A.
Kalimat Thayyibah
1.
Pengertian Kalimat Thayyibah
Kalimat Thayyibah
secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam, Kalimat thayyibah adalah
setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Serta mengandung aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan
dari perbuatan munkar[1]
a.
Laa haula
walaa quwwata illaa billaah
Kalimat zikir ini
merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasaannya Allah ini
diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayyibah
ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata
mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal
kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang terjadi
nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (QS 7:159).
B.
Asma’ul Husna Al-Qawiyyu, Al-Hakim,
Al-Musawwir, Al-Qadir
1.
Al-Qawiyyu (Allah Yang Maha Kuat)
Sungguh
luar biasa jika mendapat kekuatan dari Alloh SWT, baik kekuatan jasmani dan
rohani. Dengan mendapatkan kekuatan jasmani Kita tidak mudah terserang
penyakit, dan mampu menjalankan aktifitas Kita sehari – hari denganpenuh
semangat. Dengan kekuatan Rohani, Kita mempunyai keteguhan dan kekutan iman
untuk menjalankan aktifitas ibadah Kita kepada Alloh SWT. Sungguh nikmatnya
orang yang mendapatkan kekuatan dari Alloh SWt, karena Kita dapat menjalankan
ibadah dan aktifitas pekerjaan sehari – hari dengan kondisi sehat dan bugar.
2.
Al-Hakim (Allah Yang Maha Bijaksana)
Jika
kita perhatikan bentuk-bentuk yang ada pada makhluk-Nya, kita semua akan tahu
bahwa semua makhluk itu diciptakan Allah SWT dengan pola yang sama. Misalnya,
manusia kedua mata diletakkan di wajah, hidung diletakkan di antara kedua mata,
dua tangan di kanan dan kiri, dan sebagainya.
Bijaksana adalah dimana sikap seseorang yang dalam
mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Sikap dimana tidak tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan serta mengetahui mana yang baik dan yang buruk.
Seperti contoh seorang hakim dalam mengambil keputusan, dia harus tau mana yang
benar dan mana yang salah dan tanpa ragu-ragu dalam menjatuhkan sansi.
Hal
ini membuktikan bahwa Allah SWT Al-Hakiim (Yang Maha-bijaksana). Allah SWT
berfirman sebagai berikut yang artunya:
Dan Dialah Tuhan (Yang
Maha Bijaksana) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi, dan Dialah Yang
Mahabijaksana, Maha Mengetahui.[2]
3.
Al-Jabbar (Agung)
Salah satu Al-Asma`ul Husna adalah Al-Jabbar (الْجَبَّارُ). Makna Al
Jabbar sebagaimana diriwayatkan dari tafsir Ibnu ‘Abbas c. Beliau mengatakan
bahwa makna Al-Jabbar adalah Yang Maha Agung, dan sifat Jabarut artinya sifat
keagungan. Demikian dinukilkan oleh Al-Qurthubi t dalam tafsirnya Dia-lah Allah
Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari
apa yang mereka persekutukan. (QS Al Hasyr 59: 23)
Adapun makna Al-Jabbar secara ringkas seperti yang disampaikan
oleh Asy-Syaikh As-Sa’di yaitu : “Yang Maha Tinggi dan Tertinggi, juga bermakna
Yang Memaksa, dan bermakna Ar-Ra`uf Yang kasih sayang, Yang memperbaiki kalbu
yang redam, memperbaiki yang lemah dan tidak mampu,
serta yang berlindung kepada-Nya.” (Tafsir As-Sa’di hal. 946) Ibnu Jarir t
mengatakan: “Yang memperbaiki urusan makhluk-Nya, Yang mengatur mereka dengan
sesuatu yang maslahat bagi mereka.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir, 4/367)
Salah
satunya bahwa Dialah yang memperbaiki kelemahan hamba-hamba-Nya yang lemah, dan
Yang memperbaiki kalbu yang merasa redam di hadapan-Nya, yang tunduk di hadapan
kebesaran-Nya dan keagungan-Nya. Betapa banyak kalbu yang redam lalu Allah
perbaiki, yang fakir lalu Allah berikan kecukupan, yang hina lalu Allah
muliakan, yang kesusahan lalu Allah hilangkan kesusahannya, yang kesulitan lalu
Allah berikan kemudahan. Dan betapa banyak orang yang terkena musibah lalu
Allah perbaiki dengan memberinya taufiq untuk kokoh dan sabar, dan Allah ganti
karena musibahnya dengan pahala yang besar. Maka hakikat makna Jabr adalah
memperbaiki keadaan hamba dengan melepaskannya dari kesulitan, serta
menghilangkan darinya kesusahan. Makna (kedua) bahwa Dia Yang Maha memaksa,
yang segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya, yang semua makhluk tunduk
kepada keagungan-Nya dan keperkasaan-Nya. Maka Dia memaksa hamba-hamba-Nya
kepada apa yang Dia kehendaki berupa sesuatu yang sesuai dengan tuntutan
hikmah-Nya dan kehendak-Nya. Maka mereka tidak dapat lepas darinya.
Makna
yang ketiga bahwa Dia yang Maha Tinggi dengan Dzat-Nya di atas seluruh
makhluk-Nya, sehingga tidak seorangpun mendekat kepada-Nya. Al-’Allamah
As-Sa’di t menyebutkan makna yang keempat, yaitu bahwa Dia yang Maha Besar
tersucikan dari segala kekurangan dan keserupaan dengan siapapun, serta
tersucikan dari sesuatu yang menyerupai-Nya, baik dalam kekhususan-kekhususan-Nya
maupun hak-hak-Nya. (Syarh Nuniyyah, 2/103-104)
Al Jabbar secara lughoh bisa bermakna ketinggian, keagungan, atau istiqamah. Sedang al jabbar bila dinisbatkan kepada Allah bisa bermakna “ketinggian atau keagungan sifat yang tidak dapat dijangkau oleh siapapun”. Ada juga yang memaknai al jabbar sebagai yang maha tinggi yang memaksa semua yang rendah untuk tunduk patuh kepada-Nya. Dari sini kemudian muncul makna baru dari al jabbar yakni Yang Maha Pemaksa, Yang Kehendaknya Tidak Diingkari, atau Yang Maha Perkasa.
Al Jabbar secara lughoh bisa bermakna ketinggian, keagungan, atau istiqamah. Sedang al jabbar bila dinisbatkan kepada Allah bisa bermakna “ketinggian atau keagungan sifat yang tidak dapat dijangkau oleh siapapun”. Ada juga yang memaknai al jabbar sebagai yang maha tinggi yang memaksa semua yang rendah untuk tunduk patuh kepada-Nya. Dari sini kemudian muncul makna baru dari al jabbar yakni Yang Maha Pemaksa, Yang Kehendaknya Tidak Diingkari, atau Yang Maha Perkasa.
4.
Al-Musawwir
(Allah Yang Maha Memberi Bentuk)
Alloh
SWT menciptakan makhluk Nya dengan sebagus – bagusnya bentuk.Terlebih manusia
yang diciptakan dengan kondisi paling sempurna dibandingkan Mkhluk lainnnya
ciptaaa Nya. Bahkan Malaikatpun kalah sempurna dibanding Manusia, yaitu manusia
memiliki Aqal ( pikiran ). Proses pembentukan manusia baik pembentukan fisik
maupun karakter ( sifat ) sudah dimulai dari rahim ibu selama dalam kandungan.
Pembentukan fisik meliputi ; tangan, kaki, wajah, tubuh, kaki, dan rambut,
serta organ tubuh tubuh lainnya. Pembentukan sifat ini pun juga akan terbentuk
selama dalam kandungan ibu. Nah jika Sang Ibu selama mengandung suka marah -
marah, memaki, selingkuh, mencuri, dan lain –lain, maka sang anak pun kemungkinan
akan mengikuti jejak Sang Ibu. Dianjurkan ketika Sang Ibu selamamengandung
sebaiknya melakukan hal – hal yang positif, supaya Sang janin mengikuti jejejak
Orang tuanya yang selalu mengikuti kebaikan yang sudah diajarkan oleh kedua
orang tuanya selama dalam kandungan.
Dengan memanggil asma Nya Yaa Mushowwiru, diharapkan nanti anak yang bakal
lahir diharpkan menjadi anak yang tampan, gagah, pintar, berbakti kepada
keluarga / bangsa dan negara / agama, sempurna lahir dan bathin, baik akhlaqnya
( budi pekerti atau tingkah lakunya ) jika ia laki – laki. Dan jika Alloh SWT
menghendaki ia terlahir sebagai perempuan, maka ia akan menjadi bayi yang
cantik, cerdas, berbakti kepada keluarga / bangsa dan negara / agama, sempurna
lahir dan bathin, baik akhlaqnya ( budi pekerti atau tingkah lakunya ).
Segala
sesuatu ini ada dan terjadi berdasarkan kehendak Nya. Membuat matahari terbit
dari timur dan tenggelam di barat, menentukan nasib orang apakah ia jadi orang
kaya atau orang miskin adalah kehendak Nya (bukan manusia lainnya),
menyembuhkan segala penyakit yang divonis tidak sembuh dokter, menentukan
apakah ia mempunyai keturunan atau tidak, menentukan umur manusia, menciptakan
makhluq Nya dan manusia berpasang – pasang (ada laki-laki dan perempuan),
menentukan jodoh, menentukan kesuksesan usaha atau justru malah bangkrut,
menentukan nasib seseorang apakah ia diterima menjadi PNS ( Pegawai Negeri
Sipil ), murunkan musibah / benca alam ( seperti ; banjir, tanah longsor,
tsunami, gempa bumi, dan lain sebagainya ), dan lain – lain.
Kekuasaan
yang diberikan kepada Kita saat ini adalah sebuah amanat dari Alloh SWT.
Misalnya Kita mendapatkan kekuasaan menjadi presiden, wakil presiden, menteri,
wakil rakyat / anggota DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat ), Gubernur Bank Indonesia
( BI ), Ketua MA ( Mahkamah Agung ), Ketua MK ( MK ) Mahkamah Konstitusi
(dokter, guru, kepala sekolah, Ketua RT, Ketua RW, kepala keluarga, bupati,
gubernur, ketua kelas, ketua osis, ketua organisasi, ketua partai, pimpinan
perusahaan, dan lain – lain. Kekuasaan yang Kita dapatkan ini adalah merupakan
amanat kekuasaan yang diberikan oleh Alloh SWT kepada Kita, yang harus Kita
jalankan dengan sebaik – baiknya, penuh rasa tanggungjawab, dan tidak memihak
kepada kepentingan pribadi, golongan atau kelompok tertentu.
Alloh
SWT berhak mengambil kekuasaan yang telah diberikan Nya kepada Kita, kalau Kita
tidak menjalankannya dengan baik, dengan berbagai cara semua dapat terjadi
dengan ijin Nya. Dengan kekuasaan yang Alloh miliki segala kekuasan yang telah
Kita peroleh bisa hilang, dengan berbagai cara, dalam kondisi apa pun, kapan
pun dan di mana pun juga.
Oleh
Karena itu kalau Kita ingin melanggengkan segala kekuasaan yang Kita miliki
Kita harus menjalankan kekuasaan tersebut dengan sebaik – baik nya penuh
amanat, dan rasa tangungjawab.
Alloh
lah Yang Maha Kuasa atas segala – segala Nya. Dengan memanggil Asma Nya, Kita
mendapatkan kekuasaan baik dimata diri sendiri, keluarga, orang tua, teman,
masyarakat, dan orang lain. Serta diberi hidayah serta kekuatan untuk menjalankan
kekuasan tersebut dengan penuh rasa tanggungjawab.
No comments:
Post a Comment