Thursday 1 December 2016

PROFESI KEGURUAN JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN PENDIDIK DALAM PEMBEELAJARAN



A. Guru Sebagai Jabatan Profesional
. Jabatan guru merupakan jabatan profesional yang menghendaki orang yang menjabat sebagai guru harus bekerja profesional. Bekerja dengan profesional berarti harus berbuat dengan keahlian. Sementara itu, keahlian hanya dapat diperoleh melalui pendidikan khusus, dan guru merupakan orang yang mengikuti pendidikah keahlian melalui lembaga kependidikan. Karena itu, guru dituntut memiliki keahlian mendidik yang profesional
guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional, marilah kita tinjau ciri-ciri pokok dari pekerjaan profesional :
(a) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya. Seorang dokter, psikolog, saintis, ekonom, dan berbagai profesi lainnya dihasilkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang relevan dengan profesi tersebut,
(b) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya,
(c) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latarbelakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latarbelakang pendidikan akademik sesuai profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya. Dari ketiga ciri perkerjaan profesional yang disebutkan di atas, lalu apa ciri-ciri guru yang profesional dan apa saja yang harus dibekali oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk menghasilkan calon-calon guru yang profesional
Ada tujuh komponen yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru yang profesional, yaitu :
a. Guru sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.Guru harus mampu melalukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas.
b. Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator guru guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang harus dipahami guru. Pertama, guru perlu memahami bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman terhadap media penting, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Kedua, guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan merancang media yang cocok akan memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Ketiga, guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan tehnolgi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
c. Guru Sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sebagai menager guru memiliki empat fungsi umum. Pertama, merencanakan tujuan belajar. Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus, menentukan topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber yang diperlukan. Melalui fungsi ini guru berusaha menjembatani jurang dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif. Kedua, mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar. Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujutkan tujuan program pembelajaran yang telah direncanakan. Ketiga memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Fungsi memimpin adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi siswa sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
d. Guru sebagai demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran guru agar dapat mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat terpuji dalam setiap aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat diteladani siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
e. Guru sebagai pembimbing
Sebagai seorang pembimbing , Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi “ini” atau jadi “itu”. Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki. Pertama, guru harus memahami anak didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami tentang gaya dan kebiasaa belajarnya, memahami potensi dan bakatnya. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik, manakala sebelumnya guru merencanakan hendak dibawa kemana siswanya, apa yang harus dilakukan, dan lain sebagainya.
f. Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
2. membangkitkan minat siswa,
3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
4. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa,
5. Memberikan penilaian yang positif,
6. Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan
7. Menciptakan persaingan dan kerjasama.
g. Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran (berupa nilai atau angka-angka) tetapi juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan skill siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa memegang peranan penting. Sebab melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarkannya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan remedial. Sering guru beranggapan bahwa evaluasi sama dengan melakukan “tes”, artinya guru telah melakukan evaluasi manakala ia telah melakukan tes. Hal ini tentu kurang tepat, sebab evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi. Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan makna tersebut. Kelemahan yang sering terjadi dengan pelaksanaan eveluasi selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan siswa terbatas hanya pada hasil tes yang dilakukan secara tertulis. Akibatnya sasaran pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi soalsoal yang biasa keluar dalam tes.
Oleh karena itu evaluasi semestinya juga dilakukan terhadap proses pembelajaran. Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap proses pembelajaran pada dasarnya evaluasi terhadap keterampilan intelektual secara nyata. Untuk menghasilkan guru-guru yang profesional merupakan suatu tugas berat yang harus diemban oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga yang perperan dalam mempersiapkan tenaga guru, dalam hal ini dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli (dosen) yang profesional juga.
Guru sebagai jabatan profesional meliputi guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan sebagai evaluator. Guru yang profesional memiliki kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.
Guru profesional dibekali melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan melalui pembinaan secara kontinyu melalui lembaga-lembaga profesi dan dinas terkait. Untuk menghasilkan dan mempertahankan keprofesionalisme guru ditempuh dengan melalui pendekatan manajemen mutu terpadu atau
B. Tantangan Guru Dalam Pembelajaran
Menjadi guru itu gampang-gampang susah. Gampang kalau guru hanya memindahkan materi pelajaran yang ada di buku ke otak siswa. Tetapi, akan lebih sulit bila menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif belajar dimana pun ia berada. Artinya, siswa tersebut mampu menerima informasi dari berbagai lini menjadikan informasi tersebut sebagai bahan pelajaran. Tantangan para guru sebenarnya adalah bagaimana memberikan motivasi kepada para siswanya agar mereka tidak terpaku pada buku-buku teks pelajaran yang ada disekolah saja. Tapi diharapkan para siswa tersebut mampu menemukan cara terbaik untuk belajar dari diri dan lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran bukanlah ilmu tetapi seni. Seni bagaimana kita mengelola kemampuan berpikir kita, menggunakan akal kita, mempergunakan sumberdaya yang kita miliki agar memberikan manfaat tidak hanya bagi diri kita sendiri tapi juga lingkungan kita. jadi pembelajaran itu bersifat spesifik, dan masing-masing guru tidak bisa disamaratakan. Guru yang baik adalah guru yang mengetahui seni mendidik dan mengajar. Guru yang hanya terpaku pada buku teks pelajaran semata bukanlah guru yang baik. Guru yang baik adalah yang mengetahui perbedaan masing-masing potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
Para siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Disinilah letak seni mengajar itu. Guru yang mengerti akan kemampuan siswanya, tidak akan memberikan pendekatan yang sama bagi para siswanya. Perbedaan perlakuan tersebut misal, siswa yang cerdas tidak bisa disamakan pendekatan pembelajarannya dengan siswa yang kurang cerdas. Demikian pula terhadap siswa yang aktif, pendiam, periang, penurut, nakal, tentu memerlukan pendekatan yang tidak sama.
Hal ini perlu dilakukan agar semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang secara maksimal.guru yang mampu melakukan hal tersebut dipastikan akan menghasilkan siswa yang berprestasi. Karena itu, para guru harus dibekali kemampuan untuk mengetahui latar belakang dan potensi yang ada para siswanya. Pendekatan terhadap siswa tidak bisa dilakukan secara sepintas lalu, tapi harus dilakukan secara kuntinu dan simultan. Sebab, setiap saat para siswa itu bisa berubah. Dan perubahan itu harus diketahui oleh para guru untuk menyesuaikan pendekatan yang harus dilakukan.
Cara memberikan pengetahuan kepada para siswa adalah dengan memberikan pengetahuan tentang cara menemukan pengetahuan tersebut, serta dimana tempat untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Buku merupakan salah satu tempat untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu, buku harus disediakan secara dengan jumlah yang cukup. Setelah harus diajarkan bagaimana cara menggunakan buku tersebut agar memberikan manfaat yang maksimal bagi para siswa.
Banyak guru-guru kita yang lalai dengan kedua hal tersebut. Buku mungkin lumrah bagi para guru. Tapi bagaimana menggunakan buku tersebut secara baik mungkin tak banyak diberikan oleh para guru. Mereka terpaku pada bagaimana memindahkan angka dan huruf yang ada di dalam buku ke otak siswa. Tidak salah memang, tapi dengan cara ini tidak bisa memaksimalkan pengetahuan yang di dapat oleh para siswa. Eksplorasi kemampuan siswa agar mereka mampu menjadikan pengetahuan yang mereka miliki sebagai jembatan yang menghubungkan mereka dengan dunia luar merupakan tantangan terbesar yang dihadapi para guru. Banyak siswa yang sebenarnya memiliki potensi secara fisik dan jasmani, tapi karena guu tak mampu mengeksplor kemampuan tersebut akhirnya tenggelam dengan sendirinya. Kalau hal ini terjadi, sungguh sangat disayangkan.
Karenanya, peningkatan mutu guru tidak hanya sebatas pada peningkatan pengetahuan guru, tapi lebih dari itu adalah memberikan pengalaman bagaimana para guru mengetahui seni belajar dan mengajar. Kalau hal ini bisa dilakukan, akan lebih banyak lagi para siswa kita yang memiliki prestasi disegala bidang.
Buku “Profesi Kependidikan; problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia” karangan Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd., mencoba menawarkan sejumlah kegiatan bagi guru sehingga dapat dianggap sebagai sebuah profesionalitas. Dimana salah satu isi dari salah satu bab di buku tersebut akan dijelaskan sebagai berikut
a. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih guru dalam menyampaikan pembelajaran. Sayangnya, tidak ada rumus sederhana untuk mencocokkan kegiatan dengan sasaran. Ada yang dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok siswa, bisa saja tidak memuaskan dalam situasi lain. Karenanya, Uno mengatakan perlu adanya persiapan landasan bagi pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif. Beberapa pola pembelajaran efektif tersebut, kata dia, dapat dilakukan dengan pengembangan metode-metode mengajar dan kegiatan belajaran yang sudah umum dilakukan, misalkan metode ceramah, berbicara dengan formal, menulis di papan tulis, memperagakan, menggunakan bahan pandang dengar, mempersiapkan lembar kerja siswa, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film serta menggunakan bahan pandang dengar yang lain.
Metode-metode tersebut tidak dapat digunakan dengan sembarangan ketika merencakan program pengajaran. Ada beberapa alasan dikemukan Uno.
Pertama, dari pengetahuan tentang gaya belajar, baik metode kelompok maupun metode mandiri harus digunakan. Ada siswa dapat belajara mandiri, tetapi ada juga sejumlah siswa lebih senang belajar dalam suasana dan situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin.
Kedua, kondisi adan asas belajar menyebabkan kita tangggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
Ketiga, jika kita siap menggunakan teknologi pengajaran yang baru (TV, komputer, dan lain-lain), penakaran biasanya diberikan pada penyajia kelompok atau pada kegiatan belajar mandiri. Kedua jenis penyajian ini tidak memberikan kesempatan interaksi antarguru-siswa secara tatap muka.
Keempat, ada persoalan dalam keefesienan menggunakan waktu guru dan siswa, sarana, serta peralatan. Untuk tujuan tertentu mungkin lebih efesien apabila guru menyajika informasi kepada seluruh kelas secara serempak (dengan jumlah siswa berapa saja) daripada menguasai siswa mempelajari bahan secara mandiri.
Menurut Uno, secara kesuluruhan, metode penyajian kelompok dan belajar mandiri paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah afektif dan psikomotor. Lebih jauh, ia menjelaskan, cara terbaik dan efektif dalam mencapai sasaran afektif adalah melalui kerja kelompok.
b. Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil
Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Ia menawarkan beberapa kondisi dan asas belajar yang penting dan dianggap bermanfaat. Kondisi dan asas tersebut yakni:
1) Persiapan sebelum mengajar;
2) Sasaran belajar;
3) Susunan bahan ajar;
4) Perbedaan individu;
5) Motivasi;
6) Sumber pengajaran;
7) Keikutsertaan;
8) Balikan;
9) Penguatan;
10) Latihan pengulangan;
11) Urutan kegiatan;
12) Penerapan;
13) Sikap mengajar;
14) Penyajian di depan kelas.
c .Metode penyajian
Selain itu, Uno juga memaparkan sejumlah metode penyajian dalam pembelajaran. Menurutnya, ada metode penyajian keunggulan. Metode-metode tersebut dibaginya menjadi:
1. Ceramah atau format penyajian lainnya yang telah dikenal dan diterima secara konvensional, baik dari kalangan pengajar maupun siswa. Metode ini merupakan metode utama dan kebanyakan digunakan oleh pengajar;
2. Pada umumnya diperlukan upaya dan pemikiran, minimal untuk merencanakan penyajian ceramah, karena pengajar sudah mengenal dan menggunakan metode penyajian model ini;
3. Ada beberapa pengajar yang merasa bahwa untuk mempertahankan status mereka atau menambah wibawa di mata siswa, mereka berbicara di depan kelas;
4. Dari segi tujuan pembelajaran, waktu dapat dihemat karena dalam jangak waktu tertentu lebih banyak informasi dapat disajikan;
5. Sejumlah besar siswa dapat dilayani dalam waktu yang sama, yang jadi pembatas hanyalah ukuran ruangan;
6. Jika diperlukan, penyajian dapat diubah dengan penyajian bahan ajar tertentu atau menambahkan bahan baru sebelum, bahkan ketika pengajar menyajikan bahan ajar; dan
7. Cara ini layak diterapkan sebagai metode komunikasi apabila informasi yang akan disampaikan mengharuskan sering terjadinya perubahan dan pemutakhiran.
Kendati ada sejumlah keunggulan metode penyajian, Uno juga tidak memustahilkan adanya kelemahan pada metode tersebut. Jika keunggulan metode penyajian disebutkannya ada 8 poin, kelemahannya pun ada 8 poin, yakni:
1. Siswa dibatasi keikutsertaannya, mereka hanya menonton, mendengar, mencatat, dan hanya sedikit atau sama sekali tidak kesempatan bertukat pendapat dengan pengajar;
2. Adanya keharusan bagi pengajar untuk menyajika bahan ajarnya dengan cara menarik, bergairah, dan penuh tantangan, agar siswa tetap tertuju pada penyajian pengajar;
3. Ketika guru memberikan ceramah atau memperagakan sesuatu kepada siswa, diandaikan siswa memperoleh pengertian yang sama, tingkat pemahaman yang sam, dan pada waktu yang sama pula;
4. Apabila dizinkan bertanya, pengajaran akan berhenti dan beberapa siswa terpaksa menunggu sampai pertanyaan itu terjawab sebelum dapat mengikuti penyajian selanjutnya;
5. Pengajar sulit mendapat balikan dari siswa sehubungan kesalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa selama penyajian;
6. Terdapat bukti bahwa bahan penyajian lisan saja tanpa disertai keikutsertaan siswa secara terencana, hanya dapat diingat dalam jangka waktu pendek; dan
7. Penyajian bukanlah metode yang dapat diterapkan untuk mengajarkan keterampilan psikomotor dan sasaran dalam ranah afektif hanya terpengaruh sedikit sekali.
d. Belajar mandiri
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan yang dilakukan pengajar mengurangi waktu dalam menyajikan bahan ajarnya. Pengajar mulai mencoba membiarkan siswa belajar mandiri atau berkelompok. Menurut Uno, belajar mandiri sekarang ini memperoleh perhatian terbanyak dalam rancangan pengajaran.
Ada sejumlah ciri program secara mandiri yang dipaparkan Uno dalam buku ini.
1. Kegiatan untuk siswa dikembangkan secara cermat dan rinci sehingga pengjaran dapat berlangsung dengan baik manakala bahan disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil.
2. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dan memerhatikan sasaran pengjaran yang dipersyaratkan.
3. Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya.
4. Siswa kemudian harus segera menerima kepastian (balikan) tentang kebenaran jawaban atau upaya lainnya.
5. Apabila muncul kesulitan, siswa mungkin mempelajari lagi atau meminta bantuan pengajar.
Ada beberapa keunggulan menurut Uno dalam belajar mandiri pada siswa. Di antara keungggulan-keunggulan itu disebutkan bahwa program mandiri sengaja dirancang dengan cermat sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak asas belajar. Pola ini juga disebutkan dapat memberi kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Keunggulan lainnya belajar mandiri dikatakan Uno dapat menyebabkan perhatian tercurah lebih banyak kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk melangsungkan interaksi antarsiswa.
Di samping keunggulan, juga disebutkan beberapa kelemahan pada belajar mandiri. Kelemahan-kelemahan itu di antaranya memungkinkan kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa dan antara sesama siswa. Apabila dipakai jalur dengan langkah tetap, kemungkinan belajar mandiri akan membosankan dan tidak menarik. Kelemahan lainnya terdapat pada metode yang sering menuntut kerja sama dan perancanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat.
e. Media Pandang
Media pandang dengan lembar petunjuk dapat dipakai apabila siswa memerlukan pengajaran atau petunjuk untuk menjalankan suatu perlengkapan, melaksanakan suatu proses, atau menyelesaikan suatu kegiatan dengan cermat. Semua bahan ini sering disebut alat bantu kerja. Media pandang ini dapat ditempatkan di bengkel kerja, laboratorium, atau toko, atau dipersiapkan untuk dapat diambil dan dipelajari kapan saja, kapan diperlukan.
f. Sistem Pengajaran Perseorangan (PSI)
Sistem pengajaran perseorangan atau disebut juga Personalization System of Instruction (PSI) adalah sebuah pendekatan yang dapat diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan umumnya berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas bacaan, pertanyaan, dan soal. Setelah mempelajari setiap bagian bahan dan menjalankan seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas atau tutor bahwa siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan ajar.
Suatu pendekatan sistem lengkap lainnya untuk belajar mandiri adalah metode AT (Audio Tutorial). Model ini menggunakan media suara. Pendekatan ini dirancang oleh Botaniwan Samuel N. Postlethwait. Prosesnya meliputi tidak komponen utama, yaitu (a) pertemuan kelompok besar (kelas); (b) kegiatan belajar mandiri di laboratorium yang sesuai dengan pelajaran dimaksud; (c) pertemuan diskusi kelompok, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, melaporkan sesuatu, dan ikut dalam bentuk interaksi lainnya.
Dari sekian banyak model pembelajaran yang ditawarkan Uno pada bab 5 buku ini, kelihatannya pendekatan yang terakhir (pendekatan PSI dan AT) lebih memiliki peluang hasil belajar pembelajaran yang diharapkan dibanding pendekatan-pendekatan lainnya.
C. Kompetensi Profesionalisme Guru
Sebelum lebih jauh membahas tentang kompetensi guru,terlebih dahulu dibahas tentang hakekat kompetensi seseorang serta pengertian kompetensi dari para ahli .
Menurut Littrel kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik .
Menurut Stephen J.Kenezevich,kompetensi adalah kemampuan-kemampian untuk mencapai tujuan organisasi .sedangkan menurut Spenser,kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi.
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntunan bidang kerja yang bersangkutan. Kompetensi guru merupakan gambaran hakekat kualilitatif dan prilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.perilaku disini merujuk bukan hanya pada perilaku nyata ,tetepi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak.dengan demikian kompetensi guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya.tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pemblajaran yang efektif dan efisien.
Menurut grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru ,yakni (a) menguasai bahan pelajaran,(b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa,(c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran ,serta (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa
Guru merupakan pendidik formal sekolah yang bertugas memblajarkan siswa-siswanya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan ,keterampilan,nilai,dan sikap yang semakin sempurna kedewasaan atau pribadinya .
karena itulah,guru terikat dengan berbagai syarat ,yang diantaranya guru disyaratkan untuk memiliki sepuluh kemampuan dasar,yaitu
1) Menguasai bahan,
2) Mengelola program belajar mengajar,
3) Mengelola kelas,
4) Menguasai media atau sumber belajar,
5) Menguasai landasan pendidikan,
6) Mengelola interaksi belajar mengajar,
7) Menilai prestasi siswa,
8) Mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan,
9) Mengenal dan menyelenggarakan adminitrasi sekolah,
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan pengajaran
Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:
1. Kompetensi profesional,artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses blajar mengajar.
2. Kompetesi personal,artiya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani,mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro,yaitu” ing ngarso sung tulodo,Ing madya mangun karsa,tutwuri handayani”
3. Kompetensi sosial,artinya guru harus mampu menunjukan atau berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,bahkan dengan masyarakat luas
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material
Dalam kegiatan profesinya guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pemblajaran dan kemampuan untuk melaksanakan pemblajaran .kemampuan ini diperoleh melalui latihan yang berkesinambungan,baik pada masa pendidikan prajabatan maupun pada masa pendidikan pada masa jabatan .

DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma.(2009) Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil  Mengajar. Bandung:Penerbit ALFABETA.
Mulyasa,(2002).Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Teori,dan  Implementasi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Udin Syarifudin saud.(2009). Pengembangan Profesi Guru.Bandung:Penerbit  ALFABETA.
Zainal Aqib dan elham rahmanto. (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan  Pengawas Sekolah. Bandung: CV YRAMA WIDYA
Undang-Undang No 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen serta Standar  Nasional Pendidikan . Jakarta: CV Tamita Utama
 

No comments:

Post a Comment

Entri Populer