AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWANAN.... baca lebih lanjut......
3. Konsep Dasar Akuntansi
Pertanggungjawaban
Konsep-konsep di bawah
ini adalah syarat untuk membentuk dan mempertahankan sistem akuntansi
pertanggungjawaban :
a.
Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas
pengelompokan tanggungjawab (departemen-departemen) manajerial pada setiap
tingkat dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi
masing-masing departemen. Individu yang mengepalai klasifikasi
pertanggungjawaban harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
biaya-biaya menurut biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan oleh kepala
departemen ke departemen. Umumnya biaya-biaya yang secara langsung dapat
dibebankan ke departemen, kecuali biaya tetap, merupakan biaya yang dapat
dikendalikan oleh manajer departemen tersebut.
b.
Titik awal dari sistem akuntansi
pertanggungjawaban terletak pada bagian organisasi dimana ruang lingkup
wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasari pertanggungjawaban biaya tertentu
dan dengan pertimbangan serta kerja sama antara penyelia, kepala departemen,
atau manajer, biaya tersebut dituangkan dalam anggaran perusahaan.
c.
Setiap anggaran harus secara jelas menunjukan
biaya yang terkendali oleh personal yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus
disesuaikan supaya dilakukan pencatatan atas beban terkendali atau yang
ditanggungjawabi berdasarkan dalam cakupan wewenang yang dilimpahkan.
4. Kegunaan Akuntansi Pertanggungjawaban
Kegunaan akuntansi
pertanggungjawaban bagi manajemen adalah :
a.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai
dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran
pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran diterapkan siapa yang akan
berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan
dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer
berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan
satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan
anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi
pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan
bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran yang berisi
informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang
disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai
sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi
pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengiriman peran kepada manajer yang
diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
b.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilaian kinerja manajer
pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan
dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan
hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau
biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi
realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung
jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan
skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai
sasaran perusahaan.
c.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan bagian yang signifikan, sebagian informasi
akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua jalur
berikut ini :
-
Menimbulkan
pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi kemungkinan
usaha diberi penghargaan. Jika struktur penghargaan sebagian didasarkan atas
informasi akuntansi, maka manajer akan berkeyakinan bahwa kinerjanya yang
diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban (informasi masa lalu) akan
diberi penghargaan yang sebagian kinerja atas informasi akuntansi. Kemungkinan
kinerja akan memperoleh penghargaan ini yang memotivasi manajer untuk
meningkatkan usaha.
-
Secara
tidak langsung akuntansi pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi melalui
nilai penghargaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban (berupa informasi
masa lalu) yang digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Jika struktur
penghargaan sebagian besar didasarkan atas informasi akuntansi, manajer akan
memperoleh kepuasan. Kepuasan atas penghargaan yang diterimanya dipengaruhi
oleh penilaian manajer atas kepantasan penghargaan tersebut. Tinggi rendahnya
kepuasan manajer atas penghargaan yang diterimanya berdampak atas tinggi
rendahnya nilai penghargaan. Faktor yang terakhir ini berdampak terhadap
motivasi manajer untuk berusaha.
d.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pengelolaan aktivitas. Manajemen
memerlukan pemisahan aktivitas penambahan dan bukan penambah nilai dan
identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh kedua tipe aktivitas tersebut.
Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam biaya penambah dan
bukan penambah nilai, manajemen dapat :
-
Memperoleh
informasi biaya bukan penambah nilai yang menggambarkan besarnya pemborosan
yang sekarang dialami oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
-
Memperoleh
biaya-biaya bukan penambah nilai yang memungkinkan mereka memusatkan
pengendalian mereka terhadap aktivitas bukan penambah nilai.
-
Memperoleh
informasi biaya-biaya penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan
penyempurnaan efisiensi aktivitas penambah nilai.
e.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pemantauan efektivitas program
pengelolaan aktivitas manajemen memerlukan informasi biaya aktivitas untuk
memantau secara berkesinambungan program pengelolaan aktivitas. Dengan
menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam biaya-biaya penambah dan
bukan penambah nilai dalam bentuk perbandingan dari periode ke periode,
manajemen dapat :
-
Memantau
efektivitas program pengelolaan efektivitas. Untuk mengurangi dan akhirnya
menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai, diperlukan jangka waktu panjang,
yang hasilnya harus diwujudkan dalam bentuk pengurangan biaya. Oleh karena itu
dengan mengikuti perkembangan biaya-biaya bukan penambah nilai dari periode akuntansi
yang satu ke periode akuntansi yang lain, manajemen biaya-biaya bukan penambah
nilai dalam bentuk perbandingan antar periode akuntansi.
-
Merumuskan
keputusan-keputusan strategik. Program pengelolaan aktivitas memberikan
gambaran berapa penghematan biaya yang dapat dicapai dalam jangka waktu
tertentu. Berdasarkan informasi penghematan biaya yang diperoleh dari
pengelolaan aktivitas, manajemen dapat merumuskan keputusan strategik, seperti
penentuan harga jual produk, pemilihan teknologi manufaktur yang digunakan
untuk menjadikan aktivitas penambah nilai lebih efisien.
5. Keterbatasan Akuntansi Pertanggungjawaban
Keterbatasan informasi
akuntansi pertanggungjawaban yaitu hanya digunakan untuk :
a.
Penilaian kinerja
Penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
b.
Penyusunan anggaran
Penyusunan anggaran adalah
proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu tahun yang dinyatakan
dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif yang lain.
6. Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pusat
tanggungjawab pada dasarnya diciptakan untuk mencapai suatu sasaran tertentu,
baik sasaran tunggal ataupun sasaran majemuk. Sasaran-sasaran tersebut sering
pula kita sebut sebagai obyektif yang harus kita capai. Dalam kaitan ini, dapat
dimengerti apabila sasaran dari masing-masing individu dalam tiap-tiap pusat
tanggungjawab itu harus diusulkan agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha
mencapai sasaran umum dari organisasi diputuskan dalam suatu proses perencanaan
strategik yang dalam hal ini diasumsikan telah ditetapkan sebelum awal proses
pengendalian manajemen dimulai.
a.
Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pada pusat pendapatan, tingkat keluaran kita ukur dalam
bentuk nilai uang, tetapi tidak ada usaha formal yang dilakukan untuk
mengkaitkan masukan atau biaya dengan keluaran yang dihasilkannya. Pusat
pendapatan terutama banyak kita temui pada organisasi pemasaran. Anggaran atau
target penjualan telah dipersiapkan atau direncanakan terlebih dahulu, dimana
gunanya adalah untuk mengukur transaksi-transaksi penjualan yang sudah
dilakukan ataupun order-order pembelian yang sudah tercatat dalam rangka
kegiatan pusat pendapatan secara keseluruhan dan juga untuk mencatat hasil
kegiatan dari masing-masing wiraniaga yang melaksanakan aktivitas tersebut.
Kemudian hasil-hasil nyata dari seluruh kegiatan tersebut
kita bandingkan dengan nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya suatu
anggaran.
b. Pusat
Pengeluaran
Pusat pengeluaran adalah pusat tanggungjawab, dimana masukan
atau biayanya diukur dalam satuan uang, akan tetapi keluarannya tidak kita ukur
dalam satuan uang. Secara umum ada dua macam pusat pengeluaran, yaitu pusat
pengeluaran yang besarnya dan pusat pengeluaran dimana nilai pengeluarannya itu
kurang dapat diukur (diskresioner).
1). Pusat
Pembiayaan Terukur Atau Terencana (Engineered
Expenses Center)
Biaya-biaya
terukur ini biasanya dinyatakan sebagai biaya standar. Bila seseorang telah
menetapkan standar untuk suatu pusat pembiayaan tertentu, maka cara pengukuran
tentang besarnya keluaran atau hasil dari bagian tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengalihkan kuantitas hasil fisiknya dengan biaya standar per
unitnya, sehubungan didapatkan biaya tertentu. Perhitungan biaya nyatanya anti
dipertimbangkan dengan nilai biaya standar tadi, apabila terdapat perbedaan
nilai maka perbedaan besarnya nilai tersebut akan dianalisis untuk menduga apa
yang menyebabkan perbedaan tersebut. Keberhasilan prestasi kerja para manajer
dari pusat pembiayaan dinilai atas dasar seberapa jauh mereka selalu sama, atau
bahkan berada di bawah tingkat biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2). Pusat Pembiayaan
Diskresioner (Tak Terukur)
Beberapa unit organisasi menghasilkan keluaran yang tidak
dapat diukur dengan besaran nilai uang. Kebanyakan dari unit tersebut biasanya
berupa besaran nilai uang. Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa unit
staff administratif, unit pembelian dan pengembangan produk serta beberapa unit
dalam kegiatan pemasaran. Usaha proses pengendalian untuk unit-unit pembiayaan
diskresioner ini dimulai dengan ditetapkannya suatu anggaran ataupun
perencanaan tahunan yang telah disetujui oleh pihak manajemen. Selanjutnya
realisasi pembiayaan itu kita bandingkan dengan nilai anggarannya. Oleh karena
pada perbandingan tersebut besarnya tingkat masukan itu tidak kita ukur dalam
besaran nilai uang, maka pada dasarnya upaya ini tidak dapat kita lakukan
sebagai cara pengukuran prestasi kerja yang lengkap dan oleh karena itu maka
cara ini dapat kita pakai sebagai dasar pengukuran yang menyeluruh tentang
usaha penilaian para manajer secara keseluruhan.
c.
Pusat Laba (Profit Center)
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajer diukur berdasarkan laba pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Dengan demikian baik masukan diukur dengan nilai moneternya, yang artinya
masukan diukur dalam bentuk biaya dan keluaran diukur dalam pendapatan. Pusat
laba pada umumnya terdapat pada organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan
divisi-divisi penghasilan laba (organisasi divisional). Manajer unit divisi
ataupun manajer pusat laba menentukan harga jual, strategi pemasaran serta
kebijaksanaan produksi. Jumlah investasi dalam unit ini hanya dapat diusulkan
oleh manajer pusat laba, sedangkan keputusan ditentukan oleh pimpinan tertinggi
dari unit-unit pusat laba yang ada.
d.
Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya dapat mengawasi revenue, biaya dan jumlah investasi atas
harta yang ada pada pusat pertanggungjawaban tersebut. Pada pusat
pertanggungjawaban ini manajernya dapat menentukan dan menetapkan jumlah
piutang, kebijaksanaan persediaan, menetapkan pembelian peralatan yang perlu
untuk produksi dan pemasaran hasil produksinya.
7. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi
pertanggungjawaban menganggap bahwa pengendalian organisasi dapat meningkat
dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan
struktur organisasi formal perusahaan. Struktur organisasi mencerminkan
pembagian hirarki wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi,
manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas khusus kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat
dicapai pembagian pekerjaan yang bermanfaat.
Jika
seorang manajer diberi wewenang untuk melaksanakan sesuatu, ia akan merasa
memiliki kekuasaan untuk secara resmi bertindak dalam lingkup wewenangnya dan
untuk mempengaruhi perilaku bawahannya. Namun wewenang yang diterima dari
manajer atas tersebut tidak ada artinya, jika wewenang tersebut tidak diterima
atau diakui adanya oleh bawahan manajer tersebut.
Sayangnya,
seringkali banyak perusahaan memiliki kelemahan dalam masalah pendelegasian
wewenang. Pembagian wewenang seringkali tumpang tindih (overlapping) dan
seringkali tanggungjawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian
wewenang yang memadai. Jika seseorang dibebani tanggungjawab yang tidak sepadan
dengan wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tersebut,
akan ditimbulkan adalah frustasi dan keengganan.
Akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggungjawab kepada manajer pusat
pertanggungjawaban dengan anggapan bahwa manajer tersebut seolah-olah merupakan
individu yang terpisah dari manajer lain. Pembebanan tanggungjawab
kadang-kadang mengabaikan fakta bahwa dalam organisasi terdapat pimpinan
kelompok formal dan non formal serta bahwa kinerja kelompoklah yang sebenarnya
diukur. Oleh karena itu, dalam perancangan sistem akuntansi
pertanggungjawaban, perlu
dipertimbangkan dinamika kelompok, yang merupakan kekuatan yang berpengaruh
terhadap kesediaan kelompok untuk menerima sasaran yang diterapkan.
Karena
pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi
pertanggungjawaban, kerangka pusat seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Kerangka pusat pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama. Struktur
organisasi harus dianalisis mengenai kemungkinan adanya kelemahan dalam
delegasi wewenang yang terdapat di dalamnya. Jaringan pusat pertanggungjawaban
dapat menjadi alat efektif untuk mengendalikan organisasi, jika struktur
organisasi yang melandasinya disusun secara rasional.
No comments:
Post a Comment