Saturday 21 January 2017

KALIMAT THOYYIBAH MATERI BELAJAR DI MADRASAH IBTIDAIYAH

   A.    Kalimat Thayyibah
1.      Pengertian Kalimat Thayyibah 
Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam, Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung  aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar[1]
a.       Laa haula walaa quwwata illaa billaah
Kalimat zikir ini merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasaannya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (QS 7:159).
   B.     Asma’ul Husna Al-Qawiyyu, Al-Hakim, Al-Musawwir, Al-Qadir
1.         Al-Qawiyyu (Allah Yang Maha Kuat)
Sungguh luar biasa jika mendapat kekuatan dari Alloh SWT, baik kekuatan jasmani dan rohani. Dengan mendapatkan kekuatan jasmani Kita tidak mudah terserang penyakit, dan mampu menjalankan aktifitas Kita sehari – hari denganpenuh semangat. Dengan kekuatan Rohani, Kita mempunyai keteguhan dan kekutan iman untuk menjalankan aktifitas ibadah Kita kepada Alloh SWT. Sungguh nikmatnya orang yang mendapatkan kekuatan dari Alloh SWt, karena Kita dapat menjalankan ibadah dan aktifitas pekerjaan sehari – hari dengan kondisi sehat dan bugar.
2.         Al-Hakim (Allah Yang Maha Bijaksana)
Jika kita perhatikan bentuk-bentuk yang ada pada makhluk-Nya, kita semua akan tahu bahwa semua makhluk itu diciptakan Allah SWT dengan pola yang sama. Misalnya, manusia kedua mata diletakkan di wajah, hidung diletakkan di antara kedua mata, dua tangan di kanan dan kiri, dan sebagainya.
Bijaksana adalah dimana sikap seseorang yang dalam mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Sikap dimana tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan serta mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Seperti contoh seorang hakim dalam mengambil keputusan, dia harus tau mana yang benar dan mana yang salah dan tanpa ragu-ragu dalam menjatuhkan sansi.
Hal ini membuktikan bahwa Allah SWT Al-Hakiim (Yang Maha-bijaksana). Allah SWT berfirman sebagai berikut yang artunya:
Dan Dialah Tuhan (Yang Maha Bijaksana) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi, dan Dialah Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui.[2]
3.         Al-Jabbar (Agung)
Salah satu Al-Asma`ul Husna adalah Al-Jabbar (الْجَبَّارُ). Makna Al Jabbar sebagaimana diriwayatkan dari tafsir Ibnu ‘Abbas c. Beliau mengatakan bahwa makna Al-Jabbar adalah Yang Maha Agung, dan sifat Jabarut artinya sifat keagungan. Demikian dinukilkan oleh Al-Qurthubi t dalam tafsirnya Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS Al Hasyr 59: 23)
Adapun makna Al-Jabbar secara ringkas seperti yang disampaikan oleh Asy-Syaikh As-Sa’di yaitu : “Yang Maha Tinggi dan Tertinggi, juga bermakna Yang Memaksa, dan bermakna Ar-Ra`uf Yang kasih sayang, Yang memperbaiki kalbu yang redam, memperbaiki yang lemah dan tidak mampu, serta yang berlindung kepada-Nya.” (Tafsir As-Sa’di hal. 946) Ibnu Jarir t mengatakan: “Yang memperbaiki urusan makhluk-Nya, Yang mengatur mereka dengan sesuatu yang maslahat bagi mereka.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir, 4/367)
Salah satunya bahwa Dialah yang memperbaiki kelemahan hamba-hamba-Nya yang lemah, dan Yang memperbaiki kalbu yang merasa redam di hadapan-Nya, yang tunduk di hadapan kebesaran-Nya dan keagungan-Nya. Betapa banyak kalbu yang redam lalu Allah perbaiki, yang fakir lalu Allah berikan kecukupan, yang hina lalu Allah muliakan, yang kesusahan lalu Allah hilangkan kesusahannya, yang kesulitan lalu Allah berikan kemudahan. Dan betapa banyak orang yang terkena musibah lalu Allah perbaiki dengan memberinya taufiq untuk kokoh dan sabar, dan Allah ganti karena musibahnya dengan pahala yang besar. Maka hakikat makna Jabr adalah memperbaiki keadaan hamba dengan melepaskannya dari kesulitan, serta menghilangkan darinya kesusahan. Makna (kedua) bahwa Dia Yang Maha memaksa, yang segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya, yang semua makhluk tunduk kepada keagungan-Nya dan keperkasaan-Nya. Maka Dia memaksa hamba-hamba-Nya kepada apa yang Dia kehendaki berupa sesuatu yang sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya dan kehendak-Nya. Maka mereka tidak dapat lepas darinya.

Makna yang ketiga bahwa Dia yang Maha Tinggi dengan Dzat-Nya di atas seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak seorangpun mendekat kepada-Nya. Al-’Allamah As-Sa’di t menyebutkan makna yang keempat, yaitu bahwa Dia yang Maha Besar tersucikan dari segala kekurangan dan keserupaan dengan siapapun, serta tersucikan dari sesuatu yang menyerupai-Nya, baik dalam kekhususan-kekhususan-Nya maupun hak-hak-Nya. (Syarh Nuniyyah, 2/103-104)
Al Jabbar secara lughoh bisa bermakna ketinggian, keagungan, atau istiqamah.  Sedang al jabbar bila dinisbatkan kepada Allah bisa bermakna “ketinggian atau keagungan sifat yang tidak dapat dijangkau oleh siapapun”. Ada juga yang memaknai al jabbar sebagai yang maha tinggi yang memaksa semua yang rendah untuk tunduk patuh kepada-Nya. Dari sini kemudian muncul makna baru dari al jabbar yakni Yang Maha Pemaksa, Yang Kehendaknya Tidak Diingkari, atau Yang Maha Perkasa.
4.         Al-Musawwir (Allah Yang Maha Memberi Bentuk)
Alloh SWT menciptakan makhluk Nya dengan sebagus – bagusnya bentuk.Terlebih manusia yang diciptakan dengan kondisi paling sempurna dibandingkan Mkhluk lainnnya ciptaaa Nya. Bahkan Malaikatpun kalah sempurna dibanding Manusia, yaitu manusia memiliki Aqal ( pikiran ). Proses pembentukan manusia baik pembentukan fisik maupun karakter ( sifat ) sudah dimulai dari rahim ibu selama dalam kandungan. Pembentukan fisik meliputi ; tangan, kaki, wajah, tubuh, kaki, dan rambut, serta organ tubuh tubuh lainnya. Pembentukan sifat ini pun juga akan terbentuk selama dalam kandungan ibu. Nah jika Sang Ibu selama mengandung suka marah - marah, memaki, selingkuh, mencuri, dan lain –lain, maka sang anak pun kemungkinan akan mengikuti jejak Sang Ibu. Dianjurkan ketika Sang Ibu selamamengandung sebaiknya melakukan hal – hal yang positif, supaya Sang janin mengikuti jejejak Orang tuanya yang selalu mengikuti kebaikan yang sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya selama dalam kandungan.
               Dengan memanggil asma Nya Yaa Mushowwiru, diharapkan nanti anak yang bakal lahir diharpkan menjadi anak yang tampan, gagah, pintar, berbakti kepada keluarga / bangsa dan negara / agama, sempurna lahir dan bathin, baik akhlaqnya ( budi pekerti atau tingkah lakunya ) jika ia laki – laki. Dan jika Alloh SWT menghendaki ia terlahir sebagai perempuan, maka ia akan menjadi bayi yang cantik, cerdas, berbakti kepada keluarga / bangsa dan negara / agama, sempurna lahir dan bathin, baik akhlaqnya ( budi pekerti atau tingkah lakunya ).
5.         Al Qadir (Allah Yang Maha Kuasa)
Segala sesuatu ini ada dan terjadi berdasarkan kehendak Nya. Membuat matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, menentukan nasib orang apakah ia jadi orang kaya atau orang miskin adalah kehendak Nya (bukan manusia lainnya), menyembuhkan segala penyakit yang divonis tidak sembuh dokter, menentukan apakah ia mempunyai keturunan atau tidak, menentukan umur manusia, menciptakan makhluq Nya dan manusia berpasang – pasang (ada laki-laki dan perempuan), menentukan jodoh, menentukan kesuksesan usaha atau justru malah bangkrut, menentukan nasib seseorang apakah ia diterima menjadi PNS ( Pegawai Negeri Sipil ), murunkan musibah / benca alam ( seperti ; banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, dan lain sebagainya ), dan lain – lain.
Kekuasaan yang diberikan kepada Kita saat ini adalah sebuah amanat dari Alloh SWT. Misalnya Kita mendapatkan kekuasaan menjadi presiden, wakil presiden, menteri, wakil rakyat / anggota DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat ), Gubernur Bank Indonesia ( BI ), Ketua MA ( Mahkamah Agung ), Ketua MK ( MK ) Mahkamah Konstitusi (dokter, guru, kepala sekolah, Ketua RT, Ketua RW, kepala keluarga, bupati, gubernur, ketua kelas, ketua osis, ketua organisasi, ketua partai, pimpinan perusahaan, dan lain – lain. Kekuasaan yang Kita dapatkan ini adalah merupakan amanat kekuasaan yang diberikan oleh Alloh SWT kepada Kita, yang harus Kita jalankan dengan sebaik – baiknya, penuh rasa tanggungjawab, dan tidak memihak kepada kepentingan pribadi, golongan atau kelompok tertentu.
Alloh SWT berhak mengambil kekuasaan yang telah diberikan Nya kepada Kita, kalau Kita tidak menjalankannya dengan baik, dengan berbagai cara semua dapat terjadi dengan ijin Nya. Dengan kekuasaan yang Alloh miliki segala kekuasan yang telah Kita peroleh bisa hilang, dengan berbagai cara, dalam kondisi apa pun, kapan pun dan di mana pun juga.
Oleh Karena itu kalau Kita ingin melanggengkan segala kekuasaan yang Kita miliki Kita harus menjalankan kekuasaan tersebut dengan sebaik – baik nya penuh amanat, dan rasa tangungjawab.
Alloh lah Yang Maha Kuasa atas segala – segala Nya. Dengan memanggil Asma Nya, Kita mendapatkan kekuasaan baik dimata diri sendiri, keluarga, orang tua, teman, masyarakat, dan orang lain. Serta diberi hidayah serta kekuatan untuk menjalankan kekuasan tersebut dengan penuh rasa tanggungjawab.





[1] (Tafsir Depag V/182-183 dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur'an oleh Dr. M. Hasan Al-Hamsy hal.258 ).
 [2] (QS. Az Zukhruf ayat 84)

No comments:

Post a Comment

Entri Populer