Wednesday, 30 November 2016

JENIS LABA DALAM ILMU EKONOMI



       1.    Pengertian Pusat Laba
Bilamana prestasi keuangan dari suatu pusat pertanggungjawaban diukur menurut keuntungan, maka pusat pertanggungjawaban tersebut dinamakan “pusat laba” (profit center). Dalam organisasi yang  besar, biasanya kegiatan-kegiatan fungsional utamanya seperti unit pemasaran ataupun unit manufaktur dilaksanakan oleh unit organisasi tersendiri yang terpisah. Apabila kegiatan-kegiatan fungsional itu dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri, maka proses tersebut kita sebut “divisionalisasi”. Secara umum maksud dari adanya proses divisionalisasi adalah untuk mendelegasikan otorisasi kerja yang lebih besar kepada para manajer operasional. Apabila manajer tersebut mempunyai pertanggungjawaban keuntungan, akan lebih praktis agar wewenang pengambilan keputusan yang meliputi pertimbangan-pertimbangan antara besarnya pendapatan dan biaya didalam kegiatan unit kerja tersebut juga didelegasikan hingga tingkat bawah.
       2.    Pengertian Dan Jenis-Jenis Laba
              Dari segi perhitungannya, Selamat Sinurya memberikan pengertian sebagai berikut :“Selisih antara harga penjualan dengan jumlah biaya atau harga jual pokok, seandainya harga penjualan lebih besar dari jumlah biaya, maka selisihnya merupakan laba dan sebaliknya seandainya jumlah penjualan lebih kecil dari biaya maka selisihnya merupakan kerugian”. (1990, hlm. 1)
                        Jenis-jenis laba menurut pengukuran tingkat laba untuk suatu pusat laba tertentu ada lima jenis, yaitu :
a.    Margin kontribusi
Laba kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel dari pendapatan yang diperoleh suatu divisi. Konsep ini bermanfaat untuk perencanaan dan pembuatan keputusan laba suatu divisi dalam jangka pendek.
            Contoh tabel menurut Supriyono, BPEP Yogyakarta, Akuntansi Manajemen 2 Struktur Pengendalian Manajemen dibawah ini :

Tabel 1

PT. BAWONO

Lapora Perbandingan laba kontribusi divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan Rp)
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Total Perusahaan
Pendapaan
Biaya Variabel Divisi :
  Terkendalikan
  Tak terkendalikan

40.000

16.000
4.000

60.000

30.000
6.000
100.000

46.000
10.000
Jumlah Biaya Variabel
20.000
36.000
56.000
Laba Kontribusi
Biaya Tetap :
  Terkendalikan
  Tak Terkendalikan

20.000


24.000
44.000

5.000
10.000
Jumlah Biaya Tetap


15.000
Laba sebelum diperhitungkan biaya
   KTR Pusat
Biaya Kantor Pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25%




29.000
   9.000
20.000
5.000
Laba bersih sesudah PPh


15.000
                Sumber : Supriyono, (2001, hlm. 84).

b.    Laba terkendali divisi
Laba dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dengan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang meliputi biaya variabel yang terkendali dan biaya tetap terkendali, yang telah diuraikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2

PT. BAWONO
Lapora Perbandingan laba Terkendalikan divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan Rp)
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Total Perusahaan
Pendapaan
Biaya Terkendali Divisi :
  - Variabel
 - Tetap

40.000

16.000
2.000

60.000

30.000
2.000
100.000

46.000
5.000
Jumlah Biaya Terkendali
18.000
33.000
51.000
Laba Terkendali Divisi
Biaya Tak Terkendali Divisi :
  - Variabel
  - Tetap

22.000


27.000
49.000

10.000
10.000
Jumlah biaya tak terkendali


20.000
Laba sebelum diperhitungkan biaya
 Kantor Pusat
Biaya Kantor Pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25%




29.000
   9.000
20.000
5.000
Laba bersih sesudah PPh


15.000
               Sumber : Supriyono, (2001, hlm. 84).


c.    Laba langsung
Laba dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan divisi dengan semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan. Profitabilitas ini cocok digunakan untuk menilai profitabilitas jangka panjang seperti contoh pada tabel dibawah ini.

Tabel 3

PT. BAWONO
Lapora Perbandingan laba Langsung divisi
Tahun 2001
(Dalam Jutaan Rp)
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Total Perusahaan
Pendapaan
Biaya Langsung divisi :
  - Variabel terkendalikan
  - Variabel tak terkendalikan
  - Tetap terkendalikan
  - Tetap tak terkendalikan

40.000

16.000
4.000
2.000
3.000

60.000

30.000
6.000
3.000
7.000
100.000

46.000
10.000
5.000
10.000
Jumlah biaya langsung
25.000
46.000
71.000
Laba langsung divisi
15.000
14.000
29.000
Biaya kantor pusat
Laba bersih sebelum pajak
PPh 25 %



9.000
20.000
5.000
Laba bersih sesudah PPh


15.000
                Sumber : Supriyono, (2001, hal, 85).



d.    Laba bersih sebelum pajak
Dengan menghitung pendapatan divisi dengan biaya langsung divisi dan biaya kantor pusat. Laba ini mencerminkan prestasi ekonomi divisi, karena divisi menikmati fasilitas kantor pusat, maka divisi mengalokasi biaya kantor pusat. Seperti contoh pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

PT. BAWONO
Lapora Bersih Divisi Sebelum PPh
Tahun 2001
(Dalam Jutaan Rp)
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Total Perusahaan
Pendapaan
Biaya Divisi :
  - Variabel terkendalikan
  - Variabel tak terkendalikan
  - Tetap terkendalikan
  - Tetap tak terkendalikan
  - Alokasi biaya Kantor Pusat

40.000

16.000
4.000
2.000
3.000
4.500

60.000

30.000
6.000
3.000
7.000
4.500
100.000

46.000
10.000
5.000
10.000
9.000
Jumlah biaya divisi
29.500
50.500
80.000
Laba Bersih divisi sebelum PPh
10.000
9.500
20.000
PPh 25 %



5.000
Laba bersih sesudah PPh


15.000
                Sumber : Supriyono, (2001, hal, 86)
e.    Laba bersih sesudah pajak
Besar laba dihitung melalui pengurangan laba bersih sebelum pajak dengan pajak penghasilan divisi. Sebagai satu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri, laba divisi perlu memperhitungkan pajak penghasilannya. Lihat pada contoh tabel dibawah ini :

Tabel 5

PT. BAWONO
Lapora Bersih Divisi Sebelum PPh
Tahun 2001
(Dalam Jutaan Rp)
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Total Perusahaan
Pendapaan
Biaya Divisi :
  - Variabel terkendalikan
  - Variabel tak terkendalikan
  - Tetap terkendalikan
  - Tetap tak terkendalikan
  - Alokasi biaya Kantor Pusat

40.000

16.000
4.000
2.000
3.000
4.500

60.000

30.000
6.000
3.000
7.000
4.500
100.000

46.000
10.000
5.000
10.000
9.000
Jumlah biaya divisi
29.500
50.500
80.000
Laba Bersih divisi sebelum PPh
10.500
9.500
20.000
PPh 25 %

2.625
2.375
5.000
Laba bersih sesudah PPh
7.875
7.125
15.000
                Sumber : Supriyono, (2001, hal, 87)

       3.    Komponen-Komponen Yang Menentukan Besarnya Laba
                        Komponen-komponen yang dapat menentukan besarnya laba adalah :
a.    Penyimpangan laba kotor
    Penyimpangan antara realisasi penghasilan dan biaya diluar usaha dibandingkan dengan anggaran penghasilan dan biaya diluar usaha.
b.    Biaya pemasaran
    Biaya pemasaran adalah meliputi semua biaya dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemasaran, yaitu :
-       Biaya untuk memperoleh atau menimbulkan pesanan.
-       Biaya untuk memenuhi atau melayani pesanan.
c.    Biaya administrasi dan umum
    Biaya administrasi dan umum adalah semua biaya yang terjadi dan berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum, meliputi biaya dalam rangka penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara keseluruhan.

       4.    Anggaran Laba Sebagai Alat Ukur Prestasi Manajer
Anggaran Laba adalah tanggungjawab manajer yang dapat mengawasi pendapatan dan biaya sehingga anggaran pendapatan dan anggaran biaya dapat digabungkan menjadi anggaran laba. Anggaran laba merupakan suatu rencana laba tahunan, yang terdiri dari serangkaian angka-angka proyeksi untuk tahun yang akan datang, disertai dengan skedul pendukungnya. Suatu anggaran laba-rugi dapat dipergunakan perusahaan secara keseluruhan, ataupun pusat laba untuk alokasi sumber daya dalam mencapai sasaran dan pengkoordinasian kegiatan perusahaan dan divisi, bahan pengecekan terakhir atas ketetapan anggaran biaya serta untuk penugasan tanggungjawab setiap manajer, serta untuk penugasan tanggungjawab setiap manajer, serta penentuan kontribusi terhadap perusahaan atau divisi dari segi prestasi keuangan. Anggaran laba rugi dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
a.    Untuk perusahaan secara menyeluruh dan untuk pusat laba secara khusus anggaran tersebut dapat digunakan yaitu :
-       Untuk mengalokasikan sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Anggaran yang telah disahkan merupakan dasar wewenang bagi orang yang mempunyai wewenang untuk menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk mencapai sasaran anggaran.
-       Untuk perencanaan dan pengkoordinasian dan kegiatan perusahaan dan divisi. Sebagai contoh anggaran laba rugi dipakai sebagai dasar untuk memastikan bahwa fasilitas produksi sesuai dengan ramalan penjualan dan tersedianya kas sesuai dengan pengeluaran yang diperkirakan.
-       Untuk sasaran pemeriksaan yang terakhir untuk anggaran laba. Meskipun kerangka anggaran telah disetujui oleh manajemen sebelumnya, akan tetapi perlu pengkajian lebih lanjut yang berguna dalam penyempurnaan anggaran tersebut.
-       Untuk melihat tanggungjawab manajer yang memimpin pusat laba, yang dapat membandingkan prestasi dengan rencana yang telah disusun, selanjutnya melihat sejauh mana kontribusi yang telah disumbangkan.
b.    Bagi manajemen puncak (top manajemen)
-       Untuk menilai prestasi ekonomi dan keuangan bagi perusahaan dimasa datang dan melakukan tindakan koreksi terhadap apa yang telah tercapai.
-       Untuk merencanakan dan mengkoordinasikan secara menyeluruh.
-       Berperan serta dalam perencanaan divisi.
-       Pengawasan divisi.
Suatu sistem pengukuran dan penilaian terhadap prestasi bagian-bagian di dalam perusahaan harus dimulai dengan pertanyaan apa tujuan yang hendak dicapai oleh pusat laba,  yaitu :
a.    Menyediakan masukan bagi keputusan-keputusan penting mengenai promosi mutasi, pemberhentian karyawan.
b.    Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan training dan pengembangan karyawan.
c.    Sebagai pembanding prestasi antar divisi.
d.    Pengawasan divisi-divisi.
Adapun metode pengukuran prestasi pusat laba dapat menggunakan dua cara yaitu :  pengukuran prestasi manajemen menekankan seberapa jauh manajer pusat pertanggungjawaban telah bekerja. Sedangkan pengukuran prestasi ekonomi menentukan seberapa jauh manajer telah dapat mengawasi pendapatan dan biaya. Oleh karena itu, suatu laba merupakan kegiatan dari perusahaan sedangkan transaksi-transaksi yang dilakukan dengan bagian-bagian lain dari perusahaan tersebut tidak selalu sederhana, maka persoalan-persoalan yang timbul juga berbeda-beda dengan organisasi-organisasi yang berdiri sendiri. Ada tiga jenis permasalahan dalam pengukuran tingkat laba secara umum, yaitu :
a.    Harga transfer
Harga transfer adalah nilai dari barang dan jasa yang ditransfer oleh suatu pusat pertanggungjawaban lainnya. Sebagai contoh, biaya yang dipindahkan dari pusat biaya listrik ke pusat biaya produksi merupakan harga transfer.
b.    Pendapatan bersama
Pengukuran tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh suatu pusat laba dapat dilakukan secara langsung tetapi ada juga kondisi-kondisi dengan dua atau lebih pusat laba bekerja sama dalam menghasilkan peningkatan volume penjualan. Secara idealnya kedua unit patut mendapatkan penilaian.
c.    Pembiayaan bersama
Barang atau jasa yang disediakan oleh pusat laba yang lain dinilai dengan hari transfer jasa-jasa pelayanan yang disediakan oleh staff unit ataupun biaya-biaya bersama lainnya, kalau memang akan dibebankan, harus dibebankan kepada pusat-pusat laba atas dasar perhitungan yang dapat mengabarkan tingkat penggunaan nyata jasa-jasa tersebut sejauh dimungkinkan.
Pusat laba dapat mengawasi pendapatan dan biaya yang disatukan menjadi anggaran laba atau rugi. Adapun anggaran laba-rugi adalah salah satu rencana laba tahunan yang terdiri dari serangkaian angka-angka proyeksi keuangan untuk tahun yang akan datang. Dalam anggaran laba ini dapat diketahui prestasi manager atau divisi terhadap perusahaan setelah dibandingkan antara rencana dan realisasi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam anggaran laba ini :
a.    Penggunaannya dipakai sebagai alat pengukur manajerial, sangat bervariasi di perusahaan dapat berupa suatu komitmen, sampai dengan perkiraan terbaik mengenai apa yang akan terjadi dengan sedikit tanggungjawab atas timbulnya perkiraan ini.
b.    Besarnya tanggungjawab yang disebabkan kepada manajer yang disebabkan kepada manajer pusat laba untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan dilihat dari anggaran laba. Besarnya tanggungjawab tersebut berbeda menurut pertimbangan masing-masing perusahaan.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer