Friday 13 January 2017

KEMAMPUAN GURU EKONOMI DALAM MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF

1.    Kemampuan Guru (kompetensi Guru)
a.      Pengertian Kemampun Guru
Ada beberapa pendapat tentang kemampuan atau kompetensi yang harus ada pada diri guru, yakni:
1.    Menurut Surya menyatakan bahwa:
a.    Kompetensi intelektual adalah berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menujang berbagai asfek kinerja sebagai guru.
b.    Kompetensi pribadi adalah Perangkat prilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengujudkan dirinya sebagai preibadi yang mandsiri yang melaksanakan taranspormasi diri, identitas diri dan pemahaman diri.
c.    Kompetensi fisik perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menujang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai stuasi.
d.   Kompetensi sosial adalah perangakat prilaku adalah perangkat prilaku tertentu yang pengalamannya kaidah-kaidah keagamaan[5]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kemampuan atau kompetensi guru berarti pengetahuan yang dapat menujang asfek kenerja sebagai guru untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru serta prilaku yang baik. Karena setiap guru mempuyai tanggung jawab  untuk membawa para muridnya menuju suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu dalam hal ini guru tiak semata- mata sebagai pengajar yang hanya berfungsi sebagai transfer of knowlage, tetapi juga sebagai pendidik yang berperan sebagai transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
2.    Menurut Udin Syefudin  Sa’ad terdapat minimal tiga istilah kemampuan guru (kompetensi guru) yakni:
a.    Kemampuan merupakan bagian dari manusia, kemampuan untuk bekerja.
b.    Kemampuan kembali kepada seseorang yang memiliki kemampuan, kekuatan, kekuasaan, keterampilan, ilmu pengetahuan untuk melakukan apa yang diinginkan.
c.    Kemampuan merupakan penampilan yang bersifat rasional yang menggabungkan kepuasan dan tujuan untuk mengusai keadaan.[6]
Definisi pertama menujukkan bahwa kompetensi itu pada dasarnya menujukkan fesian pada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, sedangkan definisi kedua merupakan suatu sifat (krakteristik), Kemahiran (keterampilan), pengetahuan, difinisi ketiga menyatakan bahwa kompetensi itu menujukkan kepada tindakan (persyaratan) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara daya memuaskan berdasarkan kondisi (persaratan) yang diharapkan. Tampa ini semua proses belajar mengajar tidak akan dapat berlangsung seperti yang diinginkan. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki guru agar tugasnya sebagai guru terlaksanakan dengan baik.
Beranjak dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru merupakan suatu hal yang meliputi kemampuan dalam melaksanakan kewajiban, bertanggung jawab dan layak tidaknya dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran karena kompetensi merupakan kemampuan dan kenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruan.
a.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Guru
Guru merupakan faktor yang paling berperan dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pengelola kelas dalam usaha dalam usaha meningkatkan dalam proses belajar dan hasil belajar hal ini di sebabkan bahwa kemampuan guru itu berbeda-beda berdasarkan beberapa  faktor diantaranya.
1.         Latar belakang
Latar belakang pendidikan seorang guru tidak sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki selama jangka waktu tertentu, perbedaan latar belakang pendidikan ini dilator belakangi oleh jenis dan jenjang dalam penelitian. Menurut Djamarah mengtakan bahwa “seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain  kemampuannya bila dibandingkan dengan seorang guru yang latar belakang pendidikannyabukan dari keguruan”.[7]
Menurut UUSPN No. 20 2003 dalam Djamarah “tentang sistim pendidikan pasal 12 bahwa jenjang pendidikan yang tingkat jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, menenggah dan pendidikan tinggi”.[8]  Kontitusi tersebut adalah bersifat umum dan memerlukan penjelasan. Untuk itu jenjang pendsidikan yang berada dibawah wewenang depertemen pendidikan dan kebudayaan adalah dimulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan yang berada dibawah wewenang depertemen agama adalah dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Snawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi Agama.
Jadi latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan intraksi belajar mengajar. Guru alumni Tarbuyah atau pendidikan akan berbeda cara mengajarnya dengan guru lulusan non tarbiyah, sebab guru lulusan tarbiyah memiliki sejumlah pengalaman teoritis dibidang keguruan, sedangkan guru alumi non tarbiyah tidak pernah mendapatkan pengalaman dibidang keguruan.
Dari uraian diatas dapat dipahami, bahwa latar belakang pendidikan seorang guru akan mempengaruhi kompetensinya dalam proses belajar mengajar.
2.         Pengalaman Mengajar
Djmarah Mengatakan bahwa “kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan kemampuan guru yang kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran”. Pengalaman mengajar bagi seorang guru adalah suatu hal yang berharga. Untuk itu, guru sangat memerlukannya. Pengalaman teoritis tidak selamanya menjamin keberhasilan seorang guru bila tidak ada pengalaman mengajar dan seni. Mengajar bukan ilmu teknologi dan seni, tetapi ia sebagai suatu keterampilan.
Guru petama kali mengajar di depan kelas biasanya menunjukkan sikap yang agak kaku dan terkladang gerogi untuk mengeluarkan kata-kata yang tepat untuk memulai pembicaraan., Keadaan ini akan mendatangkan terauma pada dirinya keluar keringat yang akan membasuhi sekujur tubuhnya karena kurang biasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas. Hal ini kurang menguntungkan karena bisa jadi bahan yang telah dikuasai hilang dari ingatan danb akhirnya sujkar mengusai keradaan kelas.
Guru yang mengajar bidang studi IPS Ekonomi misalnya mengalami kesulitan mengelola kelas bila tidak ditopong dengan pengalaman berhadapan dengan siswa di depan kelas. Pemilihan dan penggunaan metode Terkadang kurang tepat disebabkan emosi yang belum stabil ketika berhadapan dengan siswa yang mempuyainkrakteristik berbeda yang satu dengan yang lainnya. Meski seorang guru yang berlatar belakang pendidikan ilmu keguruan Jurusan IPS ekonomi dengan baik bila pelajaran tidak dikuasai dan dipersiapkan guru dengan baik sebelum mengajar di depan kelas.
Dari uraian di atas, Maka jelas bahwa peranan guru terhadap kegiatan belajar mengajar, karena guru sebagai penyelenggara dan sebagai perencana pengajarankan mampu merencabnakan kegiatan belajar secara efektif. Peran tersebut terkait dengan para siswa dalam belajar. Dalam hal ini peran guru tergolong sangat berpengaruh dan untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip nmengajar sebagai dasar dalam mencang kegiatan belajar mengajar sehingga dapat tercipta lingkungan belajar yang kondusif.
2.    Lingkungan  belajar yang kondusif
a.    Pengertian Lingkungan Belajar Yang Kondusif
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari).  Pengertian lainnya yaitu: sekalian yang terlingkung di suatu daerah.[9]” Sementara itu menurut mulyasa menjelaskan bahwa lingkungan adalah ruang dan dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan peserta didik baik ruang yang sengaja dibuat untuk kepentingan pembelajaran, seperti ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium, ataupun ruang yang tidak dinanti untuk keperluan pembelajaran namun bias dimanfaatan, seperi museum, kebun binatang, candi dan tempat-tempat sejenis lainnya.[10]” Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan / atau pengaruh tertentu kepada individu[11]
Dari beberapa pengertian tentang lingkungan di atas maka dapat di simpulkan, bahwa lingkungan dapat berupa sebagai alat dan sumber belajar para siswa yang dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran, untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan alam yang ada khususnya di dalam kelas dan lingkungan disekitar sekolah.
Menurut Sardiman Dalam Proses belajar mengajar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung efektif dan efesien serta kondusif.[12] Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan  tergantung pada bagaimana proses atau suasana belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. 
Belajar terjadi dalam intraksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dalam menghadapi  beberapa peristiwa.  Menurut Zainal belajar adalah berkat mengalami baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media), dengan kata lain, belajar terjadi dalam intraksi dengan lingkungannya (lingkungan fisik dan lingkungan sosial). Namun tidak semua kondisi lingkungan menjamin adanya proses belajar, orangnya harus aktif sendiri melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaan.
Slameto mengemukakan pengertian secara psikologis “Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari intraksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.[13] Perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku . Sedangkan menurut Hamalik belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan merupakan suatu pengusaan hasil latihan, melainkan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bawa belajar adalah suatu aktifitas yang secara sadar dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dari individu. Belajar pada prinsipnya sama, yakni menuju perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha mencapainya.
Proses intraksi belajar  mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan dan suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru dan siswa adalah dua unsur yang terlibat langsung dalam proses  belajar , peranan guru diperlukan untuk menciptakan interaksi belajar yang kondusif
Menurut Alwi  “kondusif”  artinya memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung artinya terjadinya timbal balik atau intraksi antara sisiwa dengan guru atau antara pelajar dengan pelajar.[14] Sedangkan menurut Mahmuddin kondusif  adalah kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran.[15] Proses pembelajaran merupakan intraksi anak didik dengan lingkungannya, sehinga pada diri anak didik terjadi proses informasi menjadi pengetahuan dan sikap sebagai hasil dari proses pembelajaran. 
Dalam membimbing dan menciptakan suasana belajar yang kondusif,  guru tidak dapat mengabaikan faktor dan komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar mengajar termasuk keadaan siswa, alat-alat peraga atau media, metode dan sumber belajar lainnya. Tercapainya hasil yang optimal sangat tergantung oleh kegiatan siswa atau anak didik itu sendiri. Dengan kata lain terciptanya tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran itu  sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa  dalam belajar. 
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik apabila proses tersebut membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut Sardjiman bahwa masalah yang menentukan adalah bukan metode atau prosedur, bukan kolot atau modernnya pelajaran, bukan pula konvinsional atau progresifnya pengajaran.[16] Semua itu memang penting tetapi tidak merupakan pertimbangan akhir  karena hanya berkaitan dengan alat, bukan tujuan pengajaran.  Memang syarat utama dari ukuran keberhasilan pengajaran adalah hasilnya tetapi tanpa proses hasil tidak akan tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan belajar kondusif  adalah  lingkungan   yang interaktif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya. Suasana belajar yang kondusif akan tercapai apabila siswa tekun melaksanakan tugas yang semestinya dikerjakan, serta tetap aktif  berintraksi dengan guru dan sesama siswa sehingga mereka bebas mengerjakan segala hal untuk mencapai tujuan belajarnya
b.    Ciri-ciri lingkungan belajar yang kondusif
Adapun cirri-ciri lingkungan belajar yang kondusif adalah 1). Tata ruang kelas yang lebih lapang. 2). Kebersihan kelas dan sarana prasana kelas memadai. 3). Cara mengajar guru yang lebih mengacu pada kurikulum.[17]
1.    Tata ruang kelas yang lebih lapang.
       Menurut Abdul Majid Kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas ruang belajar sabagai berikut.
a.    Penataan dianggap baik apabila menunjang efektifitas proses pembelajaran yang salah satu petujuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif seperti pada saat proses belajar siswa aktif  bertanya dalam diskusi dan saling menghormati pendapat temannya,  dan guru dapat mengelola kelas dengan baik.
b.    Penataan tersebut bersifat fleksibel (luwas) sehingga perubahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat kegiaatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada  waktu itu.
c.    Penaataan ruang dan fasilitas yang ada dikelas harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa belajar sehingga mereka merasa senang belajar. Guru  berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa belajar dengan senang atau tidak.  Jumlah siswa dalam kelas yang tidak melebihi standar kelas (+- 30 siswa).[18]
2.     Kebersihan kelas dan sarana prasana kelas yang memadai.
Pemeliharaan kebersihan kelas dapat dilakukan dengan cara membagi tugas antara guru dengan siswa misalnya tugas siswa, siswa bergeliran untuk membersihkan kelas sedangkan tugas guru, guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di kelas. Sarana belajar mengajar yang cukup nyaman seperti: pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pembelajaran, pengaturan keindahan dan kebersihan kelas.[19]
a.    Pengaturan tempat duduk
Dalam proses belajar, tempat duduk sangat mempengaruhi siswa dalam belajar, oleh kerena itu guru harus mampu menata tempat duduk seperti formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pembelajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbemtuk melingkar dan jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang kebelakang.
b.    Pengaturan alat-alat pembelajaran
Di antara alat-alat pengajaran yang harus diatur adalah sebagai berikut
1.         Alat- alat peraga media pengajaran.
-       Alat peraga atau media pembelajran semistinya diletakkan dikelas agar memudahkanya dalam penggunaanya.
-       Pengaturannya bersama-sama siswa.
2.         Papan tulis, Kapur tulis, dan lain- lain
-       Ukurannya disesuaikan
-       Warnanya harus kontras
-       Penempatannya memperlihatkan keindahan dan terjaukau oleh semua siswa
3.         Papan prestasi siswa
-       Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa.
4.         Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.    Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimampaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya:
-  Burung garuda
-  Slogan pendidikan
-  Pera pahlawan
-  Para (globe)
b.    Penampatan lemari.
-Untuk buku di depan dan alat- alat peraga di belakang
c.    Pemeliharaan kebersihan.
-       Siswa bergiliran membersihkan kelas dan guru memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas
3.        Cara mengajar guru yang lebih mengacu pada Kurikulum.
Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan dan pemimipin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, nyaman,dan kondusif di kelas, keberadaan guru ditengah- tengah siswa dapat mencairkan kekakuan dan kejenuhan belajar yang yang terasa berat diterima oleh para siswa.[20]
Dalam kurikulum 2004, menyarankan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan fisik merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana, dan media, lingkungan nonfisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi lingkungan belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, organisasi dan bahan penmbelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Maksudnya, guru lebih memperhatikan kebiasaan para siswa dalam proses belajar mengajar dan memberikan pelajaran yang dapat menambah minat belajar siswa, seperti dengan cara memberikan tugas- tugas ekonomi yang berbeda-beda  pada setiap siswa sehingga siswa dapat mengerjakan tugasnya tampa mengharapkan bantuan orang lain dan siswa menjadi percaya diri.
Dari uraian diatas maka jelas peran guru sangat berpengaruh dalam mmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non-akademik siswa, maupun kelasnya secara keseluruhan. Kelas yang kondusif di antaranya memiliki ciri-ciri; tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, saling berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan.
Menurut Niam, ada dua aspek penting yang perlu dikembangkan oleh seorang guru sehingga mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa, yaitu pribadi guru dan suasana pembelajaran.[21] Perpaduan kedua aspek tersebut akan menjadikan dimensi inspiratif semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri siswa. Kepribadian guru sebagai orang dewasa dapat menjadi model sekaligus pengarah dan fasilitator belajar yang tercermin dari suasana atau iklim pembelajaran yang diciptakan di dalam kelas. Kedua aspek ini, pada gilirannya akan mampu mengakumulasi potensi diri para siswa untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
c. Upaya- upaya  menciptakan Lingkungan  belajar yang kondusif.
Lingkungan pada dasarnya adalah kondisi. Untuk menciptakan  Lingkungan belajar yang kondusif  guru harus dapat mengkondisikan kelasnya dengan baik. Sebaliknya akan sulit, jika guru kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu, terciptanya Linakungan belajar (kelas) yang kondusif bagi pembelajaran yang efektif merupakan langkah awal bagi peningkatan prestasi belajar.
Adapun langkah-langkah teknis pengkondisian kelas yang kondusuf adalah 1. Tahap pertama merupakan persiapan, yaitu guru wali kelas menyiapkan aturan dan prosedur. 2. Pelaksanaan dari mulai pembuatan kesepakatan sesama temen di kelas. 3. Monotoring program, pembinaan dan evaluasi[22]
a)        Tahap persiapan, guru wali kelas menyiapkan aturan dan prosedur. Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar, maka kelas perlu punya aturan dan prosedur yang jelas. Tanpa aturan dan prosedur yang aturan dan prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan fokus pada ekspektasi umum atau spesifik atau standar perilaku, cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan terhadap orang lain, diri sendiri dan tugas, seperti menghargai orang lain, tidak mengunyah permen karet di kelas.  Sedangkan prosedur berisi tentang ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan untuk melarang suatu perilaku.
Prosedur dimungkinkan untuk bisa berubah karena rutinitas atau aktivitas kelas bisa berubah, misalnya prosedur suatu kelas menyatakan bahwa setelah masuk kelas siswa harus mengerjakan suatu soal, akan tetapi suatu hari guru bisa mengubahnya dengan membolehkan siswa menyelesaikan tugas yang belum selesai.
b)        Pelaksanaan dari mulai pembuatan kesepakatan sesama teman di kelas. motto kelas, dan lain-lain. Pembuatan kesepakatan sesama teman di kelas dilakukan oleh wali kelas. Misalnya tidak boleh berbicara pada saat proses belajar mengajar. Sehingga para siswa di kelas harus sadar akan adanya norma-norma sosial kelas, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.  Jika hal itu terbentuk maka kondisi kelas akan terkendali, saling toleransi, dan sinergi satu dengan yang lainnya. Ini akan berdampak pada perbaikan suasana dan prestasi belajar.
Kelas Sebagai sebuah tim kerja  (team work),  kelas terdiri dari orang-orang yang  masing-masing  bergerak  dan  bekerja  untuk  menuju  visi  atau  cita-cita .Sementara visi kelas adalah kondisi kelas yang kondusif dan mantap, misal kelas yang tertib,  indah, disiplin, kompak, saling menghargai, saling mendukung dan lain-lain.
 Kelas sebagai sebuah tim kerja adalah kesadaran akan perlunya ketegaran visi pribadi maupun visi kelasnya. Sebagai contoh, kalau sebuah kelas memiliki visi yang terumuskan dalam motto ”Kita yang terbaik”, maka setiap individu yang berada di dalamnya akan mengidentifikasikan dirinya menjadi ”Terbaik”.[23]
c)        Tahap ketiga, monitoring program, pembinaan, dan evaluasi.[24]
Kegiatan intaraksi edukatif dengan berbagai pendekatan peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik belakang . Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya ditempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papan tulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang menalami gangguan pendengaran di depan akan mempermudah si anak menyimak apa yang disampaikan oleh guru.
Pembinaan dapat dilakukan dengan cara pengarahan dan petujuk yang jelas. Guru harus sering memberi pengarahan dan petunjuk yang  jelas dan   singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik, pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
Evaluasi belajar dan pembelajaran yang meningkatkan pada evaluas diri, dalam hal ini guru sebagai fasilitor harus mampu membantu peserta untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya. 
Melalui tahap-tahap tersebut siswa diajak dalam setiap pengambilan keputusan di kelas misal adanya model  intraksi yang sehat dan pembuatan norma-norma yang disepakati bersama.  Jika siswa merasa terlibat maka akan tumbuh rasa memilikinya (sense of beloging), dengan demikian siswa dengan suka rela mentaati kesepakatan misalnya kesepakatan tentang visi kelas adalah kondisi kelas yang kondusif , misal kelas yang tertib, indah, disiplin, kompak, saling menghargai, saling mendukung dll.
 Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, guru dapat memakai insintif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.  Melalui tahap-tahap pengelolaan kelas, kalau siswa sudah tumbuh kesadaran dirinya (self awareness), maka motivasi intristik sebagai energi belajar siswa yang sangat dahsyat akan tumbuh dan befungsi efektif. Kalau siswa belajar dengan dasar motivasi internal yang kuat maka prestasi dengan mudah diraih.
Hal yang tidak kalah penting dikondisikan di kelas sebagai sebuah keluarga, komunitas, dan tim kerja adalah prinsip-prinsip belajar yang selama ini dicanangkan oleh UNESCO yaitu bagaimana agar para siswa mampu mengespresikan semangat, belajar untuk belajar (learning how to learn), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning ho to be), belajar untuk melakukan (learing how to do), dan belajar untuk hidup bersama (learning how to life together.[25]
Jika prinsip-prinsip tersebut secara bertahap dan simultan dilaksanakan oleh guru dengan melalui pendekatan tertentu maka lingkungan belajar ( kelas )akan semakin efektif dan kondusif.  
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan belajar yang kondusif
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan  belajar yang kondusif  diklasfikasikan menjadi empat  yaitu:
a. Kondisi Fisik Ruangan Belajar
b. Tata Letak ruang Belajar
c. Aturan Dan Kedisiplinan.
d.  Hubungan antar siswa, dan Hubungan antara siswa dan guru.[26]
1.  Kondisi Fisik Ruangan Belajar.
Sebuah lingkungan belajar yang efektif menuntut adanya sebuah ruangan belajar yang kondusif, beberapa hal yang menjadi faktor penentu terciptanya kondisi fisik ruang belajar yang baik adalah: a. vantilasi dan pengaturan cahaya, b.  Pengaturan tempat duduk. c. Kebersihan kelas, d. Rasa aman dan Ketenangan kelas.[27]
a.    Vantilasi dan pengaturan cahaya.
Suhu, ventilasi dan penerangan  adalah asset penting untuk terciptanya     suasana belajar yang yaman. Oleh karena  ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa. tidak harus melelahkan mata siswa
b.    Pengaturan tempat duduk
Dalam Mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapet mengontrol tingkah laku siswa.  Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
c.    Kebersihan  kelas
Kebersihan kelas sangat  berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Guru dan siswa harus bisa memelihara kebersihan kelas dengan cara siswa bergeliran untuk membersihkan kelas dan guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di kelas.
d.   Rasa aman
Rasa aman didefinisikan sebagai suatu perasaan nyaman dan aman saat berada dalam suatu kelompok. Perasaan aman ini melibatkan suatu perasaan akan kepastian.  Murid yang merasa aman, baik secara fisik maupun psikologis (mental dan emosional), akan bersedia mengmbil risiko. Resiko ini termasuk resiko ”gagal” dalam proses pembelajaran
e.    Ketenangan kelas
Ketenangan kelas ini sangat penting, seringkali guru yang telah menyiapkan materi pembelajaran dengan sangat baik dan menggunakan metode penyampaian yang baik, harus gagal karena apa yang diajarkan tidak dapat diterima dengan maksimal oleh anak didik dikarenakan pengaruh ribut dari luar ruang kelas. Ketika belajar fisik murid sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, fisik disini mencakup jasmani maupun rohani.[28]
2. Tata Letak ruang Belajar
Hal ini sangat perlu diperhatikan, ciptakan sebuah kelas yang ideal, atur tata letak kelas dengan memperhatikan beberapa aspek berikut :
- Posisi guru yang bisa dilihat oleh para siswa dari sudut manapun
- Posisi media ajar yang sesuai, dan mudah dilihat oleh para siswa
- Penataan meja dan kursi, serta pintu masuk kelas.
- Ukuran meja dan kursi yang sesuai, sehingga kelas tidak sesak dan terasa penuh.[29]
3. Aturan Dan Kedisiplinan
Faktor ini lebih kepada penciptaan suasana belajar yang teratur dan disiplin, seperti
a.    Waktu kegiatan belajar dan mengajar yang tepat, ciptakan suasana belajar yang disiplin, seperti masuk kelas tepat waktu, sehingga pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sudah tercipta kondisi kelas yang tenang.
b.    Cara meminta izin ketika hendak keluar dari ruangan kelas, jangan sampai ketika proses belajar berlangsung, banyak siswa yang keluar masuk seenaknya, hal ini tentunya dapat menganggu konsentrasi belajar di ruangan kelas.Setiap siswa mengetahui aturan dan tata cara pelaksanaan proses belajar di kelas.
4. Hubungan antar siswa, dan Hubungan antara siswa dan guru
Hal ini merupakan faktor yang tidak bisa dikesampingkan, setelah ketiga faktor sebelumnya terpenuhi, maka faktor yang keempat ini adalah sebagai kunci penentu, karena suasana belajar yang efektif dan kondusif tidak bisa tercapai jika tidak ada hubungan baik antar sesama siswa, juga hubungan baik antara siswa dan guru. Oleh karena itu peranan ini sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan baik yang menimbulkan rasa kekeluargaan, rasa persaudaraan dan rasa semangat dalam membina hubungan baik di lingkungan belajar.
Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar”? hanya dengan memahami berbagai macam metode, mampu merencakan dengan baik saja, memang belum menjamin kesuksesan seorang guru atau suatu tim pengajar di dalam menciptakan proses belajar mengajar atau proses intraksi edukatif yang baik, salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah faktor  guru itu sendiri.
Suryosubroto mengatakan faktor-faktor yang melekat pada guru yang berpengaruh itu adalah:
a.    Keperibadian
Termasuk kedalamnya adalah tingkah laku, wibawa, karekter, dan lain-lain.yang akan berpengaruh terhadap proses intraksi belajar mengajar.
b.    Pengusaan kelas.
Sukses tidaknya proses interaksi dengan baik akan berpengaruh juga oleh mengusai tidaknya seorang guru mengusai bahan (isi) yang dipelajari.
c.    Pengusaan bahan
Menguasai tidaknya suasana kelas dari seorang guru akan berpengaruh terhadap proses intraksi edukatif yang ada. Banyak terjadi keributan kelas penuh keregangan itu semua karna guru tidak menguasai kelas.    
d.   Cara guru berbicarara
Cara guru berbicara atau berkomunikasi  degan murid sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Ada guru yang berbicara gugup, terlalu cepat, terlalu lemah atau terlalu diulang-ulang. Ini semua tentu akan berpengaruh terhadap komunikasi atau proses  intrakai edukatif. Dengan demikian harus diusahakan agar berbicara yang mudah di pahami oleh peserta didik.
e.    Cara menciptakan suasana kelas
Suasana kelas yang baik harus di ciptakan oleh guru agar terwujud intreaksi edukatif yang baik misalnya dalam menempatkan murid di tempat duduknya. Mengarahkan kegiatan belajar,membantu murid,menghargai sikap dan pendapat murid,semua ini harus sesuai dengan perinsip individuadlitas.
f.     Memperhatikan prinsip individualitas
Ini harus disadari sebab setiap murid mempunyai perbedaan kemampuan,perbedaan pendapat dan lain-lain.Menghadapi situasi seperti ini maka seorang guru jangan menyamakan kemampuan siswa tersebut.
g.    Akhirnya sebagai seorang guru yang baik, haruslah bersikap terbuka, mau bekerja sama, serta mau dan mampu melaksanakan eksperimen-eksperimen dalam kegiatan mengajar.[30]
Dari uraian di atas jelas bahwa peranan guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar, karena guru adalah sebagai penyelenggara dan sebagai perencana pengajaran yang diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar  secara efektif . Peran guru   tersebut juga terkait dengan peran siswa dalam belajar, dalam hal ini peran guru tergolong sangat tinggi. Adapun gejala males belajar, sanda gurau ketika guru menjelaskan bahan pelajaran sukar, itu merupakan ketidak sadaran siswa tentang belajar. 
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa peran guru sangat berpengaruh dan untuk itu, seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang prisip-prinsip mengajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar maengajar sehingga dapat tercipta lingkungan belajar yang menyenagkan.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer