BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
hakikatnya manusia memliki agama yang
dianut menurut kepercayaannya.
Pendidikan agama sangat penting dalam perkembangan kepribadian seorang anak.
Karena agama menyangkut tentang kehidupan batin seseorang (manusia).
Dengan pendidikan agama itulah
perkembangan jiwa seorang anak bisa terbentuk dengan baik yang bisa memunculkan
nuansa islami dalam kehidupannya kelak, sehingga anak tersebut bisa menjadi
anak yang sholeh. Agar dalam kehidupannya nanti perkembangan jiwa seseorang mampu berkembang dengan baik
yang tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama yang telah terdapat
dimasyarakat kita ini. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak tidak mungkin
tumbuh dan berkembang baik tanpa adanya latihan dan bimbingan yang bersifat
mendidik.
Peranan orang tua sangat berpengaruh
dalam mendidik anak-anaknya, teutama di dalam pendidikan agama islam.
sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadits : “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya dan kedua tuanyalah yang akan
menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. orang tua harus
mengajarkan, membina, mendidik, dan membesarkan anaknya hingga menjadi anak
yang sholeh/sholehah sesuai dengan ajaran islam.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaiman pendidikan agama pada anak ?
2. Bagaimana filosofi pendidikan anak ?
3. Bagaimana etika orang tua pada saat-saat
pertama dari kelahiran anaknya ?
4. Bagaimana tanggung jawab orang tua dalam
mendidik anak ?
C.
Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pendidikan agama pada anak !
2. Menjelaskan filosofi pendidikan anak !
3. Menjelaskan etika orang tua pada
saat-saat pertama dari kelahiran anaknya !
4. Menjelaskan tanggung jawab orang tua
dalam mendidik anak !
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Agama Pada Anak
Makna agama sendiri bukanlah sekedar
tindakan-tindakan ritual seperti sholat dan membaca do'a saja. Akan tetapi
agama lebih dari itu, yaitu agama mengatur keseluruhan tingkah laku manusia
demi memperoleh ridha Allah. Agama dengan kata lain, agama meliputi keseluruhan
tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan
manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada
Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari Kemudian (Kiamat).
Peran orang tua dalam mendidik
melalui pendidikan agama adalah sangat penting, oleh karena itu pendidikan
agama dalam keluarga tidak hanya melibatkan orang tua saja, akan tetapi seluruh
keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam
keluarga. Peran orang tua tidak hanya barupa pengajaran, tetapi juga berupa
peran tingkah laku, ketauladanan dan pola-pola hubungannya dengan anak yang
dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh.
B.
Filosofi pendidikan anak
Anak
merupakan amanah Allah swt yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci
merupakan permata yang sangat mahal harganya. Ia membutuhkan pemeliharaan,
penjagaan, kasih sayang dan perhatian. Jika dibiasakan dengan kejahatan dan
dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. Cara memeliharanya
dengan pendidikan akhlak yang baik. Oleh karena itu, orang tua memegang factor
kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa islami. Sebagaimana sabda
Rasulullah, “setiap anak dilahirkan di
atas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya seorang yahudi,
nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhari).
Dari
hadits ini dapat dipahami betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk
kepribadian anak pada masa yang akan datang. Dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat
16 :
يَٰبُنَيَّ
إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٖ فَتَكُن فِي صَخۡرَةٍ أَوۡ
فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَأۡتِ بِهَا ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ
لَطِيفٌ خَبِيرٞ ١٦
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS.
Luqman : 16).
Disini
dapat dilihat bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak, dan jelas pula
bahwa anak-anak harus mendpatkan pendidkan yang layak. Apabila generasi penerus
suatu bangsa bagus, masa depan bangsa pun akan bagus pula. Begitu pula
sebaliknya, apabila generasi bangsa rusak, suram juga masa depan bangsa
tersebut.
Adapun
yang dimaksud pendidikan anak adalah bimbingan yang diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhan jasmani dan rohani agar
berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Mendidik
atau “rabba” bukan berarti “mengganti” (tabdiil) dan bukan pula mengubah
(taghyiir), melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih
tepat mengkondisikan sifat-sifat dasar (fitrah) seorang anak yang ada sejak
awal penciptaannya, agar dapat tumbuh subur
dan berkembang dengan baik. Jika tidak, fitrah yang ada dalam diri seseorang
akan tekontaminasi oleh “kuman-kuman” kehidupan. Kuman-kuman kehidupan inilah
yang diistilahkan oleh hadits dengan “tahwid” (meyahudikan), “tanshir”
(menasranikan), dan “tamjis” (memajusikan).
Mendidik
dan mengajar anak bukan pekerjaan mudah dan bukan kewajiban yang dapat dilaukan
secar spontan. Dalam islam, anak merupakan bagian penting dari keluarga yang
harus dijaga orang tua, sebagaimana firman Allah SWT.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا
ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ
ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS.
At- Tahrim 66 : 6).
Oleh
karena itu, mendidik, mengajar, dan menjaga anak anak agar tidak terjerembap
masuk ke dalam neraka adalah cara fundamental untuk meraih syurga. Sebaliknya,
jika tidak melakukannya dengan baik, neraka adalah balasannya.
C.
Etika Orang Tua Pada Saat-Saat Pertama Dari
Kelahiran Anaknya
Islam
memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam
kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada
bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. “Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang
bepergian, dan (membebaskan puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui,
dan wanita hamil. (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, dan An-Nasa’i).
Sang
ibu hendaklah berdo'a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan
anak yang soleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orang tua dan seluruh kaum
muslimin. Kerana termasuk do'a yang dikabulkan adalah do'a orang tua untuk
anaknya.
Setelah
kelahiran anak, dianjurkan bagi orang tua atau wali dan orang disekitarnya
melakukan hal-hal berikut.
1. Menyampaikan
kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran
Begitu
melahirkan, sampaikan kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak family, sehingga semua akan bersukacita
dengan kelahiran ini. Firaman Allah SWT. tentang kisah Nabi Ibrahim a.s.
bersama malaikat:
وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ
فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ ٧١
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka
Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari
Ishak (akan lahir puteranya) Ya´qub”. (QS.
Hud 11 : 7).
2. Menyerukan
adzan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri
Abu
Rafi’ r.a. menuturkan, “Aku melihat
Rasullah SAW memperdengarkan adzan di telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan
Fatimah” (HR. Adu Dawud dan At-Trmidzi). Hikmahnya, wallahu A’lam, supaya azan yang berisi pengagungan Allah dan dua
kalimat syahadat itu merupakan suara yang yang pertama kali masuk ke telinga
bayi. Selain itu, sebagai perisai bgi anak karena azan berpengaruh untuk
mengusir dan menjauhkan setan dari bayi yang baru lahir.
3. Tahnik
(mengolesi langit-langit mulut)
Sunnah
yang dilakukan pada saat kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan
sebutir kurma dengan dikunyah atau menghaluskannya
dengan cara yang sesuai, lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya
dengan menaruh sebagian kurma yang sudah lembut diujung jari dimasukkan kedalam mulut bayi dan digerakkan
dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata.
4. Memberi
nama
Seorang
anak berhak mendapatkan nama yang baik dari orang tuanya. Diriwayatkan dari
Wahb Al Khats'ami bahwa Rasulullah bersabda: “Pakailah nama nabi-nabi, dan nama
yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang
paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan
Murrah" ( HR.Abu Daud An Nasa'i).
5. Aqiqah
Aqiqah,
artinya kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, Rasulullah
bersaabda, “setiap anak membawa aqiqah
maka sembelihkanlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya” (HR.
Al-Bukhari).
Dari
Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda, “untuk
anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan
seekor kambing” (HR. Ahamd dan Tirmidzi.
6. Mencukur
rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya
Hal
ini mempunyai banyak faedah, antara lain mencukur rambut bayi dapat memperkuat
kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indra penglihatan, pendengaran,
dan penciuman. Bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya pun
mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari
bapaknya, “Fatimah Radhiyallahu ‘anha
menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kaltsum, lalu ia mengeluarkan
sedekah berupa perak seberat timbangannya”. (HR. Imam Malik dalam
Al-Muwaththa’).
7. Khitan
Khitan,
artinya memotong bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau
bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut
kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim). Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria dan mustahab
(dianjurkan) bagi kaum wanita.
Itulah
beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang
tua atau pada saat-saat pertama kelahiran anak. Fase selanjtunya adalah
memerhatikan pendidikan anak pada usia enam tahun pertama.
Periode
pertama dalam kehidupan anak (usia tujuh tahun pertama) merupakan periode
kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam
dalam pembentukan pribadinya. Apa pun yang terekam dalam benak anak pada
periode ini, akan tampak pengaruhnya dengan nyata pada kepribadiannya ketika
menjadi dewasa.
Oleh
karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan
anak dalam periode ini. Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh orang tua
sebagai berikut.
1. Memberikan kasih sayang yang diperlukan
anak dari kedua orang tua, terutama ibu.
Hal ini mengajarkan agar anak belajart
mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cinta kasih, yang ada hnya
mencintai dirinya sendiri dan membenci orang lain.
2. Membiasakan anak berdisiplin mulai
bulan-bulan pertama dari awal kehidupan.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah
sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan
kebutuhan pad masa mendatang.
3. Orang tua menjadi teladan yang baik bagi
anak dari permulaan kehidupannya.
Anak akan menagkap atau meniru segala
yang dilihat atau didengar disekitarnya.
4. Anak dibiasakan dengan etika umum yang
harus dilakukan dalam pergaulannya, seperti:
a. Dibiasakan mengambil, member makan dan
minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan
dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
b. Dibiasakan membaca Bismillah ketika
hendak makan.
c. Dibiasakan sederhana dalam makan dan
minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
d. Dibiasakan mendahulukan
bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya
memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
e. Dibiasakan mengucapkan dua kalimat
syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
f. Dibiasakan membaca
"Alhamdulillah" jika bersin, dan mengatakan "Yarhamukallah"
kepada orang yang bersin jika membaca "Alhamdulillah".
g. Supaya menahan mulut dan menutupnya jika
menguap, dan jangan sampai bersuara.
h. Dibiasakan berterima kasih jika mendapat
suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
i.
Tidak
memanggil ibu dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan
kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).
j.
Mengucapkan
salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan
"Assalamu'Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
k. Diajari kata-kata yang benar dan
dibiasakan dengan bahasa yang baik.
D.
Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Anak
dilahirkan ke permukaan bumi dalam keadaan lemah dan bodoh sertatidak tahu
apa-apa, sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk mendidiknya. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT.
وَٱللَّهُ
أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ
لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
“Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl 16 : 78).
Seorang pendidik, baik orang tua maupun
guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung jawab mereka di hadapan
Allah SWT. terhadap pendidikan anak. Untuk itu, seorang guru atau orang tua
harus tahu yang diajarkan kepada seorang serta metode yang telah dituntunkan
oleh Rasulullah SAW. Beberapa tuntunan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Menanamkan Tauhid dan Akidah yang Benar
Kepada Anak
Tauhid merupakan landasan islam. Apabila seseorang
benar tauhidnya, dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Sebaliknya, tanpa tauhid dia terjatuh ke dalam kemusyirikan dan akan menemui
kecelakaan di dunia serta kekekalan diakhirat. Pada tahap ini kita memperkenalkan
bahwa Allah itu Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Dialah pencipta segala sesuatu,
baik yang ada dilangit maupun dibumi.
Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan
setiap amal dan perbuatan. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an, Allah kisahkan
nasihat Luqman kepada anaknya.
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ
لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ
لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar" (QS. Luqman 31:13).
2. Mengajari Anak Untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri diajarkan
beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mulai dari cara
bersuci, shalat, puasa,dan ibadah lainnya. Dengan melatih anak dari sejak dini,
mereka terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut saat dewasa. Dengan demikian,
semua hal tersebut berguna untuk membiasakan anak taat kepada Allah SWT.
3. Mengajarkan Al-Qur’an, Hadits, Do’a, dan
Zikir yang Ringan Kepada Anak
Hal ini dapat dimulai dengan mengajarkan Al-Qur’an
surat Al-Fatihah dan surat-surat yang pendek serta do’a tahiyat untuk shalat.
Kemudian, menyediakan guru khusus untuk menagajari tajwid, menghafal Al-Qur’an
dan hadits. Begitu pula dengan do’a dan zikir sehari-hari. Hendaknya anak mulai
menghafalkannya, seperti do’a ketika makan, keluar masuk WC, dan lain-lain.
4. Mendidik Anak Dengan Berbagai Adab dan
Akhlak Yang Mulia
Ajarilah dengan berbagai adab islami, seperti makan
dengan tangan kanan, mengucap basmalah seblum makan, menjaga kebersihan,
mengucap salam, dan lain-lain. Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada anak
akhlak-akhlak mulia, seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang
tua, dermawan, menghormati yang lebih tua, dan sayang kepada yang lebih muda,
serta beragam akhlak lainnya.
5. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan
Yang Diharamkan
Hendaknya
anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau
diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamar, mencuri, mengambil hak orang
lain, zalim, durhaka kepada orang tua, dan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama meliputi keseluruhan tingkah
laku manusia dalam hidup ini demi memperoleh ridha Allah, yang tingkah laku itu
membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar
percaya atau iman kepada Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari
Kemudian (Kiamat).
Anak
merupakan amanah atau titipan Allah SWT. yang
harus dijaga, dipelihara, diberikan kasih sayang dan perhatian penuh. Jika
anak dibiarkan mengerjakan kejahatan atau diberikan kebebasan, maka anak
tersebut akan menjadi jahat sampai dia dewasa. Sebagaimana sabda Rasulullah, “setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya seorang yahudi, nasrani, atau
majusi.” (HR. Bukhari).
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua pada saat pertama dari kelahiran
anaknya adalah, menyampaikan kabar
gembira dan ucapan selamat atas kelahirannya, menyerukan adzan di telinga bayi,
tahnik (mengolesi langit-langit mulut bayi), member nama, aqiqah, mencukur
rambutbayi dan dan bersedekah perak seberat timbangannya, dan khitan.
Tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya adalah : menanamkan tauhid dan akidah yang
benar kepada anak, mengajari anak untuk melaksanakan ibadah, mengajarkan
Al-Qur’an, hadits, do’a, dan zikir yang ringan kepada anak, mendidik anak
dengan berbagai adab dan akhlak yang mulia, melarang anak dari berbagai
perbuatan yang diharamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung
: CV. Pustaka Setia, 2013
Ilyas, Asnelly. Mendambakan Anak Shaleh:
Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung : Al-Bayan. 1997
Farhadian, Reza. Menjadi Orang Tua Pendidik. Jakarta:
Al-Huda. 2005
Purwoto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung
: Remaja Rosda Karya. 1998
No comments:
Post a Comment