Thursday 27 April 2017

Model pembelajaran mengarang beranting (composing to have stick)


a.      Teori Belajar
Belajar merupakan proses yang memungkinkan makhluk hidup berubah perilakunya secara sadar sehingga perubahan yang sama tidak harus terjadi lagi pada setiap situasi baru. Belajar itu umumnya melibatkan interaksi dengan lingkungan eksternal (atau representasi interaksi ini) diduga belajar itu terjadi bila suatu perubahan atau modifikasi perilaku terjadi dan perubahan itu tetap dalam masa yang relatif lama dalam masa kehidupan individu.[1]
Menurut Walker, belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan-perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Sedangakan menurut winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi langsung dengan lingkunngan yang mengahasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Jadi belajar adalah perubahan tingkah laku. Namun akan sulit dilihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan  dengan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit untuk dilihat dan diraba. Oleh sebab itu terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri atau para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada penelitian ini yang akan di bahasa adalah teori Kognitivisme, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menulis karangan. Kognitif berarti menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional.[2]
Menurut Piaget pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kogniif sebagian besar bergantung kepaad seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya serta mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajaar. Dalam kelas, anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.[3]
Menurut Jerome Bruner, mata pelajaarn dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengkoordinasikan model penyajian bahan dengan cara diman bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan mereka.[4]
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang guru harus memberikan kesempatan kepada siswa dalam menemukan sendiri-hal-hal atau konsep-konsep dalam pembelajarn sehingga siswa mampu menenmukan hal-hal baru dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing pada proses pembelajaran serta mengarahkan siswa untuk menemukan hal-hal baru ketika proses pembelajaran berlangsung.
Kaitanya dengan penelitian ini yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis karangan dengan cara siswa menemukan sendiri kalimat baru dari kalimat yang telah dibuat sebelumnya dengan bantuan media gambar, dalam hal ini guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam menulis karangan.
b.      Pengertian Menulis
Menurut Tarigan menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, penulis harus mampu memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Menurut Supriadi, menulis merupakan suatu proses kretif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) dan konvergen (memusat). Sedangkan menurut Sri Ningsi menulis adalah kegiatan menyusun serta merangaki kalimat sedemikian rupa agar pesan, informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran gagasan dan pendapat penulis dapat disimpaikan dengan baik.[5]
Menurut semi menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.[6] Asul Wiyanto menulis mempunyai dua arti yang pertama menulis berarti mengubah bunyi yang dapat di dengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat, yang ke dua menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan.[7]
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan.
c.       Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Pembelajaran menulis di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasa, pendapat, dan perasaannya melalui karangan sendiri, menulis ringkasan bacaan, menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri dan menulis petunjuk[8].
Agar tujuan menulis dapat recapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di sekolah dasar dalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis, pembelajaran menulis, di sekolah dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.
d.      Jenis-Jenis Menulis
a)      Menulis deskripsi
Deskripsi adalah penerapan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.
b)      Menulis narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita. Narasi adalah cerita berdasarkan alur. Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu.
c)      Menulis Eksposisi
Eksposisi merupakan tulisan hasil peninjauan terhadap suatu hal. Penyampaian gagasan dilakukan secara analitis kronologis waktu maupun ruang. Tulisan berjenis eksposisi baiasanya merupakan bagian dari karangan ilmiah. Penulisan eksposisi dilakukan dengan cara menyusun karangan yang memuat kata-kata kunci didukung oleh penjelasan.
d)     Menulis Argumentasi
Argumentasi dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan. Paragraf argumenatsi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk dalam bentuk ini adalah tulisan yang bertujuan mengajak, membujuk, dan mempengaruhi orang lain.
e.    Tahap-Tahap Menulis
Menurut Tompkins bahwa dalam menulis terdiri dari lima tahap, yaitu : (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, (5) berbagi, (sharing).
1.      Tahap pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut :
a)      Menulis topik berdasarkan pengalamn sendiri
b)      Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c)      Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d)     Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
e)      Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan
2.      Tahap membuat draft
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a)      Membuat draft kasar
b)      Lebih menekankan ini dari pada tata tulis 
3.      Tahap merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah sebagai berikut :
a)         Berbagai tulisan dengan teman-teman (kelompok)
b)        Berpartsipasi secara konstruksi dalam diskusi tentang tulisan tentang teman-teman sekelompok atau sekelas
c)         Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan raeksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman
d)        Membuat perubahan yang substansf pada dartf pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir
4.      Tahap menyunting
Pada tahap menyunting hal-hal yang perlu dilakukn oleh pembelajar adalah sebagai berikut:
a)      Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri
b)      Membantu membetulkan  kesalahan bahasa dan tata tulisan mereka sekelas/sekelompok
c)      Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulisan mereka sendiri.

5.      Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pmbelajar:
a)      Mempublikasi (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai
b)      Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan[9].
Menurut Semi tahapan atau proses penulisan bila dilihat dari secar garis besar dapat dibagi atas tiga tahap yaitu:
1.    Tahap pratulis atau persiapan, terdiri dari:
a)         Menetapkan topik
b)        Menetapkan Tujuan
c)         Mengumpulkan informasi pendukung
2.    Tahap Penulisan, terdiri dari tiga hal:
a)         Konsentrasi terhadap gagasan pokok tulisan
b)         Konsentrasi terhadap tujuan tulisan
c)         Konsentrasi terhadap kriteria calon pembaca
3.    Tahap Pascatulis yaitu tahap penyelesaian akhir tulisan, pada tahap ini terdapat dua kegiatan yaitu:
a)         Kegiatan penyuntingan
b)         Penulisan naskah jadi

f.       Hakikat menulis karangan
a)   Pengertian karangan
KBBI (2003: 506), karangan adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak. Proses mengarang adalah menggunakan bahasa yang ditulis, oleh karena itu bahasa menulis karangan harus jelas. Kejelasan bahasa dalam kegiatan menulis amat penting sehingga mudah dipahami oleh pembaca.[10]
Widyamartya menyatakan bahwa mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil dari kegiatan menulis dan menyusun sebuah cerita agar dapat di pahami oleh pembaca.[11]
b)         Bentuk-bentuk karangan
Menurut Mujianto dalam Mansur Muslich bahwa dari segi pengungkapnya, menulis karangan dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu karangan narasi (kisahan), deskripsi (perian), eksposisi (paparan), argumentasi (bahasan), dan (persuasi).[12]


1.        Karangan narasi
Karangan narasi ini didasarkan atas urutan waktu. Karangan narasi dapat berupa fakta-fakta yang benar terjadi atau hanya sekedar khayalan.
a)      Karangan deskripsi
Karangan deskripsi merupakan karangan yang nelukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan kalimat yang penuh imajinasi. Karangan ini menggambarkan keadaan sebenarnya.
b)      Karangan eksposisi
Karangan eksposisi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengungkapkan, menguraikan, atau menjelaskan pokok pikiran yang tidak bersifat mendesak atau memaksa pembaca untuk menerima penjelasan atau informasi yang disampaikan penulis (Sudjalil dalam Mansur Muslich).[13]
c)      Karangan argumentasi
Karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi tentang opini, untuk meyakinkan pembaca.
d)     Karangan persuasi
Karangan persuasi merupakan karangan yang mencoba mempengaruhi pembaca tersebut mau melakukan apa yang dihendaki oleh penulis.
g.        Model pembelajaran mengarang beranting (composing to have stick)
a)    Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Menurut SS Chausan (dalam Abdul Azis Wahab) bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Selain itu model mengajar dapat berfungsi sebagai pedoman yang dapat menjelaskan apa yag harus dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian maka mengajar menjadi suatu yang ilmiah, terencana dan merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan[14].
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam mengelola kelas hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penelitian ini yang digunakan adalah model pembelajaran creative, dimana siswa dituntut untuk kreatif dalam menyusun karangan, dalam menyusun karangan terdapat model-model dan metode-metode yang digunakan dalam menulis karangan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh serta memudahkan siswa dalam menulis karangan. Model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu mengarang beranting.
b)      Mengarang Beranting (composing to have stick)
Proses pembelajaran mengarang beranting ini siswa di latih untuk mengungkapkan sesuatu berupa apa saja (karangan sendiri) lalu menuliskannya dalam beberapa kata dan kalimat yang dilakukan secara beranting. Karena beranting, maka dalam menuliskan karangnnya harus disesuaikan dengan karangan teman sebelumnya sehingga hasil akhir karangan/tulisan padu, serasi dan saling berhubungan. Apabila ada satu siswa yang menulis tidak sejalan/sealur dengan karangan siswa sebelumnya maka bisa menyebabkan hasil akhir karangan menjadi acak, rumpang atau menyimpang. Pilihan metode dan media pembelajaran tergantung situasi pembelajaran seperti apa yang dikehendaki/diinginkan, dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran/KD.
Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harrus dikuasai oleh seorang guru yang benar-benar profesional. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas guru dilapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalalm kelas. Jadi agar hasil karangan siswa teratur dan relevansi dengan tujuan pembelajran maka guru harus lebih berkreatif dalam membimbing siswa dan merancang pembelajaran sehingga siswa dapat memahami dan merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung.
      Langkah-langkah model pembelajaran mengarang beranting yaitu:
1.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD
2.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 8-10 siswa, setiap anggota diberi nomor sesuai urutannya
3.      Guru menyiapkan lembar kerja (LK) sejumlah kelompok. LK berisi sebuah kalimat sebagai awalan/pembukaan sebuah karangan.
4.      Setiap siswa dalam satu kelompok (No. 1) mendapat tugas untuk meneruskan kalimat awalan tersebut dengan kalimat karangannya sendiri. Setelah selesai LK diberikan kepada siswa nomor 2 dalam kelompoknya
5.      Siswa nomor 2 lalu meneruskan kalimat yang telah dibuat oleh siswa nomor 1. Setelah selesai lalu LK diserahkan kepada siswa nomor 3 dalam kelompoknya
6.      Demikian seterusnya sampai setiap siswa dalam satu kelompok mendapat giliran menulis karangan dalam LK.
7.      Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menampilkan/membacakan hasil tulisannya/karngannya.
8.      Setiap satu kelompok selesai lalu diberi aplaus, kini giliran kelompok yang lain. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil hasil membacakan karangannya.
9.      Evaluasi, meliputi keserasian kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan, tanda baca, dan sebagainya
10.  Kesimpulan. [15]

a.        Penilaian pembelajaran menulis karangan dengan model mengarang beranting
Menurut Nurgiyantoro menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Tuckman (dalam Nurgiyantoro) menjelaskan bahwa penialain adalah suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegaiatan, kegiatan proses, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Proses penilaian mencakup pengumpulan sejumlah bukti-bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar siawa[16].
Menurut pendidikan (Depdiknas, 2007) terdapat dua pengertian penialai, yaitu, penialain proses (asesmen) dan penilaian hasil (evaluasi). Asesmen merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa (individu atau kelompok) dalam proses pembelajaran dan mengefektifikan penggunaan informsi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan (Depdiknas,2007).  Asesmen mengarah pada proses dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan untuk memantau proses pembelajaran di kelas, media pembelajaran, maupun proses evaluasi. Proses tersebut dapat dilihat dan diamati sejak awal sampai akhir pembelajaran.
Penilaian dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar yang disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), kinerja (pepormance), dan tertulis (paper and pencil) (depdiknas,2007).
Perkembangan kemajuan menulis siswa dapat diakses dengan menggunakan penilaian proses informal, penialaian proses menulis dan penialain produk atau hasil. Penilaian proses atau asesmen informala adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran.[17]
Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar asesmen yang berhubungan dengan pembelajaran hendaknya bersifat informal, bermakna bagi siswa, mampu memberi umpan balik segera dan langsung berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran yang bermakna. Oleh sebab itu penilaian dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan guru sebaiknya menggunakan asesmen disamping penialain produk.[18]
Penialain dalam penelitian ini ada dua yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran yaitu dengan menialai aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung sedangkan penilaian hasil yaitu dengan menialai hasil karangan individu siswa yang telah ditentukan.


untuk pendahuan dan lainnya kelik disini, untuk metodologinya bisa kelik disni



[1] Gagne, Robert M. 1988. Prinsip-prinsip belajar untuk pengajaran. Usaha Nasional. Surabaya. Hal. 18
  [2] Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Penerbit Kencana. Jakarta. Hal.6
 [3] Ibid. Hal. 9
 [4] Ibid. Hal. 27
 [5] Sri Ningsi dkk, 2007. Bahasa indonesia untuk mahasiswa. CV. Andi. Jakarta. Hal. 121
 [6] Semi. 2007. Dasar-dasar keterampilan menulis. Angkasa. Bandung. Hal. 14
[7] Wiyanto, Asul. 2004. Terampik menulis paragraf.Grasindo. Jakarta. Hal. 1-2
[8] Depdiknas, 2007. Kurikulum tingkat satuan pendidikan, sekolah dasar/Madrasah ibtidaiyah. Depdiknas. Jakarta
[9] Thompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing And Product. Macmillan Publishing. New York
[10] Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah (Classroom Action Research). Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 124
[11] Widyamartya. 1996. Kreatif Mengarang. Kanisus. Yogyakarta. Hal. 9
[12] Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah (Classroom Action Research). Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 128

[13] Ibid. Hal. 128

[14] Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode Dan Model-Model Mengajar. Alfabeta. Bandung. Hal. 57
[15] http://wywId.wordpress.com/2009/12/13/model pembelajaran-menulis-beranting. di akses pukul 19.17 wita tanggal 02 februari 2014 di perumahan cahaya jempong asri.
[16] Nurgiyantoro. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. BPFE. Yogyakarta. Hal. 7
[17] Thompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing And Product. Macmillan Publishing. New York. Hal. 290
[18] Nurhadi dan Agus Gerrad senduk. 2004. Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Hal. 52

No comments:

Post a Comment

Entri Populer