Tuesday, 6 February 2018

CONTOH PROSES KEGIATAN PENEMUAN MASALAH


PROSES KEGIATAN
1.    PENEMUAN MASALAH
a.   Proses Penemuan Masalah
Penemuan masalah merupakan hal yang paling awal dilakukan sebelum kita menawarkan sebuah solusi atau cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah suatu keadaan atau masalah yang terdapat pada daerah tempat kita melaksanakan Kuliah Kerja Partisipatif (KKP). Tawaran dari pemecahan masalah-masalah yang ada ini haruslah bersifat partisipatif dan tidak bersifat menggurui. Sebelum melakukan identifikasi dan menawarkan suatu solusi maka hal pertama yang wajib dilakukan adalah survey atau observasi keadaan real dari desa Pengembur dari segala segi kehidupan antara lain dari segi ekonomi, budaya, agama, sosial dan politik. Dalam proses survey dan observasi untuk mengidentifikasi masalah akan kita akan mendapatkan infrmasi yang jelas dengam melakukan interview kepada masyarakat sekitar yang kita jumpai.  Setelah melakukan survey dan observasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan identifikasi masalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan  yang ada untuk dijadikan bahan kajian dan arahan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) di lapangan. Proses survey dan observasi dilaksanakan selama seminggu sebelum kita memulai mengidentifikasi masalah yang ada.

Setelah proses survey, observasi, identifikasi dan Interview dilaksanakan kemudian dilakukan mapping atau pemetaan wilayah secara umum untuk mengetahui bagaimana kedaaan sebenarnya  desa Pengembur, setelah itu baru kita mendiskusikan bersama proses pencarian solusi dari masalah yang sudah kami dapatkan bersama seluruh anggota Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) dan untuk dijadikan penawaran pemecahan masalah pada masyarakat desa Pengembur. Terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa untuk menemukan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan menentukan sumber masalah serta menentukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu :
1)   Mapping.
Kegiatan ini bertujuan mengetahui dan  menguasai wilayah kerja Kuliah Kerja Partisipatif (KKP), selain itu melalui kegiatan ini juga dilakukan berbagai wawancara langsung dengan masyarakat desa Pengembur untuk mendapatkan informasi kegiatan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa Pengembur.
2)   Kunjungan ke Kantor Desa.
Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat mengenai gambaran jelas dari desa Pengembur maka perlu kiranya kita mengunjungi Kantor desa setempat guna mendapatkan informasi- informasi yang kita butuhkan, diantaranya mengenai:
-       Program yang telah dan sedang berjalan di desa, program yang di rancang desa, dan masalah yang dihadapi desa.
-       Mencari data keadaan kependudukan dan sarana umum meliputi: Jumlah Penduduk, Sumber Penghasilan, Tingkat Pendidikan , Pekerjaan, Peta Wilayah, Keadaan Sarana dan Prasarana Umum, Siklus Musim, dan sabagainya yang berkaitan dengan keadaan penduduk desa Pengembur.
-       Mengenal struktur pemerintahan, lembaga kemasyarakatan yang ada di desa serta mengenal tokoh yang berperan dalam lembaga tersebut untuk dimintai keterangan tentang permasalahan yang sudah dan sedang dihadapi masyarakat desa Pengembur.
3)   Pendekatan Pemuda.
Dukungan dari pemuda adalah hal yang mendasari dan menjadi pondasi semua kegiatan, Pendekatan kepada pemuda adalah suatu hal yang mutlak untuk mendapatkan dukungan yang maksimal. Untuk mewujudkan ini, mahasiswa KKP mencari tahu tempat berkumpulnya para pemuda dan mengunjunginya untuk menjalin silaturrahmi dan kemudian mengundang mereka untuk hadir diposko guna berdiskusi mengenai program kerja sekaligus mencari inzformasi mengenai masyarakat desa khusunya mengenai pemuda dan remaja.
4)   Pendekatan Masyarakat.
Pendekatan terhadap masyarakat juga sangatlah penting untuk mengetahui keadaan masyarakat setempat, potensi, kendala, masalah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan imformasi data yang lebih luas dan akurat, maka para Mahasiswa Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) melakukan pendekatan ke tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat sekitar dengan melakukan kunjungan silaturrahmi sekaligus sebagai ajang sosialisasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat sekitar.
5)   Pendekatan Dunia Anak-Anak.
Salah satu yang menjadi perhatian yang paling utama adalah bagaimana potensi generasi penerus yang ada pada desa tersebut itu dapat dilihat dari kebiasaan anak-anak diwaktu kecilnya, Anak-anak adalah bagian masyarakat yang tidak diabaikan keberadaannya dan seringkali masalah yang berkembang dalam masyarakat bersumber dari masalah anak-anak atau masalah ketika kecil menjadi sumber masalah ketika dewasanya yang secara langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat. Untuk itu, untuk mencari keberadaan kegiatan anak-anak, Mahasiswa Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) mengunjungi TPQ-TPA, MI, MTs dan SMA yang tersebar di desa Pengembur. Selanjutnya, melalui kunjungan tersebut mahasiswa dapat melakukan wawancara langsung dengan anak-anak, guru ngaji, dan remaja mesjid yang terdapat di sekitarnya untuk mendapatkan gambaran umum dan detail mengenai masalah yang dihadapi oleh anak-anak desa.
6)   Pendekatan Dunia Pendidikan.
Lembaga pendidikan di desa Pengembur terdiri dari PAUD, TK, SD/MI, MTs, MA lembaga pendidikan pondok pesantren. Dengan demikian kelompok Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) melakukan sosialisasi untuk memperoleh sumber data yang dapat dijadikan panduan pengambilan kesimpulan masalah dan solusi di desa Pengembur, maka mahasiswa melakukan pendekatan ke dunia pendidikan dengan mengunjungi lembaga pendidikan yang terdapat di desa Pengembur sekaligus sebagai wahana silaturrahmi dan sosiolisasi dengan tokoh-tokoh pendidik desa Pengembur.

b.   Partisipasi Masyarakat.
Secara umum masyarakat desa Pengembur antusias terhadap keberadaan mahasiswa di tengah-tengah mereka, hal ini nampak dengan keramahan dan sopan santun yang mereka tunjukkan ketika mahasiswa melaksanakan tugas lapangan. Terlebih lagi desa Pengembur sudah sering kedatangan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa mereka, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini biasanya datang dari beberapa Universitas diantaranya UNRAM, IAIN Mataram, KAMARUL HUDA Bagu dan IKIP Mataram. Jadi setiap program yang sifatnya menyentuh masyarakat desa Pengembur kami selalu mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat desa Pengembur.
Setelah kunjungan Mahasiswa ke Lembaga pendidikan, kami diminta untuk membantu pada beberapa mata pelajaran yang pengajarnya tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan.
Berikut merupakan beberapa bukti respon positif masyarakat terhadap keberadaan Mahasiswa di desa Pengembur, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)   Penempatan posko Kuiah Kerja Partisipatif (KKP) yang bisa dikatakan sangat baik dan lengkap sesuai dengan kebutuhan mahasiswa (Ruang tidur, Dapur, Kamar Mandi, Ruang Kerja, dan Pertemuan, Instalasi Listrik, Laptop dan banyak lagi keperluan dalam melaksankan program kerja maupun kegiatan sehari-hari).
2)   Posko Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) semenjak hari pertama keberadaannya di lokasi, sering kali dikunjungan anak-anak, pemuda - pemudi, atau masyarakat sekitar.
3)   Mahasiswa sering mendapatkan bantuan berupa bahan makanan mentah dan jadi untuk digunakan berbuka maupun makan sehari-hari.
4)   Hampir seluruh kegiatan dan program Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) dilaksanakan dalam bentuk kerja sama Mahasiswa dengan elemen pemuda - pemudi Desa Pengembur yang tergabung dalam Remaja Masjid Jami’ Al-Ikhlas, Masjid Qoryatul Muhtadin Tamping, Masjid Darussalam Saung dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.
5)   Tidak adanya gangguan dari masyarakat terhadap pelaksanaan program Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) baik yang bersifat fisikal maupun moral.
6)   Hampir setiap malam Mahasiswa berdiskusi dengan pemuda sekitar desa Pengembur.
Seluruh program yang dirancang mahasiswa bekerja sama dengan remaja berjalan dengan sukses dan lancar.

c.    Hasil Identifikasi.
1)   Bidang Kemasyarakatan dan Politik.
-       Masyarakat masih mengkotak – kotakkan diri.
Kehidupan bermasyarakat di desa Pengembur masih bisa dikatakan belum bersatu, hal ini dapat jelas terlihat dari berbagai wawancara dan observasi yang telah kami lakukan. Contohnya dapat dilihat dalam kegiatan pemilihan Kepala Desa. Menurut berbagai sumber, dalam pelakanaan pemilihan Kepala Desa masih sering terjadi gejolak – gejolak   yang dapat menimbulkan perpecahan di dalam kehidupan bermasyarakat. Perpecahan juga terjadi karena masih adanya feodalisme, dimana masih adanya orang yang merasa mempunyai darah biru (bangsawan) dan selalu merasa lebih baik dari masyarakat kebanyakan. Hal ini juga sering membuat permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat.
-       Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.
Masyarakat kebannyakan pada desa Pengembur bisa dikatakan masih kurang memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan. Apabila dilihat dari segi lingkungan tempat tinggal, masyarakat selalu menjaga kebersihannya. Tetapi apabila ditinjau dari kebersihan sungai masyarakat masih kurang memperhatikannya. Hal ini terlihat dari seringnya masyarakat desa yang membuang sampah pada sungai. Padahal bisa dikatakan bahwa sungai merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat desa Pengembur, dimana sungai digunakan untuk banyak kepentingan warga desa. Contohnya adalah untuk mengairi sawah dikala kemarau panjang melanda, mencuci dan mandi warga masyarakat.
-       Masih seringnya pernikanhan usia dini.
Ini merupakan salah satu momok yang paling dikhawatirkan bahkan oleh Kepala Desa. Hal ini pada akhirnya selalu membuat masalah dikarenakan pemikiran dari pasangan yang menikah ini masih belum matang dalam berfikir, sehingga pada akhirnya membuat usia pernikahannya hanya sementara. Hal ini juga pernah terjadi pada saat kami masih aktif dalam menjalankan kegiatan Kuliah Kerrja partisipatif (KKP) di desa Pengembur.
-       Seringnya terjadi perselisihan antar warga.
Perselisihan yang lumrah terjadi di desa pengembur berawal dan didasari oleh karakter warga yang keras, dan dari hasil analisis yang kami dapatkan perselisihan itu terjadi karena adanya warga yang terkotak-kotak dalam berbagai aspek seperti: perbedaan keturunan, perbedaan ormas keagamaan, perbedaan pemikira, dan kelompok-kelompok yang lainnya. Biasanya ini terjadi karena masalah yang sepele. Cotohnya warga bisa berselisih hanya karena masalah beras 1 kg, dan beda pendapat dalam hal kecil. Perselisihan ini dikarenakan kurangnya rasa saling menghargai pendapat dan toleransi diantara diantara warga masyarakat.
2)   Bidang Pendidikan.
Dapat dilihat dari segi pendidikan bahwa desa Pengembur merupakan daerah yang memiliki banyak sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah swasta lebih diminati di daerah pengembur, hal ini dikarenakan selain diberikan biaya sekolah yang gratis di sekolah swasta yang bernaung di bawah yayasan ini sangat banyak di daerah pengembur. Sekolah–sekolah swasta ini kebanyakan merupakan gagasan dari Kepala Desa Pengembur dan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Tetapi yang menjadi kebanyakan permasalahan disini adalah sarana buku pelajaran dan guru yang sesuai dengan jurusan yang di ajarkan sangat kurang. Kebanyakan buku pelajaran yang digunakan adalah buku pelajaran yang lama. Sedangkan dari segi guru yang mengajar biasanya tidak sesuai dengan disiplin ilmu guru tersebut itu dikarnakan oleh tingkat nepotisme warga sangat tinggi, dan program desa untuk mengurangi pengangguran pada warganya. Jadi ketua yayasan tidak banyak memilih untuk guru-gurunya. Namun terkait kualitas terjamin.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer