk membuatkan surat rujukan ke RSCM Jakarta,, dokter mengizinkan... jam 1 tengah malam mobil ambulan mengantar kan kami berdua menuju Jakarta, ya.. hanya aku sendiri yang mengantar suamiku.. hari mulai terang saat kami tiba disana..
Serangkaian pemeriksaan dilakukan.. kondisinya semakin menurun,
tapi masih bisa diajak komunikasi,, diapun mengambil hp dan mengetik sesuatu
"Mii, c juve meninggal di rscm kan?"
"Mii, c juve meninggal di rscm kan?"
"Iya"
"Terus c yana zain jg meninggal mii, nanti giliran abbi ya
mii"
"Abbi pasti sembuh sayang,"
"Mii, kalo abbi meninggal, abbi pengen dikuburin dekat
anak2"
"Apaan sih bi, jangan ngomong yg enggak2" ..
Tak kama kondisinya semakin menurun, memegang hp pun ia tak
mampu..
Dia hanya bisa menahan kesakitan yg dirasa,, sambil melirik sesekali ke arahku, sambil berkata,, "sakit mi..."
Dia hanya bisa menahan kesakitan yg dirasa,, sambil melirik sesekali ke arahku, sambil berkata,, "sakit mi..."
"Sabar sayang.. coba abbi dzikir dalam hati"
..lailahailallah...
Kuhampiri suamiku yang tergolek lemah. Perawat memasang semua
peralatan pada tubuh suamiku, entah alat apa saja ini. Kuusap perlahan
keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinyapun sangat dingin. Hingga menjelang
asar, aku tak diperbolehkan beranjak dari sampingnya, tanganku ia genggam erat.
Tak hentinya mulut ini memanjatkan doa.
Tekanan darahnya sangat tinggi, nadi nya pun cepat, menunjukan
angka 200 di layar monitornya. Berkali-kali dokter menyuntikkan obat anti sakit
namun hasilnya tetap sama tak berubah, suamiku masih mengeluh kesakitan. Dokter
memanggilku, perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara cemas, bimbang
dan ketakutan yang amat sangat. Dugaanku benar Dokterpun menyerah.
Melihat kondisinya yang terus menurun dokter memberitahu bahwa
kondisi suamiku sudah sangat melemah, secara medis kondisi suami sudah tidak
dapat ditolong lagi, lebih baik kita do’akan saja.” Aku benar-benar lemas
mendengarnya seluruh badanku gemetar merinding. “benarkah tak ada lagi
harapan.” Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku tak mau
menyerah, aku tetap membisikan ke telinga suamiku, bahwa ia jangan menyerah, ia
pasti sembuh.
“Aku tak mau kehilanganmu bii.” Ku pegang kuat jemarinya, “buka
matamu bii kubisikan lembut ditelinganya. Ia hanya tersenyum lemah...
Pukul 16.00, aku disodori surat pernyataan,, kata dokter ini
adalah Surat persetujuan untuk tidak dilakukan tindakan apapun jika terjadi
apa2 sama suamiku. Akupun pasrah “tak sanggup rasanya hati ini kehilanganmu,
aku ingin tetap menatap wajahmu, aku ingin tetap mendampingimu meski dalam
ketidakberdayaanmu.”
"Abbi…..inilah yang terbaik yang diberikan Allah buat kita,
maafkan ummi, tak bisa menjagamu selama ini. Ummi ikhlas abbi pergi, ummi
terima semua dengan ihklas..
Jangan khawatir bii, ummi akan menjaga dan merawat anak-anak
kita,” kubisikan lirih ditelinga suamiku.
Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku mengucapkan
kata-kata menyerah “kalo memang hendak Engkau ambil maka mudahkan,” tak pernah
aku menyebut kata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan, kesembuhan karena aku
memang menginginkan suamiku benar-benar sembuh.
Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika
memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan
suamiku untuk menghadapmu dengan khusnul khotimah.”
Kubimbing suamiku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR
ROSULULLAH.. Kuulang hingga berkali-kali..
Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia
sanggup mengikuti kalimat ini..
Pukul 16.40 ia menghembuskan nafasnya yg terakhir..
“bu, bapak sudah tidak ada.” ujar dokternya. aku tau maksudnya
tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh
suamiku. Tak ada lagi yang bergerak disana.
kudekap tubuh lemas suamiku.. ku kecup bibirnya, dan ku usap matanya...
“INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.”
Aku termenung disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “ummi ikhlas melepasmu bii, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”
Aku termenung disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “ummi ikhlas melepasmu bii, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”
Selamat Jalan suamiku Andrie K Farid …… jemput aku dan anak-anak
nanti di pintu SurgaNya......
#copas dari mbak Rezy Selvia Dewi
Boleh di share gak usah izin
ya,, semoga cerita ini bermanfaat..
No comments:
Post a Comment