1. Karakteristik kewirausahaan
Dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Prof. Iman S Sukardi, ia menemukan ada sembilan karakteristik
tingkah laku kewirausahaan yang paling sering ditemukan dalam
penelitian-penelitian terhadap wirausaha berhasil diseluruh dunia. Karakter tersebut antara lain:
a.
Sifat Instrumental
Dia
dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam
lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
b.
Sifat Prestatif
Dia
dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan
dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
c.
Sifat Keluwesan Bergaul
Dia
selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan
antar manusia. Dia aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari
kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan
sehari-hari.
a.
Sifat Kerja Keras
Dia
selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan
nyata untuk mencapai tujuan.
b.
Sifat Keyakinan Diri
Dia
selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan
berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi
dengan optimisme untuk berhasil.
c. Sifat
Pengambilan Resiko
Dia
selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya
khususnya untuk mencapai keinginannya. Dia akan melangkah bila kemungkinan
untuk gagal tidak terlalu besar.
d. Sifat
Swa Kendali
Dia
dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan
pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka
setiap kegiatannya menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
e. Sifat
Inovatif
Dia
selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara baru yang
lebih bermanfaat. Dia terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Dia tidak terpaku pada
masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau
memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan
kinerja. Dia cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil
pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk
selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
f. Sifat
Kemandirian
Dia
selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan
dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dia mementingkan otonomi
dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam
mencapat tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara
kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan
suatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia dapat saja bekerja dalam
kelompok selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.[1]
2.
Sikap-Sikap
yang harus dimiliki seorang wirausaha
Setiap wirausaha harus menunjukkan
sikap-sikap yang positif untuk mendukung pencapaian tujuannya. Beberapa sikap
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Sikap
terhadap karir
Para wirausaha harus memiliki
kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat di gunakan untuk mengembangkan
karirnya.
2. Sikap
mental seorang wirausaha
Para wirausaha memiliki pandangan
hidup yang sehat mereka merupakan individu-individu yang matang yang mampu
mengembangkan suatu cara untuk menilai pengalaman-pengalaman secara sehat sikap
mental yang tepat terhadap pekerjaan sangatlah penting.
3. Sikap
kepemimpinan
Wirausaha yang berhasil merupakan
pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus
karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang
lebih baik. Sifat-sifat kepemimpinan harus di kembangkan sendiri karena
sifat-sifat ini berbeda poada setiap orang. Semakin berkualitas seorang
wirausaha sebagai seorang npemimpin, semakin besarlah ketergantungannya pada
staf untuk mendukung dan memikul tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka.
4. Sikap
mengambil resiko
Para wirausaha merupakan
pengambil resiko yang sudah di perhitungkan, mereka bergairah menghadapi
tantangan. Wirausaha menghindari suatu resiko rendah karena tidak ada
tantangan-tantangannya dan menjauhi suatu resiko tinggi karena ingi berhasil.
5. Sikap
mengambil keputusan
Seorang wirausaha harus kreatif
terutama dalam mengambil keputusan. Wirausaha harus punya kepercayaan diri yang
teguh dan yakin bahwa mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat. Kemampuan
membuat keputusan inilah yang membedakan seorang wirausaha dari orang yang
lain.
6. Sikap
untuk kepercayaan bisnis
Pada umumnya, dalam bisnis
terdapat kegiatan perencanaan. Yaitu kegiatan-kegiatan kewirausahaan yang
mencakup tugas-tugas seperti mengadakan kontak dengan para bankir, akuntan,
pengacara, dan orang-orang lain yang membantu dalam aspek-aspek finansial dan hukum
dari bisnis.
7. Sikap
menggunakan waktu secara efektif
Waktu adalah sesuatu yang tidak
dapat di tabung, artinya sebagai wirausaha perlu menggunakan waktu secara
efektif melalui manajemen yang lebih baik. Kreatifitas pemecahan masalah dan
pencarian peluang itu merupakan ciri khas para wirausaha.
8. Sikap
menilai peluang pasar
Bila wirausaha tidak dapat
memanfaatkan peluang pasar, maka mereka akan mengalami kegagalan dalam
memasarkan produknya. Para wirausaha selalu membutuhkan informasi dan
pengetahuan tentang pasar. Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi permintaan
pelanggan atau konsumen.[2]
Seorang wirausaha juga dapat dilihat berdasarkan
ciri-ciri yang melekat padanya. Widjajanto menjelaskan ciri-ciri yang melekat
tersebut sebagai berikut:
a) Berfikir
teliti, inovatif dan kreatif
b) Berani
mengambil resiko dan percaya diri
c) Berorientasi
masa depan
d) Mengutamakan
prestasi, tahan uji, tekun, dan tidak mudah menyerah
e) Jujur,
bertanggung jawab, dan teguh pendirian
f) Memiliki
etos kerja tinggi dan tangguh menghadapi persaingan
g) Membiasakan
diri bersikap positif dan selalu bersemangat dalam setiap pekerjaan
h) Mensyukuri
diri, waktu dan lingkungan
i)
Selalu berusaha untuk meningkatkan keunggulan
dan citra perusahaan
j)
Selalu berupaya mencapai dan
menghasilkan karya yang lebih baik untuk pelanggan, pemilik, pemasok, tenaga
kerja, masyarakat bangsa dan negara.[3]
Dari sifat-sifat khusus yang dimiliki
seorang wirausaha, biasanya yang ditonjolkan adalah sifat wirausaha untuk
bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya, dan berani mengambil
resiko untuk mewujudkan gagasannya. Dari segi kemampuannya, sering kali dikatakan
bahwa seorang wirausaha mampu dan peka melihat peluang bisnis.
3. Jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan adalah mendorong
suksesnya seseorang terutama pada era globalisasi dan informasi, karena
kriteria yang dibutuhkan oleh pasar adalah lulusan perguruan tinggi yang
memiliki jiwa kewirausahaan. krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja
tidak tumbuh bahkan berkurang karena gulung tikar.
Hal demikian menuntut para lulusan
perguruan tinggi tidak hanya mampu berperan
sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta
lapangan pekerjaan, pengusaha memiliki banyak kesamaan dengan sifat karakter
pemimpin dan sering kali dikontraskan dengan manajer dan administrator yang
lebih methodichal dan kurang
mengambil resiko. Kemampuan seorang pengusaha memiliki kepribadian untuk menanggung
resiko, mengambil inisiatif, menciptakan visi, dan mengarahkan orang lain untuk
mengikuti arahan tidak mudah dipelajari ataupun mendapatkannya untuk
mendapatkan kemampuan-kemampuan tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa
kewirausahaan yohanes rante (2011:135) menyebutkan untuk mendapatkan kemampuan
tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa kewirausahaan yang diantaranya:
a. Kemauan
b. Disiplin
c. Kerja
keras
d. Jujur
e. Tekun
f. Ulet.[4]
4. Indikator jiwa kewirausahaan
a. Indikator
jiwa kewirausahaan menurut Yohanes Rante
Dari hasil penelitian terdahulu hasil
penelitian dari Yohanes Rante (2011:135)
menyebutkan indikator jiwa kewirausahaan adalah sebagai berikut:
1) Kemauan/daya
juang
Diartikan sebagai pemahaman yang timbul
dari hati atau keinginan yang berasal pada diri sendiri
2) Disiplin
Diartikan
sebagai pemahaman yang berasal dari pribadi seorang utuk mencapai kesepakatan
dan tujuan
3) Kerja
keras
Diartikan sebagai pemahaman yang berasal
dari masing-masing individu untuk mencapai target yang diinginkan
4) Jujur
Diartikan
sebagai pemahaman yang datangnya dari hati masing-masing individu untuk maksud
dan tujuan yang lebih baik
5) Tekun
Diartikan
sebagai dorongan yang timbul dari diri masing-masing individu
6) Ulet
Diartikan
sebagai dorongan yang berasal dari hati dan diri masing-masing individu.[5]
b. Indikator
jiwa kewirausahaan dilihat dari jumlah pemilik bisnis
Audretsch,
Carree, J. Van Stel dan Thurik (2002) Dan Carree, J. Van Stel, Thurik dan
Wennekers (2001) menggunakan tingkat kepemilikan bisnis untuk menggambarkan
derajat aktivitas kewirausahaan. Pengukuran ini ditetapkan sebagai jumlah
pemilik bisnis (dalam semua sektor kecuali pertanian) dibagi oleh total
angkatan kerja. Terdapat sejumlah kualifikasi penting yang perlu memperoleh penekanan
lebih sewaktu menggunakan dan menginterpretasikan alat ukur ini.
1) Pertama,
ukuran ini menyatukan seluruh jenis aktivitas yang sangat heterogen, lintas suatu
spektrum dan konteks yang luas, ke dalam sebuah ukuran tersendiri. Pengukuran
ini memperlakukan bahwa seluruh bisnis adalah sama. Lagi pula, semua bisnis
diukur secara identik, meskipun secara jelas beberapa memiliki suatu dampak
yang lebih besar dibanding yang lainnya.
2) Kedua,
alat ukur ini tidak disusun untuk mengukur besaran atau dampak. Lagipula,
seluruh bisnis diukur secara identik, meskipun secara jelas beberapa memiliki
suatu dampak besar dibanding yang lainnya.
3) Ketiga,
alat ukur ini disusun untuk mengukur bisnis yang ada dan bukan yang baru
memulai. Lagipula, ukuran ini memiliki dua keunggulan, yakni: pertama, alat
ukur ini merupakan representasi yang berguna untuk mengukur kewirausahaan
(Storey, 1991). Kedua, alat ukur ini dapat dibandingkan lintas negara dan dapat
dilakukan setiap saat.[6]
c. Indikator
jiwa kewirausahaan dilihat dari perubahannya
Pengukuran
lain tentang kewirausahaan lebih memfokuskan pada perubahan yang sesuai dengan
aktivitas inovatif bagi sebuah industri. Pengukuran seperti itu mencakup
indikator aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah penemuan yang
dipatenkan, serta inovasi produk baru di pasar (Audretsch, 1995). Pengukuran
ini memiliki keunggulan yang hanya mencakup perusahaan yang benar-benar
menghasilkan perubahan pada tingkat industri, yaitu pada tingkatan di atas
sebuah perusahaan (beyond the
entrepreneur).
Persoalan yang mungkin timbul dalam
mengukur kewirausahaan dengan menggunakan indikator “produk baru” adalah
berkenaan dengan persoalan kebaruannya (newness).
Kebaruan suatu produk umumnya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu
baru menurut produsen, baru menurut konsumen, dan baru menurut keduanya atau
baru bagi dunia (new to the world). Konsep
kebaruan hasil invensi menurut sudut pandang konsumen ini secara lebih jelas
dikemukakan oleh Robertson, dalam Hisrich dan Peters (1978), yang menyatakan
bahwa kebaruan suatu produk hasil inovasi dapat diukur oleh sejauhmana
perubahan perilaku atau pembelajaran baru diperlukan masyarakat untuk dapat
menggunakan produk baru tersebut.
Dengan
melandaskan pada gagasan ini maka dapat diklasifikasikan adanya tiga kelompok
inovasi, yaitu:
1)
inovasi yang terus menerus (kontinyu) atau inovasi yang
menghasilkan perubahan yang paling sedikit dalam pola-pola konsumsi masyarakat
konsumen atas suatu produk baru;
2)
inovasi yang terus
menerus secara dinamis atau inovasi yang menciptakan beberapa pengaruh
terhadap pola-pola konsumsi yang ada;
3)
inovasi yang diskontinyu atau inovasi yang mampu menciptakan
pola-pola konsumsi baru serta penciptaan produk yang sebelumnya tidak dikenal.[7]
Dengan demikian, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kebaruan (newness) hasil suatu invensi (penemuan produk baru)
dengan jelas dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan pengukuran
mengenai konsep kewirausahaan ditinjau dari perspektif ke-inovasiannya.
d. Indikator
jiwa kewirausahaan dilihat dari segi pertumbuhannya
Pengukuran
lainnya mengenai aktivitas kewirausahaan, yaitu yang semata-mata memfokuskan
pada kriteria pertumbuhan. Perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang tinggi
selama waktu yang panjang diklasifikasikan sebagai gazelles. Secara lebih jelas Petersen dan Ahmad (2007) memberikan
definisi tentang istilah Gazelles tersebut,
adalah sebagai seluruh perusahaan yang berusia di bawah 5 tahun dengan
rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 20%, selama periode tiga tahun.
Pengukuran jumlah gazelles ini dapat mencerminkan kewirausahaan (Birch (1999). Pengukuran
kewirausahaan melalui gazelles tersebut perlu memenuhi syarat untuk fokusnya
yang sempit tidak saja hanya pada satu unit observasi (perusahaan), tetapi juga
pada satu pengukuran perubahan, yaitu pertumbuhan.
Dengan
mengikuti acuan hasil penelitian The
Global Entrepreneurship Monitor (GEM), Lundstrom dan Stevenson (2001)
mendefinisikan dan mengukur kewirausahaan sebagai “sebagian besar masyarakat
yang berada pada tahap pra-bisnis, tahap memulai bisnis (start-up business),
dan tahap awal bisnis. Definisi ini cenderung ke arah wirausaha yang baru
memulai bisnis karena mereka merupakan sasaran dari langkah-langkah kebijakan
yang berkenaan dengan kewirausahaan. Suatu keterbatasan yang nyata dari
pendekatan ini adalah membatasi aktivitas kewirausahaan pada proses organisasi
memulai bisnisnya. Sementara suatu manifestasi perubahan dan inovasi tidak
diragukan lagi tercerminkan oleh proses bisnis baru, pada saat yang sama
terdapat sejumlah besar perubahan dan inovasi yang disumbangkan oleh
perusahaan-perusahaan yang ada dari berbagai ukuran yang memiliki manajemen
yang profesional.[8]
Dengan uraian di atas menjadi jelas
bahwa walaupun kewirausahaan merupakan suatu aktivitas yang mencakup rentangan
yang luas dan heterogen dari organisasi, akan tetapi sebetulnya banyak sekali
definisi konvensional, indikator, dan ukuran untuk menggambarkan kewirausahaan
sebagai suatu kegiatan yang homogen.
5.
Kelebihan
dan kekurangan
menjadi wirausaha
Adapun kelebihan dan
kekurangan yang di miliki untuk menjadi seorang wirausaha atau entrepreneurship
adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
menjadi wirausaha
a)
Waktu Menjadi Lebih Banyak
Maksudnya
adalah dengan Menjadi wirausaha, Anda akan memiliki waktu yang fleksibel, tidak
terikat. Berbeda dengan jam kantor yang sudah menetapkan standar jam kerja
setiap harinya. Anda juga tak perlu repot-repot lembur di kantor. Tentu saja
ini akan menguntungkan Anda dan keluarga. Waktu untuk berkumpul bersama menjadi
lebih banyak, dan lebih mudah mengawasi anggota keluarga setiap hari.
b)
Menghasilkan Pendapatan Pribadi
Memiliki usaha
sendiri tentu juga akan menghasilkan pendapatan sendiri (Tidak di Gaji Bos).Besar
kecilnya penghasilan yang diperoleh adalah cerminan dari suatu proses kerja
keras untuk memajukan bisnis yang telah di lakukan pemilik usaha beserta para
karyawan. Dengan memilikin penghasilan yang tak terbatas menjadikan suatu
peluang yaitu kebebasan financial. Laba yang didapat justru bisa lebih besar
dari gaji karyawan kantoran yang sudah ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah.
c)
Membuka Kesempatan Lapangan
Kerja Baru.
Anda bisa membuka kesempatan kerja
bagi siapa saja. Ketika bisnis mulai bertumbuh pesat, maka semakin banyak
lapangan kerja yang dapat anda ciptakan(Pengusahawan) bukan (Pegawai) Selain
dapat menjadi bagian dari usaha yang digeluti, hal ini juga dapat
menciptakan peluang kerja untuk orang lain.
d)
Ilmu dan Wawasan Menjadi
Bertambah.
Tak hanya
rekanan saja yang bertambah, ilmu pengetahuan dan wawasan akan terus
berkembang. Misalnya ilmu dan wawasan seputar perkembangan bisnis,ekeonomi dan
sosial. Hal ini juga bisa didapatkan dari rekanan atau client yang
sering kita temui.
e)
Memperluas Rekanan
(Networking)
f)
Menjadi pengusaha akan berpeluang untuk bertemu dengan
orang banyak. Hal Ini juga bisa membantu untuk menambah rekanan. Semakin banyak
rekanan yang akan sangat bermanfaat dalam kemajuan kelangsungan bisnis yang di
jalani. Selain itu dari rekanan tersebut akan semakin bertambah apabila service
atau produk yang kita
berikan kepada mereka sangat memuaskan.
g)
Pekerjaan sesuai minat
(Hobby).
Hal inilah
yang menjadi nilai tambah apabila memilih menjadi wirausaha.Pekerjaan yang
sesuai minta dan kesenangan kita bisa di lakukan. Misal memiliki hobi mendesain
baju, dari hobi tersebut apabila di arahkan ke sektor bisnis maka akan kita
dapat pekerjaan yang kita lakukan sesuai dengan hobi, Berawal dari hobi
kemudian menghasilkan pendapatan yang tak terbatas.
2. Sedangkan kekuranganya antara lain
a)
Memperoleh pendapatan yang
tidak pasti, dan memikul berbagai resiko.
Jika resiko ini telah diantisipasi dengan baik, maka berarti wirausaha
telah menggeser resiko tersebut.Memang pada awal mula memulai/merintis bisnis akan di
rasakan suatu ketidakpastian hasil yang di peroleh. Namun semua nya bisa di
atasi, anda harus bisa menganalisa usaha anda sudah berjalan seperti
apa,kemudian akan di dapat factor-faktor yang perlu di perbaiaki, Maka
perbaikilah sistem tersebut seiring dengan berjalanya waktu ikutilah proses
nya,dari situ banyak hal yang dapat dipelajari sehingga bisa di gunakan untuk
meminimalisir resiko usaha yang di jalani kemudian mengubahnya menjadi
keuntungan yang harus bisa di capai.
b)
Bekerja keras dan waktu atau jam kerjanya panjang.
Kembali
lagi, saat awal mula merintis bisnis, sudah pasti orang memulai usaha butuh
mendedikasikan penuh waktunya di usahanya agar usahanya segera ke tahap tumbuh
kemudian ingin segera normal. Pada saat itu orang di tuntut untuk membangun
sebuah sistem, bangunlah sistem usaha yang sesuai dengan bisnis yang anda
jalankan dan biarkan sistem bekerja untuk anda. Di saat sistem telah
bekerja dengan baik di situlah anda bisa menikmati waktu bebas yang lebih
banyak
c)
Pada saat awal memulai
bisnis harus berhemat.
Hal ini
sangat penting karena mengingat bisnisnya baru startup, sehingga diperlukan
sikap hemat untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. Anda harus cermat mengatur
keuangan bisnis anda, jangan terlalu banyak menambah asset konsumtif, akan
semakin baik apabila asset produktif yang di perbanyak, sehingga hal tersebut
membantu sumber penghasilan bagi usaha anda.
d)
Tanggung jawab dan resiko
yang di hadapi sangatlah besar.
Sangat
lumrah apabila dikatakan demikian, bagaimana tidak seorang pengusaha di tuntut
untuk bisa mengatur semua yang berkaitan dengan bisnis nya, sukses atau jatuhnya
sangat bergantung pada pemilik usaha. Kepiawaian business owner menjadikan
kunci utama suksesnya usaha yang di jalani.Jangan takut dengan resiko ini,
karena hal tersebuat bisa dipelajari sembari proses bisnis berjalan. Hadapi
tantangan bisnis yang ada di depan, taklukanlah maka kesuksesan besar akan
menunggu anda di depan mata.
e)
Beban pikiran yang berat.
Wajar apabila resiko dan permasalan yang muncul dalam bisnis yang di jalani
menjadikan timbulnya beban pikiran yang sangat berat, karena awalnya
permasalahan harus di selesaikan sendiri menurut pemikirannya. Dalam hal ini apabila
seorang pengusaha merasa tidak mampu menyelesaikan masalahnya maka yang di
lakukan adalah harus bisa mengkonsultasikan masalah bisnisnya pada rekan bisnis
yang lebih senior atau jasa konsultan bisnis. Agar problem yang di hadapi
segera teratasi.[9]
Adapun kelebihan dan kekurangannyaseorang wirausaha selain disebutkan di atasadalah sebagai
berikut:
1.
Menjual keahlian
Keahlian kita bisa kita jadikan
penghasilan tambahan. Kita bisa mengikuti kursus/pelatihan, bahkan dalam
keahlian tertentu (keprofesian), kita
membutuhkan pendidikan tinggi.
1)
Keuntungannya: waktu
kita lebih fleksibel.
2)
Keuntungannya: kita
bisa menegosiasikan jenis bentuk hubungan bisnis yang terjalin antara pemberi
jasa dan pengguna jasa.
3)
Kekurangannya: selain
penghasilan tidak tetap baik dari segi jumlah maupun frekuensi.
2.
Membuka usaha sendiri
Membuka usaha sendiri dibedakan dengan
menjual barang dan keahlian. Meski awalnya bisa diawali dari menjual barang dan
keahlian, namun pada titik tertentu usaha sendiri bisa menghasilkan karyawan
sehingga kita tidak perlu bekerja langsung melainkan melalui upaya karyawan.
Sedangkan, sebatas menjual barang dan keahlian dibutuhkan kehadiran total
secara fisik. Tidak ada, berarti tidak berjualan, berarti tidak mendapatkan
penghasilan. Misalnya membuka warung atau menjadi pelatih.
1)
Keuntungannya: leluasa
mewujudkan ide-ide kita.
2)
Keuntungannya: kita
tahu titik kekuatan dan kelemahan kita.
3)
Kekurangannya: Ada
waktu, tenaga dan uang yang harus dikorbankan jika sistem yang anda bangun
gagal.
3.
Investasi bagi hasil
Alternatif ini biasanya dilakukan bukan
pada tingkat pemula. Alternatif ini adalah upaya untuk menginvestasikan uang
yang dimiliki untuk membeli sejumlah bagian dari perusahaan tertentu (saham).
Kita akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan persentase besaran investasi kita
dari keuntungan.
1)
Keuntungannya: tidak
membutuhkan aktivitas fisik yang banyak.
2)
Kekurangannya: beberapa
diantara usahanya membutuhkan dana yang besar untuk berinvestasi sedangkan
tidak semua orang memilikinya.
4.
Investasi Pendapatan
Tetap
Dalam usaha ini, yang membedakan adalah
investasinya tidak berdasarkan bagi hasil melainkan pendapatan tetap. Misalnya
bunga deposito bank.
1)
Keuntungannya: tidak membutuhkan
aktivitas fisik yang banyak.
2)
Kekurangannya: dana yang
dibutuhkan sangat besar untuk mendapatkan pendapatan yang diinginkan.
3)
Kekurangannya: dipengaruhi
dengan nilai mata uang yang seringkali menurun.
6.
Peranan
Koperasi Dalam Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan
Wirausaha
koperasi adalah orang yang mempunyai kemampuan dan kemauan dalam inovasi atau
mendapatkan strategi bagi koperasi. Kewira koperasian adalah suatu sikap mental
positif dalam usaha koperasi dengan cara inovatif dan kreatif serta keberanian
mengambil resiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi. Dari
definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan yaitu:
1.
Kewirausahan koperasi merupakan sikap mental positif
dalam berusaha secara komperatif. ini berarti kewirakopersian harus mempunyai
keinginan untuk memajukan organisasi koperasi.
2.
Tugas utama kewirakoperasian adalah mengambil prakasa
inovatif artinya berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada
demi kepentingan bersama.
3.
Wirakop harus mempunyai keberanian mengambil resiko
karena dunia penuh dengan kepastian. Oleh karna itu dalam menghadapi situasi
semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil
resiko.
4.
Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip
identitas koperasi yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai
pelanggan.
5.
Tujuan utama setiap wirakop adalah memenuhi kebutuhan
nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteran bersama.[10]
Dari uraian di atas sudah di jelaskan tentang
keterkaitan koperasi sebagai sarana pembangunan pendapatan nasional, dimana
menjadi seorang anggota koperasi harus juga memiliki jiwa seorang enterpreneur
untuk mengembangkan koperasi dan meningkatkan jiwa wirausaha orang-orang yang
terlibat di dalam koperasi itu sendiri.
[1]Seminar jiwa kewirausahaan bagi pengurus koperasi.htm, diambil tanggal 02 oktober 2014, pukul 02.35 WITA.
[3]Murpi Solehudin S.T Dan
Tantyo Dea Iskandar,Manajemen Bisnis Untuk
Orang Awam, (Jakarta:Laskar Aksara. 2011), h.19.
[6] Indikator dan Ukuran
Kewirausahaan _ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran - Official
Website.htm,
diambil tanggal 13 Oktober 2014, pukul 02.17 WITA.
[8] Indikator dan Ukuran Kewirausahaan _
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran - Official Website.htm,
diambil tanggal 13 Oktober 2014, pukul 02.17 WITA.
[10] Www.Scribid.Com/Doc/30007808/Kewirakoperasian, di ambil tanggal 03 Desember 2013, pukul 20.23 WITA.
No comments:
Post a Comment