A.
Masyarakat Post-Industri
Post-Modernisme menggunakan ide yang baru, masyarakat
Post-Modernisme telah hadir dan menggantikan masyarakat modern. Daniel Bell
(1973-1976) menciptakan ide yang selaras bahwa kita sedang berada dalam proses
pembentukan dari sebuah masyarakat industrial menuju Post-Industrial. Dari
orientasi modernnya yang ada, Bell tidak memiliki keraguan dalam
mempersembahkan ini sebagai sebuah narasi besar pembangunan, khususnya di
Amerika Serikat, Jepang, Eropa Barat, dan bahkan (dulunya) Uni Soviet. Juga
bercermin pada perspektif modernisnya, tidak dapat di[pungkiri bahwa Bell
memiliki beberapa hal yang sangat kritis untuk mengupas berbagai hal mengenai
Post-Modernisme.
Bell
membagi masyarakat ke dalam tiga bidang yaitu stukur sosial (atau
ekonomi-teknik), pemerintahan, dan kebudayaan. Awalnya masyrakat post-industri
menimbulkan, yang utama, perubahan-perubahan di dalam struktur sosial,
khususnya ekonomi, dunia kerja, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun
hal diatas tidak mneyebabkan perubahan-perubahan dalam bagian-bagian lain dari
masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan, berbagai perubahan dalam struktur
sosial terang saja memiliki implikasi yang besar bagi masyarakat. Bagaimanapun
pusat perhatian utama Bell, paling tidak secara awal, adalah dalam perubahan karakter
dari struktur sosial.
Bel
menawarkan ringkasan yang sangat sedikit dari elemen-elemen perubahan yang ia
bayangkan :
Pertama, dalam ekonomi kita menyaksikan
peralihan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan. Sementara ada
berbagai jenis pelayanan (misalnya, bisnis eceran, perbankan). Kesehatan,
pendidikan, penelitian, dan pelayanan pemerintah merupakan hal yang paling
menentukan dalam masyarakat post industri. Kedua, pekerjaan profesional
dan teknis hadir menguasai lapangan kerja. Sangat penting disini adalah
munculnya para ilmuwan dan para teknisi.
Ketiga, pengetahuan
teoritis esensi bagi masyarakat post-industri. Penegtahuan semacam itu dilihat
sebagai sumber utama inovasi dan formulasi kebijakan. Termasuk disini adalah
penekanan pada pengetahuan teoritis daripada pengetahuan empiris dan kodifikasi
penegtahuan. Pertumbuhan jenis pengetahuan, dalam segala variasinya, merupakan
pokok dari munculnya masyarakat post-industri.
Keempat, masyarakat
post-industri berorientasi pada penaksiran dan kontrol atas teknologi dan
dampak-dampaknya. Bell melihat harapan besar disini “Pengembangan ramalan baru
dan teknik-teknik pemetaan membuat fase baru dalam sejarah ekonomi menjadi
mungkin, kemajuan yang terencana dan sadar dari perubahan teknologi, dan dengan
demikian mereduksi ketidakmenentuan masa depan ekonomi”.
Kelima, pengambilan kebijakan ikut menciptakan sebuah
“teknologi intelektual” baru. Untuk menangani skala besar kompleksitas dalam
masyarakat post industri, kita menyaksikan kemunculan dan peningkatan
teknologi-teknologi intelektual baru seperti “teori informasi, sibernetika,
teori keputusan, teori permainan, teori daya guna, proses-proses yang
melibatkan variabel yang bervariasi.
Bell
memperjelas ide-idenya dalam konteks narasi besar, “skema umum mengenai
perubahan sosial” dari preindustrial (Asia, Afrika, Amerika Utara), Industrial
( Eropa Barat, dulunya Uni soviet dan Jepang) , dan Post-Industri (dengan
Amerika Serikat sebagai wakil tunggalnya, paling tidak pada saat ia menulis).
Ada sejumlah pemisahan dalam tiga jenis masyarakat ini, sebagai contohnya,
dalam hubungannya dengan pekerjaan, masyarakat praindustrial didominasi oleh
para petani, penambang, nelayan, dan para pekerja tanpa keahlian. Masyarakat
industrial oleh para pekerja dan ahli mesin berkeahlian minim, dan masyarakat
Post-Industri oleh para ilmuwan teknis dan profesional.
Dalam
desainnya, masyarakat-masyarakat Praindustrial menggunakan sebuah “permainan
melawan alam”, Artinya orang-orang menyerap segala sesuatu dari alam dalam bidang
pertambangan, perikanan, kehutanan, dan pertanian. Masyarakat Industrial
memusatkan perhatiannya pada “permainan melawan alam yang di olah di pabrik”,
yaitu masyarakat yang di dominasi oleh mesin dan kebutuhan yang da digunakan
untuk koordinasi, jadwal, memprogram dan mengatur segala sesuatu hingga ke
tingkat yang tinggi. Karena ia di dominasi oleh pelayanan-pelayanan, maka
masyarakat Post-Industri adalah sebuah “permainan antara person-person”, sebuah
permainan yang sangat memanfaatkan perbedaan-perbedaan dalam pengetahuan.
Sebagaimana Bell meletakkannya “Apa yang dihargai bykanlah kekuatan otot
semata, atau tenaga, namun informasi”.
Masih
terpusat pada dasar pengetahuan baru, ekonomi Post-Industrimerupakan
pengembangan teknologi-teknologi baru dan penegembangan hubungan baru anatara
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ilmiah diinstitusionalisasikan, dan
industri-industri baru berdasarkan ilmu penegtahuan telah hadir. Secara
keseluruhan , “peleburan sains dengan inovasi,dan kemungkinan pertumbuhan
teknologi yang sistematik dan terorganisasi, adalah salah satu dari peyangga
masyarakat Post-Industri, ini menimbulkan suatu kebutuhan akan lebih banyaknya
siswa-siswa universitas terlatih dan
universitas-universitas yang lebih banyak dan lebih baik. Menurut Bell,
Universitas semakin menjadi institusi primer dari masyarakat Post-Industri’.
Universitas semakin dibebani nuntuk menghasilkan para ahli yang sangat terlatih
yang dibutuhkan untuk membimbing masyarakat dalam periode perubahan dramatis
ini.
Dalam
masyarakat Pra-Industrial, pemilik tanah dan militer memegang kekuasaan, dan
mereka melakukannya melalui penggunaan kekuatan secara langsung. Dalam
masyarakat industrial, para pebisnis memiliki kekuasaan yang cukup besar,
meskipun mereka melakukannya secara tidak langsung dengan cara mempengaruhi
para politikus. Para ilmuwan dan para peneliti maju ke depan sebagai figur
dominan dalam masyarakat Post-Industri, dan mereka berusaha menyeimbangkan
kekuatan teknis ataupun politis.
No comments:
Post a Comment