Salah
satu kelebihan yang di berikan kepada manusia, dibandingkan dengan makhluk
lainnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Manusia mempunyai akal yang
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dan mampu memberi arahan kemana tubuh ini akan pergi. Dengan
akal inilah manusia membedakan diri dari hewan. Walaupun dibeberapa segi
kehidupan terdapat “naluri” yang mirip antara manusia dengan hewan, sehingga
manusia sering disebut sebagai “hewan yang berpikir atau berakal”, dengan akal
yang ada, manusia dituntut mampu mengelola naluri tersebut agar tidak terjatuh
dan terbawa dalam naluri kewewanan
yang ttterdapat pada dirinya. Naluri kehewanan inilah yang disebut
sebagai nafsu, dan kehidupan manusia di dunia ini selalu dipenuhi dengan perang
antara akal dan hawa nafsu.
Akal
adalah panglima yang menentukan baik buruknya seseorang. Akal mendorong manusia
berbuat sesuatu di dunia ini. Setiap hari, manusia didorong menggunakan dan
mempertimbangkan akal sehat yang dimilikinya dibandingkan menggunakan nafsu
belaka. Pertimbangan akal sehat harus mampu di kedepankan agar hidup manusia
tidak terjebak dalam nafsu hewani yang sudah terdapat dalam dirinya.
Pertarungan
yang hebat antara akal dan hawa nafsu yang terjadi sepanjang kehidupan manusia
inilah yang menjadikan manusia mempunyai potensi memiliki derajat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Tidak sebagaimana malaikat yang
hanya di berikan sifat ketaatan kepada Allah, manusia diberikan pilihan apakah
ia ingin berbuat baik atau ingin berbuat jahat. Kedua kekuatan ini bertarung
keras dalam kehidupan manusia dan manusia itu sendiri yang pada akhirnya akan
menentukan kemana jalan yang ia tempuh. Manusia bisa di angkat derajatnya
ketingkat yang lebih tinggi dibandingkan makhluk lain, tetapi di sisi lain
manusia juga bisa memilih untuk menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang
kenistaan yang dalam, bahkan lebih dalam dari pada binatang dan makhluk
lainnya.
Hidup
manusia adalah perjuangan yang memenangkan pertarungan suci antara akal pikiran
yang sehat dengan hawa nafsu yang dimilikinya. Pertarungan ini akan terus
terjadi sepanjang hidup, maka manusia tidak boleh lengah untuk selalu waspada
akan hawa nafsu yang setiap saat menggoda. Manusia boleh memenangkan akal
pikirannya pada hari ini, tetapi sekali ia lengah, bisa jadi ia akan khilaf dan
terjerumus di keesokan harinya. Perlu adannya perbaikan terus-menerus terhadap
hati dan pikiran kita, sehingga seiap saat bisa selalu waspada terhadap godaan
nafsu yang ada di sekeliling kita.
Untuk
bisa memulai pertarungan dengan hawa nafsu dalam kehidupan sehari-hari, orang
mesti mulai mengupayakan kebersihan hati dan pikirannya. Mulailah untuk
membersihkan hati dan pikiran dari berbagai sifat dan pikiran negatif tentang
orang lain atau lingkungan sekitar, sehingga apa yang kita lakukan dan kita
kerjakan juga bersih.
Hati
dan pikiran yang bersih akan menjadi awal yang baik bagi terbentuknya iklim dan
lingkungan yang positif. Dengan keterbukaan dan kebersihan hati, oran akan
saling percaya sehingga menimbulkan harmonisasi lingkungan dan alam.
Hati
dan pikiran yang bersih juga akan menimbulkan energi positif yang bisa menjadi
modal berharga untuk meningkatkan produktivitas. Energi positif itu tidak hanya
dirasakan oleh diri sendiri, tetapi juga akan mmenyebar kepada orang-orang dan
lingkungan sekeliling kita. Energi positif yang melingkupi kehidupan itu akan
membawa produktivitas yang lebih tinggi.
Di
situlah, agama islam mengajarkan agar sebelum memulai sesuatu kita
mengawalinnya dengan niat yang baik dan niat yang bersih. Niat yang baik ini
menjadi penting, karena akan menentukan hasil akhir dari sebuah perbuatan. Niat yang baik adalah niat
yang dipenuhi oleh keinginan untuk berbuat baik, bagi diri sendiri dan orang
lain.niat yang baik dan tulus meniadakan keinginan untuk berbuat negatif atau
kerusakan dari apa yang diperbuatnnya. Tidak ada sama sekali terbersit bahwa
apa yang diperbuatnya akan dilakukan untuk membuat kerusakan di lingkungan
sekitar. Niat yang baik menebar kebaikan untuk semua, karena prinsip hidupnya
adalah “sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang
lain.”
Kebaikan itu
memancar dari diri sendiri kepada lingkungannya. Jika seseorang dipenuhi dengan
niat kebaikan dalam mengerjakan sesuatu, kebaikan itu bisa menular kepada orang-orang
dan lingkungan sekitarnya sehingga secara bergelombang akan menimbulkan efek
bola salju kebaikan yang semakin lama semakin membesar. Jadi, apapun yang akan
kita kerjakan, mulailah dengan niat tulus dan ikhlas agar apa yang kita
kerjakan mendapat kebajikan, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di
sekitar kitA.
Hati dan pikiran yang
bersih akan membawa seseorang pada semangat dan kualitas hidup yang bersih
pula. Dengan demikian, apa yang akan dihasilkan dari niat bersih akan pula
menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat.
No comments:
Post a Comment