Monday 12 February 2018

MAKALAH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK STRATEGI-METODE BERBASIS AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH PADA AQIDAH AKHLAK


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia  memliki agama yang dianut  menurut kepercayaannya. Pendidikan agama sangat penting dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Karena agama menyangkut tentang kehidupan batin seseorang (manusia).
Dengan pendidikan agama itulah perkembangan jiwa seorang anak bisa terbentuk dengan baik yang bisa memunculkan nuansa islami dalam kehidupannya kelak, sehingga anak tersebut bisa menjadi anak yang sholeh. Agar dalam kehidupannya nanti perkembangan  jiwa seseorang mampu berkembang dengan baik yang tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama yang telah terdapat dimasyarakat kita ini. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak tidak mungkin tumbuh dan berkembang baik tanpa adanya latihan dan bimbingan yang bersifat mendidik.
Peranan orang tua sangat berpengaruh dalam mendidik anak-anaknya, teutama di dalam pendidikan agama islam. sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadits : “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya dan kedua tuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. orang tua harus mengajarkan, membina, mendidik, dan membesarkan anaknya hingga menjadi anak yang sholeh/sholehah sesuai dengan ajaran islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman pendidikan agama pada anak ?
2.      Bagaimana filosofi pendidikan anak ?
3.      Bagaimana etika orang tua pada saat-saat pertama dari kelahiran anaknya ?
4.      Bagaimana tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan pendidikan agama pada anak !
2.      Menjelaskan filosofi pendidikan anak !
3.      Menjelaskan etika orang tua pada saat-saat pertama dari kelahiran anaknya !
4.      Menjelaskan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak !

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Agama Pada Anak
Makna agama sendiri bukanlah sekedar tindakan-tindakan ritual seperti sholat dan membaca do'a saja. Akan tetapi agama lebih dari itu, yaitu agama mengatur keseluruhan tingkah laku manusia demi memperoleh ridha Allah. Agama dengan kata lain, agama meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari Kemudian (Kiamat).
Peran orang tua dalam mendidik melalui pendidikan agama adalah sangat penting, oleh karena itu pendidikan agama dalam keluarga tidak hanya melibatkan orang tua saja, akan tetapi seluruh keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam keluarga. Peran orang tua tidak hanya barupa pengajaran, tetapi juga berupa peran tingkah laku, ketauladanan dan pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh.

B.     Filosofi pendidikan anak
Anak merupakan amanah Allah swt yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci merupakan permata yang sangat mahal harganya. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan perhatian. Jika dibiasakan dengan kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. Cara memeliharanya dengan pendidikan akhlak yang baik. Oleh karena itu, orang tua memegang factor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa islami. Sebagaimana sabda Rasulullah, “setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya seorang yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhari). 
Dari hadits ini dapat dipahami betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang. Dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 16 :
يَٰبُنَيَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٖ فَتَكُن فِي صَخۡرَةٍ أَوۡ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَأۡتِ بِهَا ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٞ ١٦
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman : 16).
Disini dapat dilihat bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak, dan jelas pula bahwa anak-anak harus mendpatkan pendidkan yang layak. Apabila generasi penerus suatu bangsa bagus, masa depan bangsa pun akan bagus pula. Begitu pula sebaliknya, apabila generasi bangsa rusak, suram juga masa depan bangsa tersebut.
Adapun yang dimaksud pendidikan anak adalah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhan jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Mendidik atau “rabba” bukan berarti “mengganti” (tabdiil) dan bukan pula mengubah (taghyiir), melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih tepat mengkondisikan sifat-sifat dasar (fitrah) seorang anak yang ada sejak awal penciptaannya, agar dapat  tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Jika tidak, fitrah yang ada dalam diri seseorang akan tekontaminasi oleh “kuman-kuman” kehidupan. Kuman-kuman kehidupan inilah yang diistilahkan oleh hadits dengan “tahwid” (meyahudikan), “tanshir” (menasranikan), dan “tamjis” (memajusikan).
Mendidik dan mengajar anak bukan pekerjaan mudah dan bukan kewajiban yang dapat dilaukan secar spontan. Dalam islam, anak merupakan bagian penting dari keluarga yang harus dijaga orang tua, sebagaimana firman Allah SWT.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At- Tahrim 66 : 6).

Oleh karena itu, mendidik, mengajar, dan menjaga anak anak agar tidak terjerembap masuk ke dalam neraka adalah cara fundamental untuk meraih syurga. Sebaliknya, jika tidak melakukannya dengan baik, neraka adalah balasannya.

C.    Etika Orang Tua Pada Saat-Saat Pertama Dari Kelahiran Anaknya
Islam memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. “Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui, dan wanita hamil. (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, dan An-Nasa’i).
Sang ibu hendaklah berdo'a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang soleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Kerana termasuk do'a yang dikabulkan adalah do'a orang tua untuk anaknya.
Setelah kelahiran anak, dianjurkan bagi orang tua atau wali dan orang disekitarnya melakukan hal-hal berikut.
1.      Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran
Begitu melahirkan, sampaikan kabar gembira ini kepada keluarga dan  sanak family, sehingga semua akan bersukacita dengan kelahiran ini. Firaman Allah SWT. tentang kisah Nabi Ibrahim a.s. bersama malaikat:
وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ ٧١
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya´qub”. (QS. Hud 11 : 7).
2.      Menyerukan adzan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri
Abu Rafi’ r.a. menuturkan, “Aku melihat Rasullah SAW memperdengarkan adzan di telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah” (HR. Adu Dawud dan At-Trmidzi). Hikmahnya, wallahu A’lam, supaya azan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat syahadat itu merupakan suara yang yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Selain itu, sebagai perisai bgi anak karena azan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan setan dari bayi yang baru lahir.
3.      Tahnik (mengolesi langit-langit mulut)
Sunnah yang dilakukan pada saat kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir kurma  dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai, lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya dengan menaruh sebagian kurma yang sudah lembut diujung  jari dimasukkan kedalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata.
4.      Memberi nama
Seorang anak berhak mendapatkan nama yang baik dari orang tuanya. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami bahwa Rasulullah bersabda: “Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah" ( HR.Abu Daud An Nasa'i).
5.      Aqiqah
Aqiqah, artinya kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, Rasulullah bersaabda, “setiap anak membawa aqiqah maka sembelihkanlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya” (HR. Al-Bukhari).
Dari Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda, “untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing” (HR. Ahamd dan Tirmidzi.
6.      Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya
Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, “Fatimah Radhiyallahu ‘anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kaltsum, lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya”. (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’).


7.      Khitan
Khitan, artinya memotong bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria dan mustahab (dianjurkan) bagi kaum wanita.
Itulah beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang tua atau pada saat-saat pertama kelahiran anak. Fase selanjtunya adalah memerhatikan pendidikan anak pada usia enam tahun pertama.
Periode pertama dalam kehidupan anak (usia tujuh tahun pertama) merupakan periode kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apa pun yang terekam dalam benak anak pada periode ini, akan tampak pengaruhnya dengan nyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa.
Oleh karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam periode ini. Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh orang tua sebagai berikut.
1.      Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari kedua orang tua, terutama ibu.
Hal ini mengajarkan agar anak belajart mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cinta kasih, yang ada hnya mencintai dirinya sendiri dan membenci orang lain. 
2.      Membiasakan anak berdisiplin mulai bulan-bulan pertama dari awal kehidupan.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhan pad masa mendatang.  
3.      Orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya.
Anak akan menagkap atau meniru segala yang dilihat atau didengar disekitarnya.
4.      Anak dibiasakan dengan etika umum yang harus dilakukan dalam pergaulannya, seperti:
a.       Dibiasakan mengambil, member makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
b.      Dibiasakan membaca Bismillah ketika hendak makan.
c.       Dibiasakan sederhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
d.      Dibiasakan  mendahulukan  bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
e.       Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
f.       Dibiasakan membaca "Alhamdulillah" jika bersin, dan mengatakan "Yarhamukallah" kepada orang yang bersin jika membaca "Alhamdulillah".
g.      Supaya menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
h.      Dibiasakan berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
i.        Tidak memanggil ibu dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).
j.        Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang  yang  dijumpainya dengan mengatakan "Assalamu'Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
k.      Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik. 

D.    Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Anak dilahirkan ke permukaan bumi dalam keadaan lemah dan bodoh sertatidak tahu apa-apa, sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk mendidiknya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl 16 : 78).

Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung jawab mereka di hadapan Allah SWT. terhadap pendidikan anak. Untuk itu, seorang guru atau orang tua harus tahu yang diajarkan kepada seorang serta metode yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa tuntunan tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Menanamkan Tauhid dan Akidah yang Benar Kepada Anak
Tauhid merupakan landasan islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia terjatuh ke dalam kemusyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan diakhirat. Pada tahap ini kita memperkenalkan bahwa Allah itu Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Dialah pencipta segala sesuatu, baik yang ada dilangit maupun dibumi.
Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan setiap amal dan perbuatan. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an, Allah kisahkan nasihat Luqman kepada anaknya.
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS. Luqman 31:13).
2.      Mengajari Anak Untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri diajarkan beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mulai dari cara bersuci, shalat, puasa,dan ibadah lainnya. Dengan melatih anak dari sejak dini, mereka terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut saat dewasa. Dengan demikian, semua hal tersebut berguna untuk membiasakan anak taat kepada Allah SWT.
3.      Mengajarkan Al-Qur’an, Hadits, Do’a, dan Zikir yang Ringan Kepada Anak
Hal ini dapat dimulai dengan mengajarkan Al-Qur’an surat Al-Fatihah dan surat-surat yang pendek serta do’a tahiyat untuk shalat. Kemudian, menyediakan guru khusus untuk menagajari tajwid, menghafal Al-Qur’an dan hadits. Begitu pula dengan do’a dan zikir sehari-hari. Hendaknya anak mulai menghafalkannya, seperti do’a ketika makan, keluar masuk WC, dan lain-lain.
4.      Mendidik Anak Dengan Berbagai Adab dan Akhlak Yang Mulia
Ajarilah dengan berbagai adab islami, seperti makan dengan tangan kanan, mengucap basmalah seblum makan, menjaga kebersihan, mengucap salam, dan lain-lain. Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada anak akhlak-akhlak mulia, seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua, dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.
5.      Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan Yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamar, mencuri, mengambil hak orang lain, zalim, durhaka kepada orang tua, dan lainnya.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Agama meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini demi memperoleh ridha Allah, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari Kemudian (Kiamat).
Anak merupakan amanah atau titipan Allah SWT. yang  harus dijaga, dipelihara, diberikan kasih sayang dan perhatian penuh. Jika anak dibiarkan mengerjakan kejahatan atau diberikan kebebasan, maka anak tersebut akan menjadi jahat sampai dia dewasa. Sebagaimana sabda Rasulullah, “setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya seorang yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhari). 
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua pada saat pertama dari kelahiran anaknya adalah, menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahirannya, menyerukan adzan di telinga bayi, tahnik (mengolesi langit-langit mulut bayi), member nama, aqiqah, mencukur rambutbayi dan dan bersedekah perak seberat timbangannya, dan khitan.
Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah : menanamkan tauhid dan akidah yang benar kepada anak, mengajari anak untuk melaksanakan ibadah, mengajarkan Al-Qur’an, hadits, do’a, dan zikir yang ringan kepada anak, mendidik anak dengan berbagai adab dan akhlak yang mulia, melarang anak dari berbagai perbuatan yang diharamkan.


DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2013
Ilyas, Asnelly. Mendambakan Anak  Shaleh: Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung : Al-Bayan. 1997
Farhadian, Reza. Menjadi Orang Tua Pendidik. Jakarta: Al-Huda. 2005

Purwoto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : Remaja Rosda Karya. 1998 

No comments:

Post a Comment

Entri Populer