Saturday 21 January 2017

KEWIRAUSAHAAN

 1.      Karakteristik kewirausahaan
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Prof. Iman S Sukardi, ia menemukan ada sembilan karakteristik tingkah laku kewirausahaan yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian terhadap wirausaha berhasil diseluruh dunia. Karakter tersebut antara lain:
a.       Sifat Instrumental
Dia dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.

b.      Sifat Prestatif
Dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
c.       Sifat Keluwesan Bergaul
Dia selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Dia aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
a.       Sifat Kerja Keras
Dia selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan nyata untuk mencapai tujuan.
b.      Sifat Keyakinan Diri
Dia selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil.
c.       Sifat Pengambilan Resiko
Dia selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Dia akan melangkah bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.
d.      Sifat Swa Kendali
Dia dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
e.       Sifat Inovatif
Dia selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Dia terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Dia tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja. Dia cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).


f.       Sifat Kemandirian
Dia selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.[1]
2.      Sikap-Sikap yang harus dimiliki seorang wirausaha
Setiap wirausaha harus menunjukkan sikap-sikap yang positif untuk mendukung pencapaian tujuannya. Beberapa sikap tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Sikap terhadap karir
Para wirausaha harus memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat di gunakan untuk mengembangkan karirnya.
2.      Sikap mental seorang wirausaha
Para wirausaha memiliki pandangan hidup yang sehat mereka merupakan individu-individu yang matang yang mampu mengembangkan suatu cara untuk menilai pengalaman-pengalaman secara sehat sikap mental yang tepat terhadap pekerjaan sangatlah penting.
3.      Sikap kepemimpinan
Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang lebih baik. Sifat-sifat kepemimpinan harus di kembangkan sendiri karena sifat-sifat ini berbeda poada setiap orang. Semakin berkualitas seorang wirausaha sebagai seorang npemimpin, semakin besarlah ketergantungannya pada staf untuk mendukung dan memikul tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka.
4.      Sikap mengambil resiko
Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah di perhitungkan, mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari suatu resiko rendah karena tidak ada tantangan-tantangannya dan menjauhi suatu resiko tinggi karena ingi berhasil.
5.      Sikap mengambil keputusan
Seorang wirausaha harus kreatif terutama dalam mengambil keputusan. Wirausaha harus punya kepercayaan diri yang teguh dan yakin bahwa mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat. Kemampuan membuat keputusan inilah yang membedakan seorang wirausaha dari orang yang lain.
6.      Sikap untuk kepercayaan bisnis
Pada umumnya, dalam bisnis terdapat kegiatan perencanaan. Yaitu kegiatan-kegiatan kewirausahaan yang mencakup tugas-tugas seperti mengadakan kontak dengan para bankir, akuntan, pengacara, dan orang-orang lain yang membantu dalam aspek-aspek finansial dan hukum dari bisnis.
7.      Sikap menggunakan waktu secara efektif
Waktu adalah sesuatu yang tidak dapat di tabung, artinya sebagai wirausaha perlu menggunakan waktu secara efektif melalui manajemen yang lebih baik. Kreatifitas pemecahan masalah dan pencarian peluang itu merupakan ciri khas para wirausaha.
8.      Sikap menilai peluang pasar
Bila wirausaha tidak dapat memanfaatkan peluang pasar, maka mereka akan mengalami kegagalan dalam memasarkan produknya. Para wirausaha selalu membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang pasar. Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi permintaan pelanggan atau konsumen.[2]

              Seorang wirausaha juga dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang melekat padanya. Widjajanto menjelaskan ciri-ciri yang melekat tersebut sebagai berikut:
a)      Berfikir teliti, inovatif dan kreatif
b)      Berani mengambil resiko dan percaya diri
c)      Berorientasi masa depan
d)     Mengutamakan prestasi, tahan uji, tekun, dan tidak mudah menyerah
e)      Jujur, bertanggung jawab, dan teguh pendirian
f)       Memiliki etos kerja tinggi dan tangguh menghadapi persaingan
g)      Membiasakan diri bersikap positif dan selalu bersemangat dalam setiap pekerjaan
h)      Mensyukuri diri, waktu dan lingkungan
i)        Selalu berusaha untuk meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan
j)        Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya yang lebih baik untuk pelanggan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat bangsa dan negara.[3]
Dari sifat-sifat khusus yang dimiliki seorang wirausaha, biasanya yang ditonjolkan adalah sifat wirausaha untuk bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya, dan berani mengambil resiko untuk mewujudkan gagasannya. Dari segi kemampuannya, sering kali dikatakan bahwa seorang wirausaha mampu dan peka melihat peluang bisnis.
3.      Jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan adalah mendorong suksesnya seseorang terutama pada era globalisasi dan informasi, karena kriteria yang dibutuhkan oleh pasar adalah lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh bahkan berkurang karena gulung tikar.
Hal demikian menuntut para lulusan perguruan tinggi tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta lapangan pekerjaan, pengusaha memiliki banyak kesamaan dengan sifat karakter pemimpin dan sering kali dikontraskan dengan manajer dan administrator yang lebih methodichal dan kurang mengambil resiko. Kemampuan seorang pengusaha memiliki kepribadian untuk menanggung resiko, mengambil inisiatif, menciptakan visi, dan mengarahkan orang lain untuk mengikuti arahan tidak mudah dipelajari ataupun mendapatkannya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa kewirausahaan yohanes rante (2011:135) menyebutkan untuk mendapatkan kemampuan tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa kewirausahaan yang diantaranya:
a.       Kemauan
b.      Disiplin
c.       Kerja keras
d.      Jujur
e.       Tekun
f.       Ulet.[4]
4.      Indikator jiwa kewirausahaan
a.       Indikator jiwa kewirausahaan menurut Yohanes Rante
Dari hasil penelitian terdahulu hasil penelitian dari Yohanes Rante  (2011:135) menyebutkan indikator jiwa kewirausahaan adalah sebagai berikut:
1)      Kemauan/daya juang
Diartikan sebagai pemahaman yang timbul dari hati atau keinginan yang berasal pada diri sendiri
2)      Disiplin
Diartikan sebagai pemahaman yang berasal dari pribadi seorang utuk mencapai kesepakatan dan tujuan
3)      Kerja keras
Diartikan sebagai pemahaman yang berasal dari masing-masing individu untuk mencapai target yang diinginkan
4)      Jujur
Diartikan sebagai pemahaman yang datangnya dari hati masing-masing individu untuk maksud dan tujuan yang lebih baik
5)      Tekun
Diartikan sebagai dorongan yang timbul dari diri masing-masing individu
6)      Ulet
Diartikan sebagai dorongan yang berasal dari hati dan diri masing-masing individu.[5]


b.      Indikator jiwa kewirausahaan dilihat dari jumlah pemilik bisnis
Audretsch, Carree, J. Van Stel dan Thurik (2002) Dan Carree, J. Van Stel, Thurik dan Wennekers (2001) menggunakan tingkat kepemilikan bisnis untuk menggambarkan derajat aktivitas kewirausahaan. Pengukuran ini ditetapkan sebagai jumlah pemilik bisnis (dalam semua sektor kecuali pertanian) dibagi oleh total angkatan kerja. Terdapat sejumlah kualifikasi penting yang perlu memperoleh penekanan lebih sewaktu menggunakan dan menginterpretasikan alat ukur ini.
1)      Pertama, ukuran ini menyatukan seluruh jenis aktivitas yang sangat heterogen, lintas suatu spektrum dan konteks yang luas, ke dalam sebuah ukuran tersendiri. Pengukuran ini memperlakukan bahwa seluruh bisnis adalah sama. Lagi pula, semua bisnis diukur secara identik, meskipun secara jelas beberapa memiliki suatu dampak yang lebih besar dibanding yang lainnya.
2)      Kedua, alat ukur ini tidak disusun untuk mengukur besaran atau dampak. Lagipula, seluruh bisnis diukur secara identik, meskipun secara jelas beberapa memiliki suatu dampak besar dibanding yang lainnya.
3)      Ketiga, alat ukur ini disusun untuk mengukur bisnis yang ada dan bukan yang baru memulai. Lagipula, ukuran ini memiliki dua keunggulan, yakni: pertama, alat ukur ini merupakan representasi yang berguna untuk mengukur kewirausahaan (Storey, 1991). Kedua, alat ukur ini dapat dibandingkan lintas negara dan dapat dilakukan setiap saat.[6]
c.       Indikator jiwa kewirausahaan dilihat dari perubahannya
Pengukuran lain tentang kewirausahaan lebih memfokuskan pada perubahan yang sesuai dengan aktivitas inovatif bagi sebuah industri. Pengukuran seperti itu mencakup indikator aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah penemuan yang dipatenkan, serta inovasi produk baru di pasar (Audretsch, 1995). Pengukuran ini memiliki keunggulan yang hanya mencakup perusahaan yang benar-benar menghasilkan perubahan pada tingkat industri, yaitu pada tingkatan di atas sebuah perusahaan (beyond the entrepreneur).
Persoalan yang mungkin timbul dalam mengukur kewirausahaan dengan menggunakan indikator “produk baru” adalah berkenaan dengan persoalan kebaruannya (newness). Kebaruan suatu produk umumnya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu baru menurut produsen, baru menurut konsumen, dan baru menurut keduanya atau baru bagi dunia (new to the world). Konsep kebaruan hasil invensi menurut sudut pandang konsumen ini secara lebih jelas dikemukakan oleh Robertson, dalam Hisrich dan Peters (1978), yang menyatakan bahwa kebaruan suatu produk hasil inovasi dapat diukur oleh sejauhmana perubahan perilaku atau pembelajaran baru diperlukan masyarakat untuk dapat menggunakan produk baru tersebut.
Dengan melandaskan pada gagasan ini maka dapat diklasifikasikan adanya tiga kelompok inovasi, yaitu:
1)      inovasi yang terus menerus (kontinyu) atau inovasi yang menghasilkan perubahan yang paling sedikit dalam pola-pola konsumsi masyarakat konsumen atas suatu produk baru;
2)       inovasi yang terus menerus secara dinamis atau inovasi yang menciptakan beberapa pengaruh terhadap  pola-pola konsumsi  yang ada;
3)      inovasi yang diskontinyu atau inovasi yang mampu menciptakan pola-pola konsumsi baru serta penciptaan produk yang sebelumnya tidak dikenal.[7]
Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebaruan (newness) hasil suatu invensi (penemuan produk baru) dengan jelas dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan pengukuran mengenai konsep kewirausahaan ditinjau dari perspektif ke-inovasiannya.


d.      Indikator jiwa kewirausahaan dilihat dari segi pertumbuhannya
Pengukuran lainnya mengenai aktivitas kewirausahaan, yaitu yang semata-mata memfokuskan pada kriteria pertumbuhan. Perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang tinggi selama waktu yang panjang diklasifikasikan sebagai gazelles. Secara lebih jelas Petersen dan Ahmad (2007) memberikan definisi tentang istilah Gazelles tersebut, adalah sebagai seluruh perusahaan yang berusia di bawah 5 tahun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 20%, selama periode tiga tahun. Pengukuran jumlah gazelles ini dapat mencerminkan kewirausahaan (Birch (1999). Pengukuran kewirausahaan melalui gazelles tersebut perlu memenuhi syarat untuk fokusnya yang sempit tidak saja hanya pada satu unit observasi (perusahaan), tetapi juga pada satu pengukuran perubahan, yaitu pertumbuhan.
Dengan mengikuti acuan hasil penelitian The Global Entrepreneurship Monitor (GEM), Lundstrom dan Stevenson (2001) mendefinisikan dan mengukur kewirausahaan sebagai “sebagian besar masyarakat yang berada pada tahap pra-bisnis, tahap memulai bisnis (start-up business), dan tahap awal bisnis. Definisi ini cenderung ke arah wirausaha yang baru memulai bisnis karena mereka merupakan sasaran dari langkah-langkah kebijakan yang berkenaan dengan kewirausahaan. Suatu keterbatasan yang nyata dari pendekatan ini adalah membatasi aktivitas kewirausahaan pada proses organisasi memulai bisnisnya. Sementara suatu manifestasi perubahan dan inovasi tidak diragukan lagi tercerminkan oleh proses bisnis baru, pada saat yang sama terdapat sejumlah besar perubahan dan inovasi yang disumbangkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dari berbagai ukuran yang memiliki manajemen yang profesional.[8]
Dengan uraian di atas menjadi jelas bahwa walaupun kewirausahaan merupakan suatu aktivitas yang mencakup rentangan yang luas dan heterogen dari organisasi, akan tetapi sebetulnya banyak sekali definisi konvensional, indikator, dan ukuran untuk menggambarkan kewirausahaan sebagai suatu kegiatan yang homogen.
5.      Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausaha
Adapun kelebihan dan kekurangan yang di miliki untuk menjadi seorang wirausaha atau entrepreneurship adalah sebagai berikut:
1.      Kelebihan menjadi wirausaha
a)      Waktu Menjadi Lebih Banyak
Maksudnya adalah dengan Menjadi wirausaha, Anda akan memiliki waktu yang fleksibel, tidak terikat. Berbeda dengan jam kantor yang sudah menetapkan standar jam kerja setiap harinya. Anda juga tak perlu repot-repot lembur di kantor. Tentu saja ini akan menguntungkan Anda dan keluarga. Waktu untuk berkumpul bersama menjadi lebih banyak, dan lebih mudah mengawasi anggota keluarga setiap hari.


b)      Menghasilkan Pendapatan Pribadi
Memiliki usaha sendiri tentu juga akan menghasilkan pendapatan sendiri (Tidak di Gaji Bos).Besar kecilnya penghasilan yang diperoleh adalah cerminan dari suatu proses kerja keras untuk memajukan bisnis yang telah di lakukan pemilik usaha beserta para karyawan. Dengan memilikin penghasilan yang tak terbatas menjadikan suatu peluang yaitu kebebasan financial. Laba yang didapat justru bisa lebih besar dari gaji karyawan kantoran yang sudah ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah.
c)      Membuka Kesempatan Lapangan Kerja Baru.
Anda bisa membuka kesempatan kerja bagi siapa saja. Ketika bisnis mulai bertumbuh pesat, maka semakin banyak lapangan kerja yang dapat anda ciptakan(Pengusahawan) bukan (Pegawai) Selain dapat menjadi bagian dari  usaha yang digeluti, hal ini juga dapat menciptakan peluang kerja untuk orang lain.
d)     Ilmu dan Wawasan Menjadi Bertambah.
Tak hanya rekanan saja yang bertambah, ilmu pengetahuan dan wawasan akan terus berkembang. Misalnya ilmu dan wawasan seputar perkembangan bisnis,ekeonomi dan sosial. Hal ini  juga bisa didapatkan dari  rekanan atau client yang sering kita temui.
e)      Memperluas Rekanan (Networking)
f)       Menjadi pengusaha akan berpeluang untuk bertemu dengan orang banyak. Hal Ini juga bisa membantu untuk menambah rekanan. Semakin banyak rekanan yang akan sangat bermanfaat dalam kemajuan kelangsungan bisnis yang di jalani. Selain itu dari rekanan tersebut akan semakin bertambah apabila service atau produk yang kita berikan kepada mereka sangat memuaskan.
g)      Pekerjaan sesuai minat (Hobby).
Hal inilah yang menjadi nilai tambah apabila memilih menjadi wirausaha.Pekerjaan yang sesuai minta dan kesenangan kita bisa di lakukan. Misal memiliki hobi mendesain baju, dari hobi tersebut apabila di arahkan ke sektor bisnis maka akan kita dapat pekerjaan yang kita lakukan sesuai dengan hobi, Berawal dari hobi kemudian menghasilkan pendapatan yang tak terbatas.
2.      Sedangkan kekuranganya antara lain
a)      Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko.
Jika resiko ini telah  diantisipasi dengan baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut.Memang pada awal mula memulai/merintis bisnis akan di rasakan suatu ketidakpastian hasil yang di peroleh. Namun semua nya bisa di atasi, anda harus bisa menganalisa usaha anda sudah berjalan seperti apa,kemudian akan di dapat factor-faktor yang perlu di perbaiaki, Maka perbaikilah sistem tersebut seiring dengan berjalanya waktu ikutilah proses nya,dari situ banyak hal yang dapat dipelajari sehingga bisa di gunakan untuk meminimalisir resiko usaha yang di jalani kemudian mengubahnya menjadi keuntungan yang harus bisa di capai.
b)      Bekerja keras dan waktu atau jam kerjanya panjang.
Kembali lagi, saat awal mula merintis bisnis, sudah pasti orang memulai usaha butuh mendedikasikan penuh waktunya di usahanya agar usahanya segera ke tahap tumbuh kemudian ingin segera normal. Pada saat itu orang di tuntut untuk membangun sebuah sistem, bangunlah sistem usaha yang sesuai dengan bisnis  yang anda jalankan  dan biarkan sistem  bekerja untuk anda. Di saat sistem telah bekerja dengan baik di situlah anda bisa menikmati waktu bebas yang lebih banyak
c)      Pada saat awal memulai bisnis harus berhemat.
Hal ini sangat penting karena mengingat bisnisnya baru startup, sehingga diperlukan sikap hemat untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. Anda harus cermat mengatur keuangan bisnis anda, jangan terlalu banyak menambah asset konsumtif, akan semakin baik apabila asset produktif yang di perbanyak, sehingga hal tersebut membantu sumber penghasilan bagi usaha anda.
d)     Tanggung jawab dan resiko yang di hadapi sangatlah besar.
Sangat lumrah apabila dikatakan demikian, bagaimana tidak seorang pengusaha di tuntut untuk bisa mengatur semua yang berkaitan dengan bisnis nya, sukses atau jatuhnya sangat bergantung pada pemilik usaha. Kepiawaian business owner menjadikan kunci utama suksesnya usaha yang di jalani.Jangan takut dengan resiko ini, karena hal tersebuat bisa dipelajari sembari proses bisnis berjalan. Hadapi tantangan bisnis yang ada di depan, taklukanlah maka kesuksesan besar akan menunggu anda di depan mata.
e)      Beban pikiran yang berat.
Wajar apabila resiko dan permasalan yang muncul dalam bisnis yang di jalani menjadikan timbulnya beban pikiran yang sangat berat, karena awalnya permasalahan harus di selesaikan sendiri menurut pemikirannya. Dalam hal ini apabila seorang pengusaha merasa tidak mampu menyelesaikan masalahnya maka yang di lakukan adalah harus bisa mengkonsultasikan masalah bisnisnya pada rekan bisnis yang lebih senior atau jasa konsultan bisnis. Agar problem yang di hadapi segera teratasi.[9]
Adapun kelebihan dan kekurangannyaseorang wirausaha selain disebutkan di atasadalah sebagai berikut:
1.      Menjual keahlian
Keahlian kita bisa kita jadikan penghasilan tambahan. Kita bisa mengikuti kursus/pelatihan, bahkan dalam keahlian tertentu (keprofesian), kita  membutuhkan pendidikan tinggi.
1)      Keuntungannya: waktu kita lebih fleksibel.
2)      Keuntungannya: kita bisa menegosiasikan jenis bentuk hubungan bisnis yang terjalin antara pemberi jasa dan pengguna jasa.
3)      Kekurangannya: selain penghasilan tidak tetap baik dari segi jumlah maupun frekuensi.
2.      Membuka usaha sendiri
Membuka usaha sendiri dibedakan dengan menjual barang dan keahlian. Meski awalnya bisa diawali dari menjual barang dan keahlian, namun pada titik tertentu usaha sendiri bisa menghasilkan karyawan sehingga kita tidak perlu bekerja langsung melainkan melalui upaya karyawan. Sedangkan, sebatas menjual barang dan keahlian dibutuhkan kehadiran total secara fisik. Tidak ada, berarti tidak berjualan, berarti tidak mendapatkan penghasilan. Misalnya membuka warung atau menjadi pelatih. 
1)      Keuntungannya: leluasa mewujudkan ide-ide kita.
2)      Keuntungannya: kita tahu titik kekuatan dan kelemahan kita.
3)      Kekurangannya: Ada waktu, tenaga dan uang yang harus dikorbankan jika sistem yang anda bangun gagal.
3.      Investasi bagi hasil
Alternatif ini biasanya dilakukan bukan pada tingkat pemula. Alternatif ini adalah upaya untuk menginvestasikan uang yang dimiliki untuk membeli sejumlah bagian dari perusahaan tertentu (saham). Kita akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan persentase besaran investasi kita dari keuntungan.
1)      Keuntungannya: tidak membutuhkan aktivitas fisik yang banyak.
2)      Kekurangannya: beberapa diantara usahanya membutuhkan dana yang besar untuk berinvestasi sedangkan tidak semua orang memilikinya.
4.      Investasi Pendapatan Tetap
Dalam usaha ini, yang membedakan adalah investasinya tidak berdasarkan bagi hasil melainkan pendapatan tetap. Misalnya bunga deposito bank.
1)      Keuntungannya: tidak membutuhkan aktivitas fisik yang banyak.
2)      Kekurangannya: dana yang dibutuhkan sangat besar untuk mendapatkan pendapatan yang diinginkan.
3)      Kekurangannya: dipengaruhi dengan nilai mata uang yang seringkali menurun.
6.      Peranan Koperasi Dalam Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan
Wirausaha koperasi adalah orang yang mempunyai kemampuan dan kemauan dalam inovasi atau mendapatkan strategi bagi koperasi. Kewira koperasian adalah suatu sikap mental positif dalam usaha koperasi dengan cara inovatif dan kreatif serta keberanian mengambil resiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi. Dari definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan yaitu:
1.      Kewirausahan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara komperatif. ini berarti kewirakopersian harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi koperasi.
2.      Tugas utama kewirakoperasian adalah mengambil prakasa inovatif artinya berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama.
3.      Wirakop harus mempunyai keberanian mengambil resiko karena dunia penuh dengan kepastian. Oleh karna itu dalam menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil resiko.
4.      Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
5.      Tujuan utama setiap wirakop adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteran bersama.[10]

Dari uraian di atas sudah di jelaskan tentang keterkaitan koperasi sebagai sarana pembangunan pendapatan nasional, dimana menjadi seorang anggota koperasi harus juga memiliki jiwa seorang enterpreneur untuk mengembangkan koperasi dan meningkatkan jiwa wirausaha orang-orang yang terlibat di dalam koperasi itu sendiri.




[1]Seminar jiwa kewirausahaan bagi pengurus koperasi.htm, diambil tanggal 02 oktober 2014, pukul  02.35 WITA.
[2]Nilasari Irma Dan Wiludjeng Sri, Pengantar Bisnis,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 51-54.
[3]Murpi Solehudin S.T Dan Tantyo Dea Iskandar,Manajemen Bisnis Untuk Orang Awam, (Jakarta:Laskar Aksara. 2011), h.19.
 [4]    Jbptunikompp-gdl-teperiasih-29026-8-unikom_t-2.pdf, diambil pada pukul 02.45 13 September 2014.
[5]   Ibid., hal,14.
[6]  Indikator dan Ukuran Kewirausahaan _ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran - Official Website.htm, diambil tanggal 13 Oktober 2014, pukul 02.17 WITA.

[7] Ibid.,
[8]   Indikator dan Ukuran Kewirausahaan _ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran - Official Website.htm, diambil tanggal 13 Oktober 2014, pukul 02.17 WITA.
[9]  wirausaha”,www.nicothemarketer.com, diambil tanggal 03 Desember 2013, pukul 20.17 WITA.
[10]  Www.Scribid.Com/Doc/30007808/Kewirakoperasian, di ambil tanggal 03 Desember 2013, pukul 20.23 WITA.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer